webnovel

Mayang Jatuh Cinta

Kita kembali ke rumah tua, semua seperti biasa tidak ada yang aneh. Rumah pun seperti tidak mengenal waktu tetap berdiri walau jaman berubah.

"Aduh, kesel banget dan bete !" Mayang terlihat manyun melihat keluar jendela dan melihat kendaraan atau orang yang lalu lalang depan rumah tua seakan tidak perduli dengan keberadaannya.

"Emang kenapa kamu kesal, Mayang ?" tanya Mey Chan heran,

"Sepi atuh, pengen keluar jalan-jalan cari cowok yang ganteng !" jawab Mayang.

"Kamu tuh aneh, kita dan mereka itu sudah berbeda !"

"Iya tahu, tapi kan kita sesekali bisa menjadi manusia walau sebentar ! ya mudah-mudahan dapet cowok !" jawab Mayang.

"Dulu aku teh sempat suka sama cowok, dia itu teman sekelas aku ! tapi sayang sama abah tidak boleh pacaran ! harus fokus menjadi penari !" pikirannya melayang ke masa lalu yang sedikit diingatnya,

"Bukannya kamu itu seorang sinden?" tanya Arman yang duduk tak jauh dari situ.

"Iya, sebelumnya aku ini penari jaipong, waktu itu penari sering di tanggap di hajatan kawinan ! sekarang mah udah beda, dangdutan ! dulu orang-orang pada nunggu para penari biasanya di keluarkannya di akhir ! lumayan kalau dapet saweran !" jawab Mayang kemudian berdiri dan menggerakan tubuhnya menari jaipong khas sunda dengan lentur dan lincah.

Semua bertepuk tangan melihat Mayang menari, dia pun semakin semangat dan mulai berubah menjadi ganjen, Mayang mengeluarkan selendangnya dan mengalungkannya ke leher Arman. Suara gamelan mengalun menghentak entah dari mana asalnya, semua menyaksikan kelihaian menari jaipongan tarian khas dari tanah Sunda Jawa Barat, pinggul Mayang bergoyang mengikuti irama musik lagu sunda.

Arman walau orang jawa tapi faham dan bisa mengikuti tarian Mayang, sesekali perempuan itu menggodanya dengan kerling dan tatapannya. Serta goyangan pinggul yang seksi. Tapi tak lama, tiba-tiba Mayang menghentikan tariannya, semua seketika sunyi dan sepi. Terdengar suara tangis yang ternyata dari Mayang. Mei Chan mendekati Mayang dan memeluknya erat.

"Sakit, semuanya teh hanya menginginkan tubuhku saja !" tangis Mayang.

"Aku dipaksa kawin dengan seorang bandot tua yang sudah beristri banyak tapi memang kaya raya seorang juragan ! aku tidak bisa menolak !" lanjut Mayang.

"Tapi tidak lama karena dia keburu mati ! semua istrinya berebut harta warisan ! tahu tidak, aku tidak mendapat sepeser pun dari semuanya ! aku pergi dan bergabung kembali ke kelompok seni ! dan menari kembali !" lajut cerita Mayang.

"Sampai kemudian aku jatuh cinta kepada seorang pemuda ganteng ! walau banyak juragan yang meminta untuk meminangku bahkan dengan iming-iming harta ! aku menolak ! aku lebih suka cinta dari pada uang !"

"Sayang, semua menyakitkan aku terbunuh karena ada perempuan lain yang suka kepadanya dan di anggap merebutnya !" Mayang terdiam.

----------

Bulan purnama pun tiba, kini saatnya bagi para penghuni rumah untuk bersalin rupa menjadi manusia sementara. Mbo Siyem mewanti-wanti ada beberapa peraturan yang harus di taati oleh para mahluk astral. Pertama mereka dilarang menguangkap siapa mereka, kedua melarang makan makanan tertentu dan yang terakhir jangan menjalin hubungan dengan manusia.

Semua mengerti dan berkumpul melingkar di tengah ada sebuah cermin transparan. cermin ini menangkap energi bulan yang akan membuat mereka menjadi manusia sementara. Semuanya akan menjadi manusia sesuai waktu selama bulan purnama sampai usai, setelah itu kembali seperti semula.

Apa yang diharapkan mahluk astral ini ketika menjadi manusia ? rata-rata menikmati moment berjalan, menikmati udara bebas dan makan makanan walau itu terbataa. Manusia normal tak akan menyadari siapa mereka, yang sebenarnya sudah tak kasat mata.

Satu hal yang diminta oleh mbo Siyem, jangan terlalu jauh dari rumah mereka tinggal, bila terjadi sesuatu akan mudah ditanganinya. Dia bukannya tidak tahu hati perasaan semuanya hanya saja mereka punya keterbatasan yang berbeda dengan manusia normal.

Semua kesempatan ini di berikan hanya untuk agar untuk sesaat memori mereka terbuka, dan setelah itu satu persatu permasalahan mereka yang belum selesai di dunia akan diperbaiki sebelum semuanya pergi ke tempat semestinya mereka berada ...

