webnovel

Dia

Naomi hanya diam saat Kubo menggenggam tangannya didepan semua media, ia terus meyakinkan dirinya bahwa ia bisa mempercayai Kubo. Apapun yang terjadi.

"Apapun yang kulakukan nanti, percayalah aku punya alasan. Akan kujelaskan nanti, setelah semua kegilaan ini selesai" Ingat Naomi. 

Sebelum memulai konferensi pers, dalam percakapan singkatnya dengan Kubo. Laki laki itu sudah meminta Naomi untuk mempercayainya. Dan Naomi sedang berusaha mempercayai itu sekarang. Meski banyak kamera yang mulai menyorotinya karena Kubo, ia mulai perlahan menghilangkan kecanggungannya. 

Ia juga yakin, bahwa ia akan bisa menjelaskan semuanya pada Rio. Bahkan sebelum laki laki itu melihat berita ini. Semua pandangan mata setiap karyawan mulai tertuju padanya saat ia melangkah membuntuti Kubo setelah konferensi pers berakhir. Ia tidak berani menaikkan kepalanya, mencoba memikirkan isi kepala orang orang disana akan membuat kepalanya sendiri meledak. 

Bukan, bukan takut. Tapi karena ia ingin membantah semua itu. Ia ingin berteriak mengatakan bahwa apa yang mereka lihat di media itu tidak benar, namun ia juga tau bahwa mungkin tidak akan ada satu orangpun disana yang akan percaya. Terlebih jika melihat tindakan Kubo yang sudah tersiar diberbagai macam media. Tentu lengkap dengan wajah Naomi tanpa sensor. 

Mereka duduk, duduk dalam keheningan. Sama sama memandangi pemandangan luar lewat kantor Kubo. 

"Kamu bilang kamu akan menjelaskannya padaku" Ucap Naomi pelan. 

Kubo tersenyum, "Aku sudah menyerah padamu Nao" Jawab kubo tegas.

"Malam dimana kamu memutuskan untuk pergi, aku sudah menyerah Nao" Lanjutnya lagi.

"Maksud kamu?" Tanya Naomi keheranan. 

"Sama seperti Takai yang menyerah pada perasaannya, aku sadar aku nggak akan bisa milikin kamu" Jelas Kubo. 

"Aku suka kamu karena keterikatan masa lalu yang mungkin hanya membekas dihatiku, sedangkan kamu nggak" Tambah Kubo.

"Bagiku, kenangan masa lalu saat itu penting. Tapi mungkin, bagi kamu itu cuma satu dari jutaan kejadian dalam hidupmu" 

"Dan aku nggak bisa merubah masa lalu yang biasa menjadi penting dalam hidupmu, karena itu semua sudah berlalu" Lanjut Kubo. 

Naomi menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah pada perasaan Kubo. Semua yang Kubo ucapkan benar, Naomi bahkan tidak menganggap semua kejadian dimasa lalu itu sangat penting baginya. Meski sadar, bahwa kejadian itu membawa perubahan penting dalam hidupnya namun ia sama sekali tak menyimpannya sebagai kenangan pada Kubo. 

"Dan kamu, seharusnya hanya menjadi kenangan yang berhenti aku cintai sejak dulu" Lirih Kubo. 

"Jadi?" Tanya Naomi pelan. 

"Kuharap, kamu tidak lagi menjauh dariku Nao. Aku berharap kamu akan tetap disini, sebagaimana mestinya. Dan kecanggungan antara kita akan hilang" 

Kali ini Naomi tersenyum, "Soal Takai?"

 

"Aku hanya ingin melindungi kegilaannya, kamu tau orang tua Takai bukan orang sembarangan disini. Mereka bisa mengatakan bahwa Takai mengidap gangguan jiwa dan mengembalikan nama baik mereka. Jika tanpa ada aku yang mendukung kegilaannya, semua usaha Takai akan sia sia. Dan aku nggak mau" Jelas Kubo. 

Naomi mengangguk, setelah pembicaraan mereka berakhir. Naomi pamit untuk keluar dari ruangan Kubo. Ada hal lain yang membuatnya penasaran sejak tadi, ponselnya yang tak berhenti bergetar. 

"Hah?" Kaget Naomi saat ia melihat begitu banyak notifikasi dari ponselnya. 

