webnovel

Masa Masa Itu

Beberapa tahun lalu.

Hujan turun dipertengahan bulan Februari. Bulan penuh kasih sayang. Sudah sejak pagi hari Naomi membereskan semua pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Saat masuk ke SMA, Naomi memang tinggal sementara dengan kakek dan neneknya karena kedua orang tuanya tak dirumah. Kegiatannya dihari Sabtu dan Minggu adalah membereskan rumah. Mencuci dan merapihkan baju adalah tugas utama dan tidak boleh terlewatkan setiap minggunya. Belum lagi Naomi harus mengambil air bersih dirumah tetangga. Tapi hari ini, dia mendadak menjadi sangat rajin.

"Ama, Naomi pergi dulu" Pamit Naomi sembari keluar dari rumah.

Pagi ini ia ada janji yang tidak boleh dilewatkan, janji yang sudah dibuatnya jauh jauh hari. Ia berjalan menerobos gerimis kecil, melompat dari satu toko ke toko yang lain. Untuk sampai ke tempat pemberhentian mobil angkutan umum, ia juga harus melewati gang gang kecil dan sebuah pasar. Sepatu putih yang baru saja kering kemarin sore sudah ternoda oleh percikan percikan genangan air. Tapi Naomi tetap tak patah semangat untuk berjalan selama lebih dari setengah jam menuju tempat pemberhentian angkutan umum. Tanpa ragu ia naik kedalam angkutan umum, ada dua pria paruh baya yang sudah duduk didalam, Sedangkan Naomi memilih untuk duduk dikursi paling belakang sembari menahan mual. Tangannya sedikit disimpan melalui batas jendela untuk merasaka angin sepoi sepoi yang sangat ia suka.

Tak lama setelah mobil itu jalan, Naomi tersenyum melihat seorang laki laki memberhentikan angkutan umum dengan tangan kanannya. Laki laki itupun tersenyum saat melihat Naomi didalam. Ia masuk dan duduk disamping Naomi tanpa ragu.

"Kenapa harus naik mobil sih? Kan aku bisa bawa motor" Keluh Rio.

"Suka aja, emang kamu ga suka ?" Tanya Naomi.

Rio menyenderkan tubuhnya ke kursi, merasakan mual yang mulai menyerang tubuhnya. Satu jam kemudian, mereka tiba di alun alun kota. Pagi itu terlihat sepi, tak seperti biasanya. Mereka hanya duduk di pinggiran alun alun kota sembari menikmati segelas teh manis untuk menghilangkan efek mual saat naik mobil. Naomi hanya diam, menatapi orang orang berlalu lalang dihadapan mereka. Tak ada yang ingin Naomi lakukan dibawah terik matahari setelah hujan hari itu. Orang bilang, panas matahari akan sangat menyengat jika pagi harinya hujan. Namun itu tak mengusik Naomi, ia masih dia memandangi orang orang ditemani es yang sudah mulai mencair.

Bagi Naomi, melihat banyak orang merupakan sebuah hiburan. Tak jarang jika Naomi harus duduk dipinggir jalan melihat kendaraan saling berlalu lalang. Naomi selalu merasa sepi, bahkan jika ia berada di keramaian. Setidaknya, ia bisa melihat sembari memikirkan kehidupannya sendiri. Terkadang Naomi menangis saat melihat keramaian, karena ia masih selalu merasa sendiri disana.

"Kenapa ngajak pake mobil?" Tanya Rio.

"Suka aja, kalau naik mobil kita bisa liat banyak orang. Ga ngerasa sepi" Jawab Naomi.

Laki laki itu hanya diam, mulai menikmati apa yang Naomi nikmati.

"Ri, kenapa suka sama aku?" Gumam Naomi.

"Soalnya kamu beda, beda dari yang lain. Kaya gini contohnya, perempuan lain suka naik motor, kamu lebih suka panas panasan naik angkutan umum" Jelas Rio.

Naomi tersenyum. Mereka tidak melakukan apapun selain berbincang sampai sore dan bergegas pulang karena mobil angkutan umum yang terbatas saat sore hari. Mobil menuju daerah tempat mereka pulang tidak sampai jam lima sore, bahkan mereka berhenti beroperasi setelah lepas maghrib. Mereka duduk dikursi tengah, hari itu tak seperti biasanya mobil angkutan umum penuh. Naomi dan Rio diapit oleh dua pria paruh baya yang membawa beberapa jajanan. Dengan ragu, tangan Rio mulai menyentuh tangan Naomi yang disimpan disamping pahanya. Sedangkan Naomi tak bereaksi, hanya tersenyum kecil. Sampai akhirnya satu pria paruh baya itu berhenti dan turun. Ada ruang diantara mereka, sampai Rio berani untuk mulai menggenggam tangan Naomi lagi. Wajah mereka tersipu malu, namun tak mau saling melepaskan.

