webnovel

Dari Perasaan yang Kecil

Takai hanya diam, duduk bersender dikursi yang terbalut dari kulit asli nan mewah sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Hanya suara jam dinding yang terdengar jelas, dengan samar samar derap langkah orang berlalu lalang diluar ruangannya. Sudah dua jam ia bertahan diposisi itu tanpa tertidur, meski diam namun pikirannya tetap menjelajahi berbagai hal yang harus ia lakukan. Sebenarnya, dalam keadaan seperti ini, Takai sedang berpikir.

Tok! Tok! Tok!

Tak lama seorang perempuan dengan celana jeans dan kemeja putih tersenyum dan duduk tepat dihadapannya. Ia tersenyum kecil saat melihat Takai bergeming, kemudian ditaruhnya satu buah tas belanja berwarna putih.

"Dari Ibu Kubo, maaf tidak bisa mengantar langsung katanya" Ucap Perempuan itu, merusak ketenangan Takai.

"Kalau tidak ada yang ingin kamu sampaikan, aku akan pergi" lanjut perempuan itu sembari mengambil tas lalu beranjak dari kursi dan menuju ke pintu keluar.

"Naya" Cegah Takai.

"Siapa nama sekretaris baru Kubo?" Tanya Takai.

Naya membalikkan tubuhnya, ia duduk kembali ke kursinya lalu meminum teh hangat yang mulai mendingin milik Takai.

"Aku pikir kamu tidak peduli" Jawab Naya.

"Kenapa aku harus tidak peduli? Perempuan itu akan bersama tunanganku lebih dari sepuluh jam setiap harinya. Aku harus tau apa dia akan merebutnya dariku atau tidak" Takai membuat alasan.

"Dia sudah punya pacar, jadi tidak usah khawatir"

"Kudengar kamu akan pulang ke Indonesia?"

"Bulan depan" Jawab Naya singkat.

"Kenapa tidak mencoba jadi sekretaris baruku?" Tawar Takai.

Naya menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa bekerjasama dengan seseorang yang sangat kusukai"

Takai tersenyum sedikit, "Jadi itu alasanmu berhenti, karena kamu mulai menyukai Kubo?"

"Perasaan yang kecil dan tak terlihat" Gumam Naya.

Naya menyodorkan sebuah proposal yang baru saja diambil dari tas, proposal itu terlihat sederhana namun menarik hingga akhirnya Takai mau membaca Proposal itu.

"Setelah pulang dari Jepang, aku akan bekerja diperusahaan kakakku. Mereka mengembangkan beberapa game terkenal, dari mulai visual, suara, dan sistem jelajah. Kamu bisa menghubungiku kalau kamu tertarik. Kamu bisa menemukan prestasi mereka di internet. Tahun ini, perusahaan Kubo juga akan bekerjasama dengan mereka" Jelas Naya mengambil kesempatan.

Takai membolak balikkan proposal yang dibawa Naya, membacanya dengan teliti. Bagaimana bisa ia tidak tau soal perusahaan kecil dari Indonesia itu. Perusahaan yang menyabet langsung dua penghargaan internasional tahun lalu dan membuatnya terkesima. Sudah berkali kali ia mencoba menghubungi perusahaan itu untuk bekerja sama, namun sama sekali tak mendapatkan jawaban.

"Ada satu aplikasi permainan yang juga akan dikembangkan oleh perusahaan Kubo, kurasa perusahaan kakakmu bisa menangani projek ini. Hubungi aku kalau kamu sudah tiba disana" Tawar Takai. 

"Kamu memang tidak pernah mengecewakan" Ucap Naya.

Naya kemudian keluar dari ruangan Takai dengan puas, tujuannya hari ini selain mengantarkan paket dari ibu Kubo. Ia juga sebenarnya sudah mulai mencari klien untuk perusahaan kakaknya. Perempuan ini terus menghubungi kenalannya untuk melakukan berbagai macam promosi. Ia tidak ingin menyia nyiakan waktunya saat bisa senggang karena digantikan oleh Naomi. Matanya melirik mengikuti seorang perempuan paruh baya dengan langkah cepat baru saja melewatinya, ia baru sadar setelah sepersekian detik bahwa perempuan itu adalah ibu Takai.

"Ibu" Ucap Takai sembari berdiri dan menghampiri ibunya yang baru saja masuk keruangan.

Plakkk!

