webnovel

Kekasih Brondongku

18+ Zoe Angelica adalah seorang wanita berusia 30 tahun, namun penampilannya yang awet muda, membuat terlihat seperti gadis berusia 20tahunan. Untuk itu dia nekad menarik perhatian CEO muda bernama Gin yang usianya terpaut empat tahun lebih muda dari nya. Dia melakukannya demi membalas dendam pada suaminya-Dave yang tega mengkhianatinya di awal pernikahan mereka, namun Suaminya tak pernah berniat untuk menceraikan nya. Dave berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, dan selalu menunjukkan cinta tulusnya pada Zoe, namun sepertinya hati wanita itu telah mati untuk nya, dia berpaling, dia mengejar cinta lain. Bagaimanakah kisah Zoe selanjut nya? Apakah dia akan melanjutkan kegilaannya bersama kekasih brondong nya, atau berdamai dengan suaminya? Kisah ini di tulis dari sisi paling nyata dari sebuah kehidupan, bahwa hidup adalah tentang ketidak sempurnaan. Ikuti terus kisah yang mendebarkan ini, dan kita bisa berteman di Ig : evayunita7458 Thanks and happy reading

Eva_Yunita_9816 · Urbano
Classificações insuficientes
8 Chs

Bertengkar lagi

Saat Dave pulang ke rumah, dia sudah mendapati Zoe dan kedua buah hatinya tidur terlelap di kamarnya.

Sebenarnya Dave merasa kesal tiap pulang ke rumah dan melihat keadaan rumah tampak seperti kapal pecah, seharian ini? Apa saja yang di lakukan Zoe?

Dave tanpa sengaja menginjak mainan Alvin yang berserak di lantai, karena bunyinya yang nyaring, Zoe jadi terbangun.

Zoe beringsut keluar kamar dan melihat siapa yang datang, tepat seperti dugaannya, suaminya-Dave sudah pulang.

"Tumben kau pulang cepat? Biasanya sampai larut malam?" Seru Zoe dengan nada penuh sindiran.

Dave masih terdiam, tangannya sibuk memasukkan mainan yang berserak di lantai ke dalam keranjang. "Kau itu seharian itu kerjanya apa sih? Masa rumah berantakan begini malah di biarkan saja?" Dave akhirnya membuka suara, dia berusaha membalas Zoe.

Zoe yang baru bangun tidur, jelas emosinya tidak stabil, "aku sedang membahas mu, kenapa tiba-tiba kau jadi membahas ku?" Nada suaranya, jelas terdengar tidak senang. "Kau mau tahu apa saja yang ku lakukan hari ini? Ya... benar... tepat sekali seperti yang kau pikirkan dan ucapkan selama ini. Aku bermalas-malasan dan hanya tidur seharian. Puas kau sekarang?!" Zoe semakin kalap.

Dave baru saja selesai, dan dia sekarang lelah, dia tidak ingin lanjut berdebat. Dave memilih diam dan akhirnya masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Zoe heran dengan sikap pria itu, bisanya pria itu tidak akan berhenti mengoceh dan belum puas jika belum bisa membuat kupingnya panas. Dan diam-diam Zoe jadi penasaran, kenapa pria itu pulang cepat hari ini?

Meski perasaan cintanya hanya setengah hati untuk Dave, Zoe masih berusaha untuk menjadi istri yang baik, dia tetap menyiapkan makanan sementara pria itu mandi.

"Makanan mu sudah ku taruh di meja, makan lah." Ucap Zoe acuh tak acuh begitu Dave baru keluar dari kamar mandi.

Dave berpikir, tumben sekali wanita itu perhatian padanya, bisanya wanita itu merengek untuk membeli makan di luar saja, dan sekarang wanita itu mau repot-repot masak untuknya, jelas Dave merasa senang, "Tumben..." ucap Dave sambil mengeringkan rambutnya yang basah, meski di dalam hatinya dia merasa sangat senang, namun dia tidak ingin memperlihatkannya pada wanita itu.

"Kau ini, aku masak salah, beli di luar salah. Aku memasak karena aku tidak tahan kau sering mengatai ku pemalas, jadi tidak usah berpikir macam-macam," Sahut Zoe ketus.

Dave mengangkat kedua alisnya, dia berpikir, kapan sih istrinya itu akan berlaku lemah lembut lagi terhadapnya? Setiap bicara, wanita itu selalu saja emosi, padahal dirinya sudah sangat menahan diri.

"Terimakasih sudah mau memasak untukku," Dave lagi-lagi mencoba untuk mengalah dan bersikap lembut. Dia menarik sudut bibirnya tersenyum, kemudian berjalan ke sisi meja makan.

