webnovel

Kekasih Brondongku

18+ Zoe Angelica adalah seorang wanita berusia 30 tahun, namun penampilannya yang awet muda, membuat terlihat seperti gadis berusia 20tahunan. Untuk itu dia nekad menarik perhatian CEO muda bernama Gin yang usianya terpaut empat tahun lebih muda dari nya. Dia melakukannya demi membalas dendam pada suaminya-Dave yang tega mengkhianatinya di awal pernikahan mereka, namun Suaminya tak pernah berniat untuk menceraikan nya. Dave berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, dan selalu menunjukkan cinta tulusnya pada Zoe, namun sepertinya hati wanita itu telah mati untuk nya, dia berpaling, dia mengejar cinta lain. Bagaimanakah kisah Zoe selanjut nya? Apakah dia akan melanjutkan kegilaannya bersama kekasih brondong nya, atau berdamai dengan suaminya? Kisah ini di tulis dari sisi paling nyata dari sebuah kehidupan, bahwa hidup adalah tentang ketidak sempurnaan. Ikuti terus kisah yang mendebarkan ini, dan kita bisa berteman di Ig : evayunita7458 Thanks and happy reading

Eva_Yunita_9816 · Urbano
Classificações insuficientes
8 Chs

Sentuhan malam itu

Zoe tak ingin mengindahkan keinginan Dave untuk mereka agar tetap bersama, keinginannya untuk bercerai dari pria itu sangat kuat. Ia tidak bisa lebih lama lagi berpura-pura bahwa semua nya baik-baik saja, apalagi hanya untuk menyenangkan banyak orang. Bukan bermaksud egois, tapi apalah gunanya mempertahankan pernikahan namun hati nya terasa merana. 

Di tahun kedua pernikahan mereka, saat itu Zoe sudah merasa cukup mental, Zoe mengutarakan niat nya lagi untuk berpisah pada Dave. Namun lagi-lagi pria itu hanya terdiam. 

Malam itu, setelah lama sekali tidak tidur dalam satu ranjang, Dave mendatangi tempat tidur Zoe bersama Tifani. Bayi itu sudah tampak terlelap, Dave sengaja memindahkannya ke dalam box bayi. Lalu kemudian ia naik ke tempat tidur. Sudah lama sekali ia tidak menyentuh wanita itu. Zoe melarang nya untuk menyentuh nya lagi, namun malam itu Dave tak bisa menahan diri, ia merindukan wanita itu, cintanya menggebu, dan ia ingin kembali mengulang saat-saat mengarungi lautan asmara bersama wanita itu, saat-saat paling menyenangkan seperti saat mereka melakukannya di malam pertama pernikahan mereka.

Dalam keadaan setengah sadar, Zoe merasa ada yang mencumbu bagian lehernya. Karena masih sangat mengantuk di karenakan kelelahan menjaga Tifani, membuat nya enggan membuka mata. Ia juga mulai merasakan seseorang yang mulai melucuti pakaiannya dan mulai menyentuh titik-titik di bagian sensitifnya. Karena sudah lama tak merasakannya, tubuh nya malah seolah mendamba. Ia menikmati setiap sentuhan itu, bahkan ia menginginkan lebih. 

"Zoe, aku mencintaimu," bisik Dave tepat di telinga Zoe dengan suara sensual, kemudian kembali membenamkan wajahnya di ceruk leher wanita itu, menggigitnya dan menyisakan tanda merah di sana.

Tanpa sadar Zoe terdengar mendesah, membuat Dave berpikir, kalau wanita itu juga menginginkan dirinya malam itu. Dave tak merasa ragu-ragu lagi, ia mulai bergerak di atas tubuh wanita itu, peluh nya bercucuran, di lihat nya wajah Zoe yang hanya di sinari cahaya tamaram lampu tidur di atas nakas. Wanita itu terlihat menikmatinya dengan mata yang masih terpejam. Dave semakin mempercepat ritme gerakannya, hingga suara lenguhan panjang itu terdengar. Menandakan Zoe telah sampai pada klimaks nya. Sekarang giliran Dave mengambil bagian, ia menumpahkan cairan miliknya di dalam sana. 

Dalam keadaan napas terengah-engah, ia mengecup kening wanita yang masih berstatus istri sah nya itu dengan lembut. "Terimakasih, sayang. Aku janji akan membahagiakan mu dan tidak akan pernah lagi mengecewakanmu."

Zoe hanya terdiam, sebenar nya ia sudah sadar dan cukup untuk mendengar apa yang di ucapkan oleh pria yang kini menjatuhkan diri tidur di sisinya. Diam-diam cairan bening mengalir dari sudut matanya. Ia menangis tanpa menimbulkan suara. Apa yang baru saja ia lakukan? Kenapa ia harus kalah dengan hasrat nya sendiri? 

***

Dave hanya beristirahat sebentar, kemudian ia bergegas bangun dan berpakaian. Ia tak ingin Zoe terbangun dan mendapati dirinya ada di kamar nya. Wanita itu pasti akan marah besar padanya. Dan Dave tak ingin pertengkaran itu terjadi. Ia sudah cukup lelah melewati hari-hari nya dengan menghadapi sikap dingin wanita itu. Dan anggap saja malam ini adalah keberuntungannya karena bisa menyentuh istri nya lagi.

