Saat melihat Stella yang masih memegang kusen pintu dengan erat, kesabaran pria itu telah habis. Dia menarik dengan kuat tubuh Stella, hingga pegangannya terlepas, kemudian menjatuhkannya ke lantai. Pria itu kemudian segera merobek pakaian Stella.
"Tidak … " ujar Stella dengan lemah.
Semua pakaiannya terlepas, hingga memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang hanya menggunakan pakaian dalam.
Saat melihat kulit putih mulus Stella, pria itu menatapnya dengan pandangan cabul.
Stella yang menyadari arti tatapan itu, segera menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Dirinya terus menangis saat dia merasa sudah tidak berdaya seperti itu.
Pria itu kemudian itu meraih tangannya, kemudian menahannya di atas kepalanya. Sementara tangannya yang lain mencoba melepaskan rok kerjanya.
"Tidak! Lepaskan aku ... Lepaskan aku ... Saga ... Tolong aku..." teriaknya putus asa, dan tanpa sadar memanggil nama Saga. Stella masih terus berontak, namun yang dia lakukan terasa sia-sia saat pria itu semakin menekan tubuhnya.
Sedangkan, saat sudah kesal dengan Stella yang berontak terus menerus, karena tidak sabar dan kasar, pria itu menampar dengan keras pipi Stella, kemudian berkata dengan nada penuh ancaman, "Dengarkan, Jalang! Jika kau terus berontak. Aku akan memukulmu sampai mati!"
Stella yang ketakutan, berhenti bergerak, dan bergumam pelas, "Hiks …. Saga … Tolong aku … " Saat mendengarnya, pria itu menyeringai, kemudian mengulurkan tangannya dan menepuk pipi Stella dan berkata, "Tidak akan ada orang yang datang menolongmu. Jadi, percuma saja kau berteriak. Diam saja dan nikmati sentuhanku …. "
Setelah mengatakan itu, tangannya turun ke leher Stella dan mengelusnya pelan.
Saat merasakan sentuhan itu, Stella hanya bisa memejamkan kedua matanya dan terus menangis.
Tiba-tiba terdengar suara pintu didobrak dari luar.
Saat pintu terbuka sepenuhnya, Saga segera masuk ke dalam kamar mandi. Dia dapat melihat Stella yang tengah terbaring di lantai, dan diatasnya ada seorang pria yang tengah menggerayangi tubuhnya. Saat melihat itu, dia menjadi sangat marah, kemudian bergegas maju dengan cepat ke arah mereka, dan menendang dada pria itu dengan keras, hingga tubuhnya jatuh terjengkang dengan keras.
Dapat dia lihat, pria itu mengerang kesakitan, sambil mengelus-elus dadanya.
Saga yang tidak peduli dengan cepat mengangkat tubuh Stella hingga terduduk. Jas yang dipakainya dia lepaskan, kemudian memakaikan itu ke Stella yang masih terisak dalam pelukannya, lalu dengan nada menenangkan berkata, "Sshh … Jangan takut, jangan takut, aku di sini."
Sedangkan Stella kembali menangis dengan keras, melampiaskan semua perasaan takutnya pada Saga.
Saat mendengar tangisan itu, entah kenapa Saga juga ikut merasakan rasa sakit yang dirasakan Stella.
Dia tidak bisa membayangkan bahwa jika dia telat datang menyelamatkan Stella tadi, entah apa yang akan terjadi dengan Stella.
Saat memikirkan itu, dia kembali merasa marah.
Saga menghela napasnya dan mencoba tenang, dan dengan lembut mengelus punggung Stella, kemudian membujuknya, "Ssshhh .. Stella, jangan menangis. Jangan takut, tidak ada lagi yang akan menyakitimu selama ada aku bersamamu. Shh … jangan takut!"
Perkataan yang menenangkan dari Saga, ternyata berhasil menenangkan diri Stella, dan dirinya berangsur-angsur berhenti menangis.
Saat sudah merasa Stella sudah lebih tenang, Saga tersenyum dan segera menggendong Stella dengan gaya bridal, kemudian keluar dari kamar mandi. Steleha itu, membaringkan tubuhnya perlahan di Rajang, lalu menyelimutinya. Dia menundukkan kepalanya dan mencium dahi Stella, dan berkata, "Tunggu aku. Aku akan mengurus orang tadi."
Stella hanya bisa menganggukkan kepalanya. Sebenarnya, dia tidak ingin Saga pergi. Dia hanya ingin Saga berada di sisinya untuk saat ini.
Saga segera berbalik dan pergi ke arah kamar mandi.
Setibanya di kamar mandi, dia langsung menginjak tangan pria itu dengan keras, hingga membuatnya mengerang kesakitan.
"Siapa yang menyuruhmu?!" ujar Saga sambil terus menekan tangannya.
