webnovel

Khawatir

"Hanya dua jam" Gumam Naomi saat ia terbangun dari tidurnya. Ditatapnya jendela kamar yang masih gelap. Ia terbangun tepat jam empat pagi, padahal baru saja terlelap dijam dua dini hari.

Setelah mengusap wajahnya dengan selimut, perempuan itu turun dari ranjang dan menenggak habis sebotol minuman di kulkas. Dirapikannya beberapa gelas kopi diatas meja, lalu ia mulai menyalakan laptop dan kembali menulis. Sudah sejak malam dimana Naya menginap Naomi mulai tidak bisa tidur, bahkan ia tidak bisa tidur lebih dari tiga jam setiap hari meski itu hari libur. Naomi memang melampiaskan kebiasaan itu menjadi sebuah novel baru, namun ia tau itu kebiasaan yang buruk. Tidak ada yang tau soal Naomi yang mulai kehilangan jam jam tidurnya. Terkadang perempuan itu bahkan tidak tidur.

Hari kepulangan Naya hanya tinggal menghitung hari, di akhir minggu ini Naya akan pulang ke Indonesia. Kabar kepulangannya sudah menyebar luas ke seluruh sudut perusahaan. Naomi menjadi lebih sibuk dari biasanya karena seluruh tugas Naya kini sudah beralih milik Naomi. Dari mulai mengatur rapat, menerjemahkan banyak laporan, mengikuti Kubo ke banyak tempat di Jepang, mengatur jadwal kerja Kubo, membeli daftar keperluan Kubo, mempelajari daftar klien serta latar belakangnya, menangani media ,dan hal hal lain untuk memenuhi kebutuhan Kubo. Semua ia lakukan sendiri.

Sebelumnya Naya tidak bertindak sebagai penerjemah, namun karena Naomi menguasai beberapa bahasa asing. Perempuan itu ditugaskan Kubo sebagai penerjemahnya langsung saat bertemu beberapa klien dari luar Jepang. Itu yang membuatnya harus tetap berada di samping Kubo dimanapun Kubo berada. Tak sulit menemukan Kubo bagi orang orang diperusahaan, mereka cukup menelpon Naomi dan bertanya padanya dimana perempuan itu berada. Maka mereka akan menemukan Kubo disana.

Selain itu hubungan Kubo dan Naomi terlihat lebih dekat daripada Naya, jika Naya terkesan kaku dan mengikuti prosedur Naomi adalah kebalikannya. Ia lebih bersahabat dengan orang orang dikantor, dan terkadang mengabaikan prosedur untuk beberapa hal yang menurutnya tidak bisa ditunda. Seperti beberapa hari lalu saat perempuan itu harus mengganggu Kubo di makan siangnya hanya untuk mendapatkan persetujuan beberapa laporan penting yang membuat Kubo akhirnya tidak dapat menghabiskan makan siangnya.

Naomi juga sudah terbiasa dengan orang orang yang seringkali berhubungan dengannya dikantor, dan mulai sering mengusik kehidupan Hiruto. Seperti yang sering Naya lakukan sebelumnya. Ia tidak bisa lepas dari Laptop dan ponselnya, serta alat perekam suara.

"Eh" Ucap Naomi kaget.

Darah segar terus mengalir dari kedua lubang hidungnya, membuatnya harus berlari mengambil tisu sebanyak mungkin. Meski bergerak cepat ke kamar mandi, ia tidak bisa mengabaikan darah yang berceceran dilantai. Naomi duduk diam diatas kloset sembari mengangkat kepalanya. Ia baru keluar saat mendengar bel pintu berbunyi dan membukanya.

"Darah apa ini?" Tanya Kubo.

"Pagi ini tiba tiba hidungku mengeluarkan darah" Jawab Naomi sembari membersihkan darah dilantai kamar.

"Kamu sakit?" Tanya Kubo lagi.

"Enggak, hanya sedikit kelelahan" Jawab perempuan itu singkat.

"Hari ini kamu ga perlu pergi ke kantor" Tegas Kubo.

Naomi menoleh, dengan tatapan serius "Kenapa?" Tanyanya.

"Pergi kerumah sakit" Jawab Kubo.

"Aku ga apa apa" Paksa Naomi.

"Gak, kamu gabisa kerja hari ini"

"Ya kenapa?"

"Aku khawatir" Terang Kubo.

