Ketegangan tampak di wajah putri semata wayang Tuan Sandjaya dan Nyonya Mety.
Kabar yang diberikan Reyhan itu, sontak membuat nya dirundung kecemasan.
Matanya kembali berkaca-kaca, terlihat kembali kesedihan di mata indahnya.
Hati yang sebelumnya mulai tenang, kini serasa kembali tergusar.
Kekhawatiran yang sempat sirna, kini kembali menerpa.
Pria yang pernah mengisi hatinya, kini bak monster yang siap menerkamnya.
Semenakutkan itu, Farhan di mata wanita berusia tiga puluh satu tahun itu.
Lelah hati kembali menghampiri, rasa sesak tak khayal kembali menusuk dadanya, menoreh kembali luka yang pernah sirna.
"Reyhan kenapa, Don? Tadi yang telepon Reyhan, kan?" tanya Tuan Sandjaya.
"Iya, Pah. Dia nyuruh nunggu sebentar, mungkin lagi antri," kilah Dona.
"Oh gitu," ucap Tuan Sandjaya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com