webnovel

Hari Pertama

Meski kulkas Naomi penuh, tetap saja Naomi penasaran untuk menikmati pagi pertamanya nya di Jepang. Sebelum matahari terbit, Naomi sudah bangun dan turun kebawah untuk berolahraga. Fasilitas di apartemen itu cukup lengkap, dengan area lari yang dipenuhi dengan pohon pohon berjajar dan membuat nafasnya segar saat menikmati jalan pagi. Ia suka,suasana pagi itu. Sembari menenteng sebuah makanan yang ia beli dari supermarket dua puluh empat jam, ia bersenandung sendirian di lift apartemen. Pikirannya terus menjelajah memperhatikan lift yang terkesan mewah dimatanya.

Tinggg!

Saat pintu lift terbuka, Naomi melangkah keluar dan berjalan menuju kamar. Dilihatnya seorang kurir sedang berdiri didepan pintu depan kamar apartemen.

"Halo, anda sedang menunggu seseorang?" Tanya Naomi dalam bahasa Jepang.

"Ya, saya sedang mengantarkan pesanan penghuni kamar ini. Tapi sudah sejak kemarin saya tidak dapat menghubunginya" Jawab laki laki itu.

"Saya juga penghuni baru disini, mohon maaf saya tidak tau siapa dan kemana penghuni kamar didepan" Jelasnya.

Setelah mengucap salam, Naomi masuk kedalam kamarnya. Tapi tak beberapa lama, bel apartemennya berbunyi beberapa kali. Memaksanya harus membuka pintu.

"Apakah saya bisa menitipkan ini padamu ?" Tanya kurir itu kembali saat Naomi membuka pintu apartemennya. Awalnya Naomi menolak, namun kurir itu tetap memaksa sehingga Naomi menerimanya. Ia juga penasaran dengan tetangga barunya.

*****

Setelah turun dari mobil yang ditumpanginya kemarin, ia dibuat ternganga kembali dengan gedung tinggi dipenuhi kaca yang baru saja ia masuki. Jalanan menuju perusahaan itu tidak sulit, perusahaan itu ada ditengah kota dan banyak akses menuju perusahaan. Memikirkan hal itu Naomi tidak lagi khawatir. Dilihatnya banyak orang berlalu lalang, sedangkan Naomi diminta untuk menunggu di Lobi sesuai dengan perintah Naya.

Ia penasaran sekali dengan Naya, perempuan yang selama ini berkomunikasi dengannya melalui email. Dilihatnya dari kejauhan, seorang perempuan berambut hitam panjang dengan sebuah kacamata sedang tersenyum kearahnya. Perempuan itu menggunakan rok berwarna biru tua diatas lutut dengan kaos putih polos yang dimasukkan kedalam, membuat Naomi tersenyum balik kepadanya.

"Naomi? Saya Naya" Sapa Naya menggunakan bahasa Indonesia dan menyodorkan tangannya.

Naomi sedikit tertegun saat mendengar Naya berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengannya. "Bisa bicara bahasa Indonesia?" Tanya Naomi keheranan.

Naomi mengangguk, ia kemudian meminta Naya mengikutinya. Dibawanya Naomi ke lantai paling atas gedung itu, sedangkan Naomi masih menundukkan kepalanya. Ia belum berani bertanya banyak pada Naya.

"Kubo san sedang cuti hari ini, dia pesan ke saya. Hari ini kamu bereskan semua peralatan kamu, buat daftar apa saja yang kamu butuhkan. Dia mau besok saat masuk ruangan ini sudah rapi dan dia tidak perlu lagi melihat kamu merapihkan ruanganmu atau mendengar segala kebutuhanmu tak terpenuhi" Naya menyodorkan sebuah formulir didepannya, kemudian Naomi ditinggal sendirian diruangan itu.

Setelah menulis semua kebutuhan dan menyerahkannya pada Naya, Naomi memandangi ruangan itu. Ruangan itu didesain begitu rapi dan mewah. Saat masuk ruangan itu, Naomi langsung dihadapkan dengan meja sedang berwarna abu abu, dan saat masuk lebih dalam ada dua buah sofa berwarna sama dibalut dengan nuansa biru tua didindingnya. Dengan sebuah televisi dan beberapa gambar gambar grafik tingkat tinggi terpajang disana. Serta beberapa tropi penghargaan perusahaan dipajang disebuah lemari kaca.

Ada satu ruangan lagi disana, diujung. Hanya dibatasi oleh kaca yang tembus kearah ruangan Naomi dan keluar ruangan tempat para karyawan lain bekerja.

Dari sana, atasannya bisa melihat apapun yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan kaca itu tidak dapat menampilkan apapun jika dilihat dari luar. Saat Naomi pergi kesana ia takjub dengan sesuatu yang baru saja ia lihat. Sebuah meja besar dengan lima komputer yang terpasang diatas meja, dan disana Naomi dapat melihat semua pemandangan dibelakang kursi. Membuatnya merasa tidak ada batas diatas sana.