Perempuan paruh baya itu menampar Takai tepat pada saat Takai baru saja ingin menyambutnya. Ada rasa perih dipipi Takai, namun ia hanya diam saat nafas ibunya masih terdengar jelas ditelinganya. Ia tau, membantah perempuan itu tidak akan menyelesaikan apapun dan tetap menunduk adalah upaya terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Bukan karena ia tak marah, tapi karena ia ingin meredam amarah ibunya yang belum ia ketahui alasannya.

Brakkk!

Kertas kertas kecil beterbangan diudara dan jatuh satu persatu ke lantai melewati tubuh Takai. Sejenak takai tidak mengerti kertas apa yang dilemparkan oleh ibunya dari dalam tas. Namun setelah satu foto jatuh dikakinya, matanya mulai melebar kaget. Disana, ada Takai sedang tertidur lelap tanpa busana. Tubuhnya hanya dibalut selimut berwarna putih, dan itupun hanya setengah. Ia ingat, kejadian beberapa hari lalu saat ia masuk ke diskotik dan tak sadarkan diri lalu terbangun dalam keadaan tak berbusana disebuah kamar hotel.

Ia sama sekali tak menyangka bahwa laki laki yang membawanya ke kamar hotel malam itu bisa melakukan hal seburuk ini. Bahkan sampai membuat ibunya sendiri repot repot datang ke kantor dan menamparnya.

"Ini yang kamu sebut sebagai tunangan Kubo?" Bentak Ibunya.

"Keluarga Kubo adalah keluarga terpandang, perempuan yang menikahinya harus bermartabat dan tau diri" Lanjut ibunya.

Nada suara perempuan itu sama sekali tidak menurun, beruntungnya ruangan kerja Takai memang kedap suara hingga orang orang diluar kantor tak bisa mendengar teriakan ibunya. Bahkan sekretarisnya sekalipun.

"Perempuan murahan" Lirih Ibunya.

Ucapan itu seketika mengiris hati Takai, membuatnya berani mengangkat kepalanya dan menatap mata ibunya dalam. Seorang ibu yang tega mengatakan bahwa anaknya sediri adalah perempuan murahan.

"Lagi pula Kubo sama sekali tidak akan peduli soal ini!" Ucap Takai.

"Dia tidak menyukaiku, bahkan jika pertunangan ini dibatalkan dia sama sekali tidak akan keberatan" Lanjut Takai berani.

Plakk!

Sekali lagi tamparan itu mendarat di pipi Takai, membuat kulit wajahnya yang putih memerah. Takai sama sekali tidak menangis, tangannya mengepal keras menahan amarah.

"Kalian tidak pernah mempedulikan hidupku selama ini, untuk apa sekarang repot repot datang hanya untuk mengurusi hidupku?" Teriak Takai Lagi.

"Dan sekarang, kalian akan menyerahkan aku pada seseorang yang bahkan tidak mempedulikanku?" Tanyanya.

Mata ibunya menatap tajam, menahan amarahnya."Karena kami ingin kamu segera pergi dari kehidupan kami, karena kami ingin segera melepaskan semua beban kami pada laki laki itu. Tapi kami juga harus memastikan bahwa kepergianmu akan membawa keuntungan" Ucap ibunya tajam.

*****

Kubo baru saja selesai menikmati makan malamnya. Ia hanya bisa membaringkan tubuhnya diatas sofa menikmati perasaan kenyang karena makan terlalu banyak. Akhir akhir ini semenjak Naomi selalu menawarkan sarapan dan makan malam di apartemennya, Kubo selalu makan banyak. Ia suka masakan Naomi, karena masakan itu menghangatkan perasaannya.

Tinggg!

Bel apartemennya berbunyi, Kubo yakin bahwa Naomilah yang ada dibalik pintu. Tidak ada yang berani mengganggunya semalam ini jika bukan Naomi. Dan Kubo tidak keberatan. Ia membuka pintu tanpa melihat lagi siapa yang datang.

Brukkkk !

"Takai" Pikir Kubo saat perempuan itu memeluknya erat setelah Kubo membuka pintu apartemennya.

"Aku mohon, biarkan aku memelukmu begini. Aku butuh waktu dan harus tenang" Tangis Takai.

Kubo hanya diam mematung melihat Takai menangis tersedu sedu bahkan saat laki laki itu ingin menarik Takai kedalam apartemen. Perempuan itu menolaknya. Ia tetap memeluk erat Kubo sembari menangis dalam pelukannya. Dari kejauhan, saat pintu lift terbuka Naomi mematung disana. Melihat Kubo sedang berpelukan dengan Takai. Sampai pintu lift itu tertutup kembali dan membawa Naomi turun kelantai bawah agar tak mengganggu.