Pagi mulai menjelang, mentari terlihat mulai bersinar menyingsing petang.
Waktu begitu cepat bergulir, embun mulai terlihat berjejeran di dedaunan.
Kesegaran udara pagi, terasa menusuk hingga ke relung hati.
Pagi ini di Kota Jakarta, Farhan tampak merekahkan senyumnya.
Terlihat, keluarganya sudah berkumpul di meja makan seperti biasa.
Farhan yang baru tiba di ruangan itu, dengan semangat menyapa.
"Selamat pagi semuanya."
"Hai, Han. Kamu kelihatannya semangat sekali. Apa kamu mau jemput Resty sama Noval?" tanya sang ayah.
"Enggak, Pah. Mereka masih ingin di kampung katanya," jawaban lincah dari mulut Farhan.
"Oh….terus apa yang membuat kamu semangat, seperti ini?" tanya ayahnya lagi.
"Karena ada kabar bagus, tentang Project kita di Surabaya, Pah." Pria itu sungguh lihai berbohong.
"Oh begitu…Baguslah kalau gitu," Tuan Rahardjo percaya.
Namun tidak dengan ipar serta ibu kandungnya. Mereka tidak percaya begitu saja, keduanya yakin ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com