"Udah bilang mau dijemput?" Tanya Naomi.

"Udah, tapi dijemput dipasar aja. Biar aku bisa anter kamu sampe pasar" Jawab Rio.

Naomi mengangguk.

"Kalian pacaran ya?" Tanya pria disamping Naomi.

Dengan cepat mereka saling melepaskan genggaman tangan yang sejak tadi tak lepas. Naomi hanya mengangguk malu, sedangkan Rio berpura pura melihat ponselnya. Mereka berhenti didepan pedagang bakso, menunggu Rio dijemput.

"Tunggu bentar" Ucap Naomi.

Naomi mengeluarkan sebuah ponsel, ia meraih tangan Rio dan menggenggamnya. Tak lama kedua tangan yang bergenggaman itu dipotret melalui ponsel Naomi.

"Buat kenang kenangan kita, kencan pertama" Goda Naomi.

Sore itu, Naomi juga dijemput oleh sepupunya. Hari kencan mereka pertama kali terasa begitu manis bagi Naomi. Meski sederhana.

*****

Saat Kubo sudah keluar dari kamar apartemen Naomi, yang bisa Naomi lakukan hanya menopang dagunya dengan kedua tangan sembari menatap lampu lampu kota dari kaca apartemennya yang besar. Perasaan itu muncul lagi, perasaan merasa sendirian. Tiba tiba kehampaan menghampiri Naomi, membuatnya merasa kecil dan tak terlihat. Setetes air mata mulai jatuh melompati kelopak matanya. Diikuti air mata yang mulai deras. Ia mulai merasakan kerinduan, rindu genggaman tangan Rio yang hangat.

Tinggg!

Bel apartemen kamar Naomi berbunyi, membuat Naomi harus mendengus kesal sekaligus lega karena ada yang menolongnya keluar dari kehampaan yang mulai membelenggunya beberapa saat. Naomi membuka pintu apartemen saat melihat Kubo berdiri disana, dengan senyumannya yang lebar laki laki itu menjinjing sebuah laptop dan buku tulis ditangannya. Ia menerobos masuk saat Naomi membuka pintu, lalu kemudian menarik tangan Naomi untuk ikut masuk.

"Apa apaan sih?" Teriak Naomi.

"Nao, ada kabar bagus" Jawab Kubo.

Naomi mendengus kesal sekali lagi, perilaku Kubo tak membantu apapun untuk menolong ketidaksopanan Kubo karena masuk sembarangan ke apartemen Naomi. Dan ia sudah bersumpah, jika kabar yang dibawa pria itu tidaklah sebagus yang ia pikirkan. Ia akan mengusir bulat bulat Kubo dan melemparinya dengan Laptop dan Buku yang sejak tadi dipegang Kubo. Ia bersumpah.

Kubo mulai membuka laptonya diatas meja, sedangkan Naomi menyilangkan kedua tangannya dan duduk diatas sofa. Dibelakangi oleh Kubo.

"Yayyyy!" Teriak Kubo kegirangan.

Naomi menaikkan alisnya tanda tidak mengerti.

"Apaan sih?" Gerutu Naomi.

"Kamu gak liat Nao? Developer game yang selama ini kita incar sudah menyetujui draft kontrak yang kita tawarkan. Sudah sejak tahun kemarin kita mencoba menghubungi mereka" Jelas Kubo.

"Terus?" Tanya Naomi keheranan.

"Ya terus apa?" Tanya Naomi lagi.

"Artinya, sudah mulai ada perkembangan dari game yang sedang kita buat Nao. Sudah setaun perusahaan kita coba merayu mereka, dan baru mendapat hasil sekarang. Mereka punya orang orang spesial yang bisa menghasilkan game sesuai yang kita mau. Tahun lalu mereka dapat dua penghargaan internasional" Jelas Kubo lagi.

Naomi tersenyum tipis, ia kemudian mendekat kearah laptop Kubo dan menyipitkan matanya sedikit.

"Imagination Corp?" Gumam Naomi.

Ia seperti mengenal Nama itu, tapi lupa dimana ia pernah melihat nama itu. Kubo tak kunjung pulang dari apartemen Naomi meski hari sudah malam. Laki laki itu masih berkutat didepan laptop ditemani jus apel yang baru saja Naomi buat. Naomi sedikit tersenyum karena Kubo datang dan membuatnya lupa dengan apa yang baru saja ia rasakan. Sampai ia lupa, bahwa ia tertidur begitu saja diatas sofa hingga matahari terbit dan menerangi seluruh ruangan lewat kaca besar apartemennya.