webnovel

Bukan Pertemuan Pertama

Sudah satu minggu Naomi menjalani pelatihan ditempat ia bekerja, belum sekalipun ia bertemu dengan Kubo. Ia masih dipenuhi rasa penasaran ingin mengetahui siapa sebenarnya calon atasannya nanti. Selama satu minggu ini, Naomi bahkan sama sekali tidak melihat Naya dimanapun.

Hari itu, matahari terlihat indah dari ruangan tempat pelatihan Naomi. Ia menutup buku tulisnya, kemudian segera bergegas keluar untuk pulang. Sesuai dengan arahan Naya, esok senin Naomi harus mulai bersiap untuk bertemu dengan calon atasannya dan mengikuti pelatihan spesifik dari Naya langsung.

Sabtu dan Minggu adalah hari yang menyenangkan untuk menjelajahi tempat tempat di Jepang yang selalu Naomi dambakan. Namun, jumat malam Naomi hanya bisa menyeret tas jinjingnya sepanjang jalan pulang. Ia bimbang antara harus menikmati hari liburnya dengan pergi ke suatu tempat atau menghabiskan waktu liburanya dengan beristirahat di apartemen. Jalanan kota membuat Naomi malas untuk naik bus, dengan nekat ia ingin berjalan kaki. Sembari menghabiskan hari itu, dan memikirkan banyak hal sepanjang jalan.

"Naomi" Sapa seseorang dari jauh.

Naomi menoleh dan tersenyum saat melihat Kubo sedang berlari menghampirinya. Ia membungkuk untuk memberikan salam pada laki laki itu.

"Ohh, warna baju kita senada" Ucap Naomi saat Kubo mendekat.

Laki laki itu hanya tersenyum, "Kenapa jalan kaki?" Tanya Kubo.

"Olahraga" Jawab Naomi.

Kubo melirik sedikit saat melihat pakaian yang dikenakan Naomi hari ini, rok pendek dengan kaos kebesaran. Rambut Naomi diikat, meski dengan rambut pendek tetap terlihat mempesona bagi Kubo.

"Sudah makan ?" Tanya Kubo.

"Belum" Jawab Naomi.

"Mau makan malam bareng?" Tawar Kubo.

Naomi mengangguk, setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukan mobil yang menjadi kedai. Tempat makan yang sama saat pertama kali Naomi diajak makan oleh Kubo. Mereka mampir kesana untuk menikmati makan malam saat dini hari. Kali ini Kubo tidak memesan sake karena ia baru tau dari Naya bahwa Naomi tidak suka minum, dan ia mengutuk dirinya semalaman saat mengetahui hal itu dari Naya.

"Kamu bekerja akhir pekan ini?" Tanya Kubo.

Naomi menggeleng sembari melahap sepotong daging penuh kedalam mulutnya.

"Ada acara?" Tanya Kubo lagi.

Naomi menggeleng lagi, ia kemudian menaruh sumpitnya dan menyilangkan kedua tangan diatas meja. Memandang mata Kubo hingga membuat jantung Kubo terasa berhenti sejenak.

"Menurutmu besok aku harus istirahat di apartemen atau keluar jalan jalan?" Tanya Naomi serius.

Kubo terkekeh geli melihat kelakuan Naomi, ia tidak habis pikir bahwa perempuan ini akan memikirkan hal itu dengan sangat serius. Kali ini, Kubo ikut menyilangkan tangannya diatas meja, dan menatap wajah Naomi. Ia tersenyum.

"Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan besok, tidur dirumah seharian memang menyenangkan tapi pergi jalan jalan keluar juga tidak buruk" Jelas Kubo sembari menatap, ia tersenyum ragu untuk menutupi jantungnya yang berdebar kencang.

"Ga tau" Balas Naomi.

Perempuan itu mengambil sumpitnya lagi, lalu menghabiskan makanannya.

"Aku mau jalan jalan, tapi tidak tau harus kemana" Jelas Naomi tanpa melihat kearah Kubo.

"Kalau begitu diam di apartemen saja" Lanjut Kubo memberi solusi.

"Entahlah" Keluh Naomi.

"Atau, bagaimana kalau kita jalan jalan bersama? sepertinya kebetulan aku punya waktu luang" Kubo menawarkan dirinya.

Mata Naomi membesar saat mendengar Kubo menawarkan dirinya untuk menemani Naomi, bukan ia tidak percaya pada Kubo. Namun, rasanya terasa asing bagi Naomi untuk berjalan jalan dengan orang yang baru saja ia kenal.