Selang beberapa minggu sejak kejadian malam itu, tiba-tiba perut Zoe terasa mual di setiap pagi menjelang, ia bahkan tak bisa makan apapun, apa saja yang di makannya terus saja keluar dari perutnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tapi ia memiliki firasat kalau dirinya sedang berbadan dua. Kejadian yang di alami nya saat ini, sama persis seperti saat ia mengandung putri pertamanya-Tifani. 

Tapi bagaimana mungkin? Zoe berusaha menyangkalnya, ingatan nya membawanya kembali pada malam itu, saat ia membiarkan Dave menyentuh nya.

Ah... sungguh ceroboh. Tak hentinya Zoe mengumpati dirinya sendiri dalam hati. 

Bagaimana bisa ia mengajukan cerai kalau saat ini dirinya sedang hamil lagi? Kenapa hanya ingin bercerai saja rasanya sulit sekali. Apa pria itu sengaja ingin menghamilinya agar bisa tetap menahannya di sisi nya?

Zoe merasa kesal dan tak ingin bicara lagi pada Dave. Bahkan ia selalu menatap tidak ramah pada pria itu. 

"Zoe, kau kenapa? Aku lihat setiap pagi kau muntah-muntah, apa kau sakit? Apa mau ku antar ke dokter?" Terdapat raut khawatir di wajah Dave. Ia melihat wajah wanita yang masih sangat di cintainya itu begitu pucat.

Zoe baru saja selesai dengan ritual muntah nya di wastafel kamar mandi. Rumah mereka tidak besar, hanya tediri dari ruang tamu, ruang tengah, satu kamar mandi dan dua kamar tidur. Itu adalah rumah pemberian orang tua Dave. Kamar mereka bersebelahan, jadi tidak mungkin bagi Zoe bisa menyembunyikan apapun dari pria itu.

Zoe melihat pria itu sudah beridir di ambang pintu kamar mandi menunggu dirinya. Melihatnya saja membuat nya muak, kalo bisa ia tak ingin berada satu atap lagi dengan pria itu. "Minggir!" Zoe berjalan begitu saja melewati Dave dan mengabaikan rentetan pertanyaan yang di ajukan pria itu.

Namun Dave tak menyerah, ia mengikuti Zoe hingga ke kamar nya. "Kau jangan keras kepala, aku tahu kau pasti sedang tidak baik-baik saja, iya kan?" 

 "Kalo iya kenapa? Bukan urusan mu!" Sahut Zoe ketus tanpa menatap ke arah Dave.

"Tentu saja itu masih jadi urusanku, kau istriku."

Mendengar kalimat itu, wajah Zoe berubah murka, ia menatap ke arah pria itu dengan sinis. "Kau tahu, hanya raga ku saja yang di sini, tapi tidak dengan hatiku." 

Dave benar-benar tak habis pikir, rasanya sulit sekali meluluhkan hati wanita itu yang benar-benar sendingin es, yang kadang membuat nya kehilangan kesabaran. "Zoe, kau itu mau nya apa, sih? Aku sudah berusaha memperbaiki semuanya, tapi kenapa kau masih bersikap seperti ini!" Intonasi suara Dave mulai berubah, ada rasa kesal yang menggelayuti dada nya saat ini.

"Kau tanya apa mauku? Kau sudah tahu kan, aku ingin kita bercerai? Kenapa kau tidak melepaskan aku saja!" Dalam keadaan hamil muda, emosi Zoe makin tidak setabil, ia makin sensitif dan makin mudah tersulut emosinya.

"Kau itu, kenapa kau itu sangat keras kepala dan egois sekali, apa kau tidak pernah berpikir tentang Tifani? Orang tua ku, orang tua mu. Kenapa kau selalu saja memikirkan perasaan mu sendiri, bahkan kau tidak pernah mau mengerti perasaanku!" Sedangkan Dave juga sudah makin kehilangan kesabaran. Wanita itu di kasih hati tapi malah meminta jantung.

Zoe menarik napas dalam-dalam berusaha mengendalikan emosinya agar tidak meledak. Dalam benak nya langsung terputar berbagai kilasan kejadian bagai slide film, ia teringat tentang kebaikan orang tua Dave terhadap nya. Sejak kecil, Zoe sudah di tinggal ibu nya menghadap yang maha kuasa. Dan ibu Dave sangat menyayanginya karena Dave merupakan putra satu-satu nya di keluarganya. Nyonya Dila-ibu Dave begitu menyayangi Zoe dan berharap pada wanita itu untuk bisa membimbing Dave kembali ke jalan yang benar. Ia juga teringat akan ayah nya. Yang sudah mulai menua, dan ia tak ingin membuat masalah dan membuat pria tua itu bersedih. Sudah cukup Zoe membuat kekacauan di masa mudanya dengan merepotkan Ayah nya. Sekarang, tidak lagi. Harus nya ia sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Zoe terisak, ia tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan pada siapapun, ia tak ingin mengecewakan banyak orang. Namun siapa yang akan peduli dengan hatinya, perasaanya? Kalo bukan dirinya sendiri. 

BERSAMBUNG.