Tangannya terulur mengambil sendok di meja, dan menyendok satu suap nasi goreng yang baru saja di hidangkan Zoe di sana, "Em... ini enak sekali rasanya, lebih enak dari restorant, coba kau sering masak begini, aku pasti akan betah di rumah," Dave berusaha mencairkan suasana, dia berharap kali ini bisa berbaikan dengan istrinya.

Zoe memutar bola mata malas, "tidak usah berlebihan, aku tidak butuh pujian mu, lagipula, bukankah lebih senang ada di luar dan menghabiskan waktu bersama teman-teman mu? Sekalian juga kan bisa tebar pesona, kenapa hari ini kau absen, apa sedang kehabisan uang?" Zoe menutup kalimatnya dengan senyum mengejek.

Jelas itu bukanlah hal yang ingin di dengar Dave, kenapa wanita itu tetap keras kepala dan seolah memusuhinya? Apakah perlu menyakitinya dengan melontarkan kalimat yang tak enak di dengar itu setiap hari? Jika seperti itu terus, kapan dia akan betah di rumah.

Padahal dia sengaja pulang cepat demi ingin menyenangkan hati wanita itu. Dia mencoba mendengarkan nasehat dari salah satu teman kantornya, agar dirinya pulang cepat dan itu bisa mengurangi kecurigaan istrinya.

Tapi nyatanya? Zoe sama sekali tak ingin menunjukkan sikap perdamaian. Sikapnya malah semakin menjadi, dan Dave merasa lelah.

"Baiklah Zoe, selamat malam, aku akan menghabiskan nasi goreng buatanmu di kamar ku saja." Dave sengaja tak ingin berdebat, untuk itu dia tidak ingin membalas kata-kata Zoe. Dia lebih memilih menghindar, dan berharap suatu hari istrinya itu akan sadar, bahwa dirinya juga memiliki hati, dan dia sangat bersungguh-sungguh ingin memperbaiki rumah tangga mereka.

Suara tangis Alvin membuat Zoe yang sempat melamun tersadar, dia segera masuk ke dalam kamarnya dan mendapati anak laki-laki kecil itu sudah terduduk dan menangis. Untung suara tangisnya tak mengusik Tifani yang masih tampak tertidur pulas.

"Sayang... kau kenapa? Kau haus ya?" Zoe segera merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya, "sebentar ya," Zoe segera membuka kancing bajunya, sepertinya Alvin sudah sangat kehausan.

Akhirnya bayi berusia 1,5 tahun itu berhenti menangis setelah mendapatkan apa yang dia mau. Dan kini matanya perlahan-lahan kembali terpejam.

"Maaf..." Dave tak sengaja masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dia merasa canggung saat mengetahui ternyata Zoe sedang menyusui Alvin.

"Ada apa?" Sahut Zoe ketus sembari membalik tubuhnya jadi memunggungi Dave. Entah kenapa dirinya juga harus merasa canggung, sejak kelahiran Alvin, mereka tak pernah tidur bersama lagi.

"Tidak... tadi aku hanya lewat dan mendengar suara Alvin menangis, ku kira kau butuh bantuan," jelas Dave masih dengan canggung.

"Tidak apa-apa, dia hanya haus, dan sekarang dia sudah tidur lagi. Kalau sudah tidak urusan, lebih baik kau keluar saja." Dave sadar Zoe sedang mengusirnya secara halus.

Entah kenapa malam ini dia begitu behasrat dan ingin menyalurkannya malam ini juga, biasanya dia hanya bisa menyalurkannya dengan menonton film biru.

Dave memberanikan diri untuk kembali bertanya, dia ingin mengutarakan keinginannya tentang hak nya, "Zoe... bisakah... bisakah..."

"Jangan harap, aku sedang datang bulan," rupanya wanita itu bisa membaca pikirannya.

Dave menelan ludah kasar, "kapan selesai?"

"Tidak tahu, memangnya kau mau apa?"

Dave menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "mau itu, kau pasti tahu lah..." kini dia malah cengengesan.

"Kau kan bisa melakukannya dengan wanita lain."

Dave kesal jika Zoe mulai memancing pertengkaran, "Zoe... bisakah kita akhiri ini? Kau tahu aku tidak pernah melakukannya lagi, aku berani bersumpah untuk itu, tapi kau tidak mau mengerti dan terus saja mengungkitnya? Apa kau senang jika bertengkar terus seperti ini? Apa kau belum juga bisa melihat kesungguhan ku untuk berubah selama ini? Hah... apa yang harus ku lakukan agar hatimu menjadi puas?!"

Zoe terdiam, kini putrinya yang gantian terbangun karena mendengar suara keras ayah nya.

"Ayah... Ibu, ada apa?" Gadis itu bangkit duduk dan mengucek matanya.

Bersambung.