"Dia berbahaya" Lirih Naomi dalam bahasa Indonesia.

Kubo hanya tersenyum, setelah menghabiskan makanan mereka kembali ke apartemen masing masing. 

"Selamat malam Nao" Ucap Kubo sebelum mereka berpisah.

Naomi menoleh sejenak saat mendengar Kubo mengucapkan selamat malam padanya, namun ia berusaha untuk mengabaikan itu. Khawatir akan ada kecanggungan diantara mereka.

*****

Pagi hari ini terasa begitu sempurna bagi Kubo, sudah sejak pagi ia bangun dan menyiapkan banyak hal. Memilah baju yang akan ia pakai, meminta mobil mana yang akan digunakannya untuk menemani Naomi jalan jalan. Bahkan semalaman Naya diganggu olehnya untuk membantunya mencari refrensi tempat tempat terkenal di Jepang. Senyuman lebar sudah otomatis terpasang diwajah Kubo, bahkan sejak ia membuka matanya. Kubo menunggu perempuan itu di lobi dan langsung menghampiri Naomi saat perempuan itu terlihat keluar dari lift. Mereka sudah berjanji akan bertemu di lobi pagi ini.

Hari itu, Naomi terlihat kasual. Membuat kubo harus menelan ludahnya. Entah kenapa, ia suka melihat Naomi bergaya seperti itu. Dengan rambut pendeknya, dan diurai. Serta tak lupa tas jinjing berbahan canvas yang membuatnya terlihat lebih muda. Hari ini, Kubo bersyukur Naomi memakai sepatu hingga ia tidak perlu mengkhawatirkan kaki Naomi mungkin akan terluka karena terlalu banyak jalan.

"Hiruto, selamat pagi" Sapa Naomi saat melihat Hiruto ada didepan gedung apartemennya.

"Selamat Pagi Naomi San" Balas Hiruto.

"Oh, ini perkenalkan dia Kubo. Kamar apartemennya ada didepan kamarku" Jelas Naomi.

Hiruto nampak kebingungan saat melihat Kubo berdiri disana, hari ini ia sendiri ditugaskan untuk menjemput Naomi dan Kubo lalu menemani mereka jalan jalan. Namun, tiba tiba Kubo membungkukkan tubuh dan memberi salam pada Hiruto.

"Saya sudah kenal dengan Hiruto san, kami bekerja diperusahaan yang sama" Jelas Kubo sebelum Hiruto menyapanya.

"Kalau begitu, kita juga bekerja ditempat yang sama?" Tanya Naomi keheranan.

"Naomi san akan kemana hari ini?" Sela Hiruto.

"Kami akan berjalan jalan. Kebetulan Kubo tau beberapa tempat" Jelas Naomi.

Hiruto akhirnya pergi setelah mendapatkan kode mata dari Kubo, laki laki itu akhirnya membatalkan niatnya untuk meminta Hiruto menemani hari ini. Sejujurnya, Kubo sendiri tidak banyak menghabiskan waktu untuk pergi ke tempat tempat wisata di Jepang. Ia lebih sering pergi keluar negeri untuk urusan bisnis, dan waktu liburnya lebih banyak digunakan untuk beristirahat di apartemen.

Saat melihat daftar yang diberikan oleh Naomi, Kubo sendiri keheranan karena belum pernah mengunjungi tempat tempat yang Naomi ingin kunjungi. Namun ia berani mencoba untuk pergi kesana. Kubo yang sudah terbiasa dilayani, pergi tanpa pelayan, serta Kubo yang tak pernah sekalipun lepas dari mobil pribadinya kali ini benar benar harus berusaha keras mencoba sesuatu yang baru baginya. Hari ini ia lebih banyak mendampingi Naomi dan berlaku seolah olah ia sudah terbiasa pergi ke tempat itu. Bahkan untuk pertama kalinya Kubo menaiki bus dan kereta cepat, hal yang tak pernah ia lakukan seumur hidupnya.

Naomi memang selalu begitu, memberi hal yang selalu menjadi pertama bagi Kubo. Dan laki laki itu selalu menyukai semua hal pertama itu.

*****

Naomi beristirahat sejenak saat tiba di taman wisata, ia menenggak habis semua air yang ada di botol minum. Cuaca hari itu cukup panas, membuat tubuh Naomi banyak berkeringat. Sejenak ia merasa kesal pada Kubo karena telah membuatnya kebingungan mencari jalan dan akses untuk menuju tempat itu. Kubo beralasan bahwa ia sudah lupa jalan dan akses ke tempat itu, hingga akhirnya laki laki itu harus tetap banyak mencari tau tentang jalan dan akses menuju kesana sehingga memakan waktu lebih lama.

