Beberapa hari ini, Farhan masih diguyur emosi. Rasa kesal masih membeku dan menggumpal di hatinya.
Luapan kerinduan yang tak berujung membuat hatinya hancur. Tiada kata lelah pada dirinya untuk mendapatkan Dona.
Cinta yang benar-benar sudah membuat nya gila dan lupa diri.
Dua hari sudah Johan berada di Surabaya, namun dia belum mendapatkan kabar tentang keberadaan Dona.
Bos besarnya pun semakin murka. "Halo, Jo."
"I-iya, Pak Farhan." Johan sedikit gugup.
"Bagaimana, kamu sudah menemukan dimana Dona?" Suara Farhan sedikit meredam.
"Maaf, belum Pak. Dan sedang kami usahakan," Johan menjawab dengan rasa canggung.
Farhan menaikan nada bicaranya dan membentak anak buahnya itu. "Kalian sebenarnya kerja atau cuma main-main sih disana? Saya sudah tambah personil buat bantuin kamu, tapi kenapa belum ada hasil juga? Apa perlu saya yang turun tangan sendiri? Kalian benar-benar nggak becus kerja, ya."
Brak… suara Farhan melempar handphone nya ke atas meja kerjanya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com