Akhirnya Naomi diam dan menuruti perkataan Kubo, ia pergi ke rumah sakit bersamaan dengan Hiruto setelah mengantar Kubo kekantor. Dan hasil yang didapatinya hanya karena Ia kelelahan. Bahkan Naomi bisa mendiagnosis dirinya sendiri.

"Ri, lagi apa?" Ketik Naomi lalu menekan tanda kirim diponselnya.

Hingga sampai rumah Naomi tak kunjung juga mendapatkan balasan dari Rio, ia meringkuk diatas sofa sembari menonton film setelah meminum obat tidur yang diberi dokter pagi tadi. Tak lama perempuan itu tertidur.

*****

Hari sudah sore, tapi kedatangan Takai dan Ibunya membuat Kubo harus bertahan lebih lama dikantor. Sebenarnya Kubo tidak suka jika Takai harus datang dengan ibunya. Karena hal yang akan menjadi perbincangan mereka tidaklah jauh dari perkembangan saham perusahaan, seolah olah Ibu Takai ingin mengetahui banyak hal yang seharusnya tidak perempuan itu ketahui. Dan Kubo lebih berpikir bahwa perempuan ini terlalu banyak ikut campur. Tapi bagaimanapun, Kubo tetap harus menunduk didepan Ibu Takai untuk menghargai kerjasama yang diciptakan oleh ayahnya sejak dulu.

Takai menaikkan bahunya saat Kubo melemparkan tatapannya, dengan senyum meledek perempuan itu juga hanya bisa memasang wajah manis yang palsu. Disana, bukan hanya Kubo yang tidak menyukainya.

"Ibu dengar kamu merekrut sekretaris baru" Tanya perempuan paruh baya itu pada Kubo.

Kubo mengangguk, sembari menyimpan segelas teh yang baru saja ia tengguk "Iya, dia sedang sakit. Aku memintanya untuk tidak bekerja hari ini" Jawab Kubo tenang.

"Orang Indonesia lagi?"

Pertanyaan itu membuat Kubo merasa tidak nyaman, ia enggan menjawab dengan kata kata dan hanya bisa mengangguk.

"Jangan terlalu dekat, media akan sangat cepat menyebarkan berita bohong. Kita harus bisa mencegah rumor beredar" Tambah perempuan itu lagi.

"Pertunangan kalian sudah menyebar di media, mereka sangat menantikan hari pernikahan kalian. Aku berharap tidak akan ada masalah nantinya" Lanjutnya.

Dua orang perempuan itu pergi setelah duduk beberapa jam diruangan Kubo, meninggalkan rasa tidak nyaman yang besar pada dirinya. Tak lama setelah itu, Kubo juga bergegas untuk pulang, ia juga membawa beberapa makanan untuk Naomi santap. Sejujurnya, sedari tadi pikirannya terus melayang memikirkan keadaan Naomi.

Diperjalanan ia melihat beberapa iklan di layar gedung gedung perusahaan atau tempat perbelanjaan, berita pertunangannya sudah menyebar lewat media. Wajahnya dan Takai beberapa kali diperlihatkan, Kubo dan Takai bukan artis namun berita mereka selalu menjadi incaran publik. Tapi hal itu tidaklah lebih karena salah satu anak perusahaan milik Takai adalah perusahaan yang bergerak dibidang iklan. Takai pun pernah beberapa kali muncul sebagai model iklan. Berita itu menjadi lebih menarik saat publik tau bahwa Takai mempunyai hubungan dengan Kubo yang dianggap sebagai calon pemilik beberapa perusahaan besar. Dan semakin besar harapan publik maka semakin membuat Ibu Takai gila.

Kubo semakin resah jika berita pertunangannya didengar oleh Naomi, ia tidak ingin Naomi menjauh darinya karena hal ini. Meski Kubo mengikatnya dengan ikatan kerja, tapi hal yang diharapkan oleh Kubo lebih dari itu. Ia tidak suka jika Naomi hanya menganggapnya sebagai rekan kerja. Ia ingin Naomi melihatnya, sebagai seorang laki laki. Yang mungkin suatu hari nanti akan disukainya.

"Berita itu akan segera hilang" Ucap Hiruto membuyarkan lamunan Kubo.

"Hanya butuh waktu" Lanjutnya.

"Naomi bukan orang yang suka melihat iklan bahkan ia lebih memilih untuk mendengarkan suara anda daripada menonton" Jelas Hiruto saat mengingat kelakuan Naomi selama di mobil. Dan Kubo berharap bahwa apa yang dikatakan Hiruto benar.