"Ghk!" Pria itu mengerang kesakitan saat merasakan tangannya yang seakan-akan akan remuk dengan cepat. Wajahnya sudah sangat memerah sekarang.
Sedangkan, Saga yang tidak mendapatkan jawaban, menyeringai, dan menginjak tangannya berkali-kali dengan keras.
"Ahk!" Saat tangannya diinjak, pria itu merasakan kesakitan luar biasa, dan saat mendengar suara tulang patah dia kembali berteriak kesakitan.
Namun, Saga tidak menghentikan perbuatannya dan menatapnya dengan pandangan kaku. Tidak peduli dengan erangan kesakitan pria itu, dia terus menginjakkan kakinya.
Tidak puas dengan satu tangannya, Saga berbalik menginjak satu tangan pria itu yang lain.
Dapat terdengar teriakan kesakitan pria itu, tubuhnya terlihat lemas, dan wajahnya sudah menjadi pucat sekarang.
Stella yang dapat melihat perlakukan brutal Saga, tangannya mencengkram selimut dengan erat, kemudian memejamkan kedua matanya karena tidak sanggup melihat lagi.
Sedangkan, Saga kembali melanjutkan perbuatannya dengan menginjak dada pria itu hingga terdengar suara tulang rusuk yang patah, hingga darah segar mengalir dari mulutnya. Keringat dingin sudah membanjiri wajahnya.
"Khhk! … Ampun, ampun … saya … saya a-akan mengatakannya … " ujar pria itu yang sudah tidak kuat dengan siksaan Saga.
Saat mendengar itu, Saga berhenti, kemudian menyeringai, lalu berkata, "Sudah terlambat!"
Stella yang mendengarnya, segera berteriak untuk menghentikan Saga berbuat lebih dari itu, "Saga!"
Saga menoleh dan ekspresi berubah. Pria itu tersenyum dan berkata dengan lembut, "Stella, ada apa? "
Stella semakin mencengkram selimutnya karena gugup, lalu menjawab dengan pelan, "Aku ingin tahu siapa yang menyuruhnya melakukan itu padaku … "
Saga menghela napasnya, kembali menatap pria yang terbaring lemah di bawahnya, dan berkata, "Kamu hanya punya satu kesempatan. Jadi, cepat katakan padaku siapa yang menyuruhmu!"
Pria itu menganggukkan kepalanya, menahan rasa sakit dari tangannya, dan perlahan berkata, "A-aku Sebenarnya karyawan club ini. Seseorang membayarku untuk membuatnya pingsan dan membawanya ke kamar ini, kemudian mengambil foto dan video telanjangnya."
Stella segera duduk dan dengan cepat bertanya, "Siapa orang itu?"
Dia merasa tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Namun, dirinya terkejut saat seseorang menjebaknya dengan kejam seperti tadi.
"T-tolong jangan membunuhku … " mohon pria itu tiba-tiba.
Saga yang mendengarnya, dan berkata dengan nada kaku, "Selama kau mengatakan identitas orang itu, aku akan mengampunimu."
Pria itu merasa lega karena Saga mengampuninya dan dengan jujur mengaku, "Dia seorang wanita yang bernama Janet. Aku .. aku hanya tahu namanya saja. K-karena aku sangat membutuhkan uang saat ini, aku menerima tawarannya. Selebihnya, aku tidak tahu lagi mengenai wanita itu, Aku bersumpah!"
Stella yang mendengar nama manajernya disebut, melotot dan memandang pria itu dengan tatapan tidak percaya.
Dia tidak pernah berpikir bahwa dalang dibalik semua ini adalah Janet, manajernya.Stella juga tiba-tiba kembali teringat peringatan rekan kerjanya tadi saat mereka di dalam mobil, ekspresi aneh Janet padanya, kemudian air putih yang diminumnya yang ternyata mengandung obat bius.
Stella masih tidak menyangka, Janet akan berbuat begitu kejam padanya karena rasa iri wanita itu. Dia juga berpikir jika Janet ingin menghancurkan dirinya, membuatnya malu, hingga membuat pekerjaannya terancam karena foto dan videonya.
Dia tidak membayangkan, jika Saga tadi tidak menyelamatkannya …
Saga yang melihat Stella terkejut dan lemah, menjadi tidak tega. Dirinya keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arahnya, lalu menenangkan Stella.
Dia juga memperingatkan Stella, jika apa yang dirinya alami biasa terjadi dalam dunia kerja karena masing-masing orang memiliki ambisi dan Stella harus benar-benar berhati-hati dengan rekan kerjanya. Baik di depanmu, bukan berarti dia tidak membicarakan dirimu di belakangmu.
"Bolehkah aku p-pergi sekarang … " Saat mendengar itu, Saga menoleh dan berkata, "Ya." Kemudian, saat teringat sesuatu, dia kembali berkata, "Tapi, sebelum itu aku harus memberitahukan sesuatu padamu dulu."