Naomi segera keluar dari ruangan itu saat melihat Naya berjalan menuju ruangannya.

"Nao, ini semua kebutuhan kamu. Laptop, Alat rekam, Tablet, Ponsel perusahaan, buku catatan, dan alat tulis" Ucap Naya sembari menyodorkan semuanya.

"Ini seragam kamu, senin selasa kamu harus pakai yang warna putih polos seperti yang sedang saya pakai hari ini, kamu bisa padu padankan dengan rok atau celana panjang asal harus berwarna biru tua. Rabu dan Kamis kamu harus pakai atasan yang biru tua ini dan bawahan berwarna putih, dan hari Jumat kamu wajib pakai baju olahraga ini. Jangan tanya kenapa, karena sudah aturannya seperti ini" Jelas Naya sembari menyodorkan kotak berisi baju pada Naomi.

Naomi mengangguk, ia segera merapikan segala sesuatu miliknya dengan cepat.

"Kamu bisa bawa semua ini ke apartemen karena ini semua alat penunjang kamu. Sebagai sekretaris baru Kubo san, kamu harus bisa dihubungi nya selama dua puluh empat jam. Apapun yang dia butuhkan, jam berapapun, dan dimanapun. Dia adalah prioritas kamu saat ini" Tambah Naya.

"Jika kamu butuh supir kamu bisa langsung hubungi nomor yang sudah kusimpan di ponsel kamu, dan jika butuh selain itu kamu bisa menghubungi semua atasan departemen terkait. Semua orang disini, siap melayani kubo san selama dua puluh empat jam"

Naomi menggangguk kembali, tanpa mengerti. Setelah mengganti bajunya dengan seragam yang baru saja ia dapat, ia kemudian dibawa dan diperkenalkan ke semua orang yang ada diperusahaan.

"Naya san, orang Indonesia?" Tanya Naomi.

Naya tersenyum dan mengangguk, "Saya asli Bandung Nao"

"Oh Bandung, saya kira Naya orang Jepang"

"Nao, nanti kamu harus ikut pelatihan perusahaan dulu seminggu. Saya harap kamu bisa belajar lebih cepat, supaya saya bisa segera pulang ke Bandung"

"Kamu pulang?"

"Kamu ini disini pengganti saya Nao, bulan depan saya akan pulang ke Bandung" Tambahnya.

"Kenapa pulang ?"

"Saya harus ikut membantu bisnis kaka saya di Bandung, jadi saya rasa sudah cukup saya tinggal di Jepang" Jelas Naya.

Setengah Hari Naomi menghabiskan waktunya untuk berkenalan, dan sisanya Naomi hanya dia diruangan kerjanya sembari berbagi beberapa informasi dengan Naya terkait pekerjaannya nanti. Naomi menjadi penerjemah langsung dan akan bekerja sebagai sekretaris pribadi serta melakukan hal hal yang selama ini Naya lakukan. Tak lupa Naomi sendiri mencari informasi lebih dalam soal Kubo yang nantinya akan jadi atasan langsungnya.

"Nay, nanti Kubo san galak?" tanya Naomi penasaran.

"Enggak, cuma kalau lagi marah biarin aja sendiri" Jawab Naya.

"Kenapa?" Tanya Naomi lagi.

"Dia ga akan jawab atau menanggapi siapapun kalau moodnya lagi ga baik, dan itu akan berlangsung seharian. Kamu hanya akan dianggap gak pernah ada" Jelas Naomi.

"Terus, apa lagi?"

"Dia takut dengan gelap, itu kenapa diruangannya ada kaca yang besar. Supaya cahaya bulan bisa langsung masuk"

"Apa aja yang harus aku siapin nanti Nay?"

"Semuanya, kamu bertanggung jawab sama semua yang dia butuhkan dari saat membuka mata sampai dia menutup mata"

"Maksud kamu?"

"Kamu ga akan punya kehidupan pribadi lagi Nao, sudah kubilang sebelumnya. Apapun, kapanpun, dimanapun. Itu kenapa gajimu sangat tinggi"

Naomi kini akhirnya mengerti, kenapa ia ditawari gaji yang cukup tinggi sebagai sekretaris diperusahaan ini. Ia semakin tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan calon bosnya.

Hari ini Naomi mengakhiri harinya dengan tertidur pulas diatas sofa diruang tamu apartemennya, hanya dengan menatap gemerlap lampu dari jendela kaca yang terbentang luas sudah membuatnya mengantuk.

"Selamat Malam Ri, selamat tidur" Gumam Naomi mengucap salam perpisahan malam pada Rio yang jauh darinya.