-------------

Waktu mereka menjadi manusia hanya 2 minggu saja tidak lebih. Hans lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja tidak kemana-mana karena akan mencolok bila dia berkeliaran di jalanan karena tampang bulenya. Hal itu sering ia lakukan.

Mei Chan akan mengajak putri jalan-jalan dan bermain dengan anak seusianya. Arman dia pun sama berjalan-jalan melihat suasana kota yang sudah berubah sejak Indonesia merdeka. Sangat berbeda ketika dia dan teman-temannya berjuang untuk mengusir penjajah, kadang-kadang dia sedih melihat anak muda sekarang ugal-ugalan, tawuran dan berfoya-foya seakan mereka lupa ada dia dan yang lainnya yang membuat negara ini seperti sekarang.

Arman pun marah kepada segelintir orang yang ingin merusak bangsa ini, dia menganggap mereka penghianat bangsa. Dengan korupsi, memecah belah dan sebagainya. Dia ingin berteriak bahwa dulu mereka tidak memikirkan apapun yang ada hanya ingin lepas dan bebas dari belenggu penjajahan bahkan nyawa pun mereka tidak perduli. Sementara mereka dengan seenaknya merusak dan menghancurkan bangsa ini dengan sekejap. Padahal perjuangan mereka selama ini membutuhkan waktu tidak sedikit dan mengorbankan harta dan nyawa mereka. Tapi hanya itu yang dia bisa dan tidak berbuat apapun.

Setiap pulang ke rumah pasti menjadi murung, Hans tahu tapi tidak bisa berbuat banyak. Hans mendekatinya dan memeluk Arman yang kemudian menangis entah apa yang ditangisinya.

Sementara Mayang, dia awalnya semangat menjadi murung. Dia pun duduk di sebuah taman, ketika menjadi manusia pakaian mereka berubah mengikuti jaman hanya umur mereka tidak berubah, sama ketika semuanya mati ...

"Mba Mayang ... !" teriak anak kecil. Mayang terkejut dan itu ternyata putri dan juga Mei Chan.

"Kok kamu disini Mayang ?" tanya Mei Chan.

"Entah lah aku sendiri bingung !" Mayang terdiam. Mei Chan pun duduk di sebelah Mayang, sementara Putri bermain dengan gembira seakan tidak perduli apapun.

"Sudahlah tidak usah kamu pikirkan Mayang !" Mei Chan memberi nasehat.

"Boleh ku tahu apa kamu merindukan kekasihmu ?" tanya Mayang kepada Mei Chan dan dia terdiam.

"Kurasa bukan kekasih tapi ... suami !" jawab Mei Chan, Mayang tertegun.

"Jadi kamu sudah menikah ? aku pikir kamu dan aku sama dikhianati pasangan !" ujar Mayang. Mei Chan tersenyum miris.

"Aku jatuh cinta kepada seorang pribumi, Mayang ! hanya saja keluargaku tidak setuju !" mata Mei Chan menerawang jauh entah kemana, tanpa sadar air matanya meleleh.

"Maafkan aku !" Mayang terdiam melihat Mei Chan menangis yang membuat hatinya terluka kembali karena mengungkit masa lalunya.

"Tidak Mayang, kurasa semua memiliki luka hal yang sama ! ada sebab dan akibat kita ... meninggal !" jawab Mei Chan terdiam begitu pun Mayang.

"Kurasa Mbok Siyem membuat kita menjadi manusia ada tujuannya !" Mei Chan mengusap air matanya.

"Mungkin ... !" balas Mayang. " Hanya Putri yang tidak memikirkan apapun ! dia masih kecil, jalan hidupnya sebenarnya masih panjang ! irinya aku padanya !" lanjutnya, Mei Chan mengangguk. Keduanya melihat Putri yang sedang bermain sendirian dengan gembira.

"Mayang ... !"

"Hmmmm ... apa ?" tanyanya kepada Mei Chan.

"Kamu, lihat lelaki disana !" tunjuk Mei Chan kepada seseorang yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Ya, aku tahu dari tadi ! kelihatannya baru putus cinta !" jawab Mayang santai.

"Dari mana kamu tahu dia putus cinta ?" tanya Mei Chan heran.

"Tadi mereka berdua dan keduanya bertengkar ! entah apa, aku tidak perduli ! bahkan si perempuan menampar si lelaki ! kata si lelaki yang perempuan itu selingkuh !" jawab Mayang, Mei Chan tertawa.

"Kok tertawa sih !" Mayang cemberut.

"Kamu aneh, katanya tidak perduli, tapi tahu semuanya !" Mei Chan tersenyum.

"Iyalah, tadi rame sekali kok ! kaya drama tv saja !" Jawab Mayang.

"Oh ... !" Mei Chan mengangguk. Lelaki itu pun berdiri dan pergi.

"Mas .... Herman !" tiba-tiba Mayang pun berdiri seperti hendak mengejar laki-laki itu, Mei Chan terkejut ...

Bersambung ....