"Gila kali mereka" Gerutu Naomi kesal. 

Banyak notifikasi melalui instagram dan whatsapp ponselnya. Mereka semua menanyakan kebenaran yang mereka lihat melalui media. Tak sedikit juga dari mereka yang menghujatnya melalui akun instagramnya. Entah darimana dan bagaimana akun media sosialnya bisa tersebar. Ia sendiri keheranan.

 

"Itu semua bohong" Ucap Naomi saat temannya sendiri ingin menyapanya. 

"Aku tau, dan aku hanya ingin menyapa. Kenapa kamu harus marah marah" Ucap perempuan itu sedikit kesal. 

***** 

Wajah Rio sumringah saat berjalan keluar dari bandara, ia dan Naya sudah berada di Jepang untuk melanjutkan proyek bisnis mereka dengan Kubo. Kali ini, mereka memang hanya berdua, karena sudah seminggu ibu Iksan dirawat dirumah sakit dan tidak memungkinkan bagi Iksan untuk pergi ke tempat jauh saat itu. 

Rio sengaja tak memberitahu Naomi soal ini, ia ingin memberikan kejutan untuk perempuan itu. Mereka akan bertemu untuk kedua kalinya setelah kepergian Naomi ke Jepang. Naya berjalan dengan percaya diri, rasanya tak asing bagi ia untuk berada disana. Sesekali ia tersenyum saat berkeliling melihat beberapa perubahan kecil dibandara, sesekali juga ia menarik nafasnya dalam karena merasa senang. 

Naya juga lebih terlihat membaur saat bertanya beberapa hal pada petugas bandara, hanya Rio yang merasa asing disana. Satu satunya kemudahan yang ia dapat adalah karena semua fasilitas disana dilengkapi dengan bahasa Inggris. Hal itu membuat Rio hanya bisa mengikuti langkah Naya yang cepat. 

Mereka berhenti sejenak untuk menunggu tas dan koper, mata Rio terpaku pada sebuah layar besar yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia tak bisa mengerti soal apa yang ditampilkan dilayar tersebut, namun layar itu banyak menampilkan foto foto Takai dan Kubo. Rio menepuk tangan Naya agar melihat layar tersebut juga. 

"Takai memang sudah gila" Ucap Naya terkejut.

Tak lama, setelah itu muncul cuplikan konferensi pers Kubo dan Naomi. Naya memperhatikan berita itu dengan cermat. Ia juga menggelengkan kepalanya berkali kali. Menyadari ada Rio disampingnya dengan wajah penuh pertanyaan, Naya tersenyum kecil.

"Takai adalah tunangan Kubo, dan ia membatalkan rencana pernikahannya dengan Kubo kemarin. Pagi ini Kubo membuat sebuah konferensi pers, dimana ia mengaku bahwa ia dan Naomi memiliki hubungan lebih selain Sekretaris dan bos" Jelas Naya. 

Rio hanya mengangguk, ia tak merespon lebih. Lalu Rio beranjak pergi setelah mendapatkan tasnya. 

Sepanjang jalan Rio hanya diam, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Dia Naomi"

"Dia Naomi"

Berkali kali Rio mengucapkan itu didalam hatinya, ia kenal dengan Naomi. Naomi tak akan bertindak tanpa alasan. Terlebih jika melibatkan publik seperti ini. 

"Dia Naomi' Ulang Rio sekali lagi.

Dia Naomi, yang akan terus menjaga perasaan Rio, Naomi yang sudah dikenalnya sejak lama. Dan Rio tidak ingin kedatangannya akan merusak hubungannya yang sudah membaik. Ia datang untuk Naomi, dan tidak ingin semua rencana pertemuannya dengan Naomi akan gagal. Ia tidak lagi ingin berburuk sangka dan mempertanyakan kemali perasaan Naomi padanya. 

Kali ini, bagi Rio. Malam itu, sudah cukup. Malam saat Naomi memberikan segalanya pada Rio. Malam dimana Rio berbangga hati dapat memiliki Naomi seutuhnya. Sebuah jaminan bahwa Naomi tidak akan pergi darinya. Kali ini, sambil memandangi jalanan kota yang asing, Rio tersenyum kecil. Ia tidak sabar untuk melihat Naomi esok hari. 

"Aku kangen" sebuah pesan baru saja dikirimkan Rio pada Naomi.