Tangisan Resty semakin menjadi, ia merasa sangat tertindas dan sudah di bohongi. Batinnya ingin menjerit sejadi-jadinya kala melihat foto itu. Dukungan dari keluarga suaminya terlihat nyata untuk Dona.
Hati yang masih menyimpan luka pun kini kembali tersayat.
Lelah hati semakin terpancar dari kedua bola matanya.
"Res, udah kamu yang sabar," ucap Yana.
"Inilah puncak kesabaranku Yan, ayo kita pulang. Aku akan beri pelajaran untuk mereka," ajak Resty.
"Sabar Res, ingat jangan gegabah. Risma kami pamit pulang dulu ya," ucap Yana.
'Mbak, kami pulang dulu ya," pamit Resty.
"Iya, kalian hati-hati ya," sahut Risma.
Risma semakin bingung dan merasa bersalah akan hal ini. Seharusnya ia memastikan dulu tujuan Yana dan Resty mencari tahu tentang wanita di foto tersebut. Dan harusnya ia mengikuti kata hatinya untuk mengkonfirmasi kepada Sania sewaktu ia bertemu Sania pagi tadi. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur dan ia pun tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com