Dilihatnya dari kejauhan, Kubo menjinjing dua botol minuman ditangannya serta makanan. Meski kesal namun Naomi tetap tersenyum melihat Kubo, tidak ada rasa takut saat Naomi bersamanya berdua. Ia merasa bahwa, ada berdua bersama Kubo bukanlah hal yang pertama. Tapi ia tidak tau dimana. Naomi suka pada sikap Kubo, sikap dewasa Kubo saat mendampinginya, Kubo lebih banyak bertindak dan melayaninya, sejenak terlintas dipikiran Naomi tentang sikap Rio saat bersama dan membandingkan keduanya.

Ada perbedaan yang mencolok diantara mereka berdua, Kubo terlihat lebih dewasa dan memimpin saat bersama. Bahkan laki laki itu bertindak seolah olah ia bisa bertanggung jawab pada Naomi sepenuhnya. Sedangkan Rio, laki laki itu lebih terasa manja saat bersama Naomi. Naomilah yang selama ini memimpin saat mereka bersama, dan memutuskan segala sesuatu soal mereka.

"Aku membeli ini, aku yakin kamu akan suka" Jelas Kubo sembari menyodorkan cemilan pada Naomi.

Setelah menghabiskan sabtu bersama Kubo, Naomi memilih untuk diam dirumah pada hari minggu dan beristirahat. Ia cukup lelah berjalan jalan di hari sabtu. Terlebih karena Kubo juga membuatnya lelah kemarin.

*****

Senin pagi bagi Naomi adalah hal yang menyenangkan, semangatnya terus kembali penuh. Seperti biasa, pagi ini ia bertemu dengan Hiruto di Lobi. Setelah menyapa laki laki itu, Naomi pergi meninggalkannya dan bergegas menuju kantor. Ia tidak lupa membawa satu kotak bekal makan siang untuk hari ini. Khawatir jika ia tidak sempat makan ke kantin, dan harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dari Naya.

Saat tiba diruangan, ia belum melihat siapapun disana. Bahkan Naya yang biasanya datang pagi namun perempuan itu sama sekali tidak terlihat. Naomi hanya bisa membereskan meja lalu membaca beberapa dokumen yang Naya tinggalkan diatas meja. Tak lama, Naomi melihat Naya berjalan kearah ruangannya mengikuti seorang laki laki dengan kemeja putih. Naomi membulatkan matanya saat melihat dengan jelas laki laki itu. Laki laki yang dikenalnya beberapa hari lalu, laki laki yang menemaninya pergi jalan jalan hari sabtu kemarin.

"Naomi San, Selamat pagi" Sapa Naya.

Naomi hanya membungkukkan tubuhnya seraya mengucap salam.

"Perkenalkan, ini Kubo san. Dia CEO disini"

Perempuan itu terdiam sejenak sampai akhirnya menyambut uluran tangan Kubo.

"Selamat bergabung" Ucap Kubo.

Naya dan Kubo kemudian meninggalkannya diruang kerja sendirian, Naomi hanya diam dan merenung sejenak ditempat duduknya. Segalanya menjadi jelas sekarang, seolah olah potongan teka teki yang selama ini ia abaikan sudah lengkap. Alasan kenapa Naomi bisa bertemu dengan Hiruto setiap pagi. Alasan kenapa Kubo bisa tau Naomi berasal dari Indonesia padahal Naomi merasa tidak pernah memberitahunya, alasan kenapa seragam mereka sama, alasan Hiruto mengenalnya, dan kali ini ia mengerti kenapa apartemen mereka berdekatan. Karena Naomi adalah sekretarisnya, semuanya jadi masuk akal saat Naya mengatakan bahwa bahkan hidupnya kini bukan lagi miliknya. Karena mulai hari ini, ia akan terus melayani Kubo. Dengan jarak sedekat itu.

"Aww" Teriak kecil Naomi.

Naomi memukul keras kepalanya sendiri. Menyesali apa yang pernah ia lakukan dan katakan pada Kubo. Terlebih sikapnya sejak bertemu dengan Kubo, ia sudah sangat merasa nyaman dengan Kubo dan memperlakukannya seperti teman dekat. Ia mengernyitkan dahi saat ingat jika Sabtu lalu memarahi Kubo dan membuatnya membeli cemilan. 

Namun, satu hal yang mengusik pikiran Naomi kali itu.

"Kenapa dia tidak bicara jujur sejak awal?" Pikir Naomi.