Saat Guru Ling memikirkan tentang Rubin sang putra mahkota kerajaan sains, muridnya Feng Shui bertanya Lantaran melihat gurunya terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Guru, ada apa? Apa yang guru pikirkan?" Tanya Feng Shui.
"Tidak, aku tidak memikirkan apapun. Tapi satu hal yang pasti, biarkan kedua bayi itu hanyut di sungai." Ucap Guru Ling.
"Tapi guru, bagaimana mungkin kita menghanyutkannya? Bukankah sungai ini mengarah kedalam hutan? Bagaimana jika bayi ini berakhir dimulut monster? Apa guru tega?" Merasa tidak terima, Feng Shui melontarkan banyak pertanyaan kepada Gurunya.
Guru Ling hanya menanggapi dengan diam tanpa menjawab apapun. Dalam hati Guru Ling berpikir, "Tidak salah aku memilih murid. Inilah yang membuat aku sangat menyayangi murid-ku ini. Dunia pada Era Kehancuran saat ini, sudah sangat jarang ada orang baik. Semua orang lebih mementingkan diri sendiri sedangkan Feng Shui berbeda. Hanya saja, dia terlalu naif!"
"Guru ada apa? Ini bukanlah guru yang aku kenal. Yang aku tahu, Guru adalah orang yang akan membantu yang lemah. Tapi kenapa guru menolak bayi ini? Jika guru tidak ingin merawatnya, biarkan aku yang merawatnya!" Seru Feng Shui ngotot.
"Feng, sebagai gurumu, selama ini aku tidak pernah minta apapun padamu. Hari ini aku meminta, biarkan saja bayi itu. Ada kalanya kita tidak perlu melakukan apapun. Biarkan semua berjalan sesuai takdir." Ucap Guru Ling mencoba meyakinkan muridnya.
"Tidak! Ini sudah keterlaluan guru, kuharap ini hanya candaan!" Ucap Feng Shui sedikit kesal sambil menenangkan kedua bayi yang sedang menangis.
"Feng, hari ini guru sangat serius!" Ucap Guru Ling dengan nada pelan.
"Kalau begitu, aku akan keluar dari perguruan dan takkan mau lagi berguru padamu. Aku mengikut karena kau sering membantu yang lemah." Ucap Feng Shui dengan nada pelan.
Meski suara Feng Shui pelan, namun itu terdengar jelas ditelinga Guru Ling.
"Apa alasan guru ingin menelantarkan kedua bayi tak berdosa ini?" Ucap Feng Shui.
"Jika sampai kedua bayi itu besar dan diketahui oleh orang negri sains, maka itu akan mengundang kehancuran. Nyawamu juga akan dipertaruhkan." Ucap Guru Ling.
"Nyawaku? Bahkan jika aku harus mati berkali-kali juga takkan berhenti membantu. Pada akhirnya setiap makhluk pasti akan wafat. Jadi untuk apa aku takut? Setidaknya sebelum wafat, aku ingin menolong lebih banyak orang. Kuharap guru mengerti, biarkan aku memilih jalanku mulai sekarang."
"Baiklah, aku takkan menghalangi niatmu. Setidaknya, ambillah bom koordinat ini. Jika kau dalam bahaya, jangan ragu untuk menyalakannya. Dengan begitu, aku akan datang menyelamatkan mu." Ucap Guru Ling sedikit terpaksa.
"Aku hanya ingin kau sadar betapa naifnya kau ketika memilih untuk pergi. Aku hanya ingin kau tahu, kalau ada kalanya kita tak perlu berbuat apa-apa dan menyerahkan semuanya pada takdir. Setelah itu, kau akan kembali kemari. Semoga kau cepat sadar murid-ku." Gumam Guru Ling.
"Guru, aku akan pergi sekarang. Jaga diri Guru baik-baik." Ucap Feng Shui seketika pergi meninggalkan tempat itu.
Guru Ling yang melihat muridnya pergi dengan membawa kedua bayi itu hanya bisa memandanginya dalam kekosongan. Perlahan, Guru Ling tak melihat muridnya itu lagi.
Guru Ling kemudian mengalihkan pandangannya kelangit kemudian menghela nafas.
"Feng, aku justru berharap kedua bayi itu wafat. Karena jika dia hidup, maka kemungkinan kejadian beberapa abad lalu, akan terulang. Kehadiran kedua bayi itu, bisa saja mengundang perang dunia keempat. Saat itu terjadi, semua orang hanya bisa menderita." Gumam Guru Ling.
"Kau memang mempunyai kualitas terbaik, hanya saja kamu terlalu naif. Kamu ingin menolong, tapi dengan menolong pangeran putri kerajaan sains malah akan membuat seluruh mahluk hidup menderita." Gumam Guru Ling.
Dengan berat hati, Guru Ling kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke perguruan Bintang Biduk. Sambil berjalan, Guru Ling bergumam, "Feng, dengan memutuskan menolong pangeran kerajaan sains. Sebenarnya, hari buruk mu telah dimulai saat itu juga. Aku tidak tahu kenapa kau begitu naif!"
Sesampainya di perguruan, Guru Ling nampak sedih dan sangat galau. Nafsu makannya turut hilang. Saat itu, saudara seperjuangan Guru Ling, datang berkunjung. Melihat Guru Ling yang super duper galau, ia kemudian memutuskan untuk menghibur Guru Ling.
Tidak cukup lama, Guru Ling langsung cerita semua masalahnya kepada teman seperjuangannya. Mendengar cerita temannya, ia hanya menjawab bahwa apa yang dilakukannya sudah benar. Setidaknya, ini lebih baik daripada harus memicu perang dunia keempat.
Kembali mengingat peristiwa beberapa abad yang lalu, yakni perang dunia ketiga membuat keduanya geleng kepala. Keduanya lalu mengobrol. Setiap saat Guru Ling di hibur oleh teman seperjuangannya namun Guru Ling tetap galau bagaikan habis putus cinta.
Sementara itu, Feng Shui benar-benar menjalani hari-hari sulit setiap harinya. Feng Shui harus menjaga kedua bayi itu dan juga harus berburu untuk melanjutkan kehidupannya.
Khawatir kedua bayi itu menjadi korban para monster, Feng Shui memutuskan untuk pergi ke kota Xudong, ibu kota kekaisaran Tang. Setiap hari Feng Shui harus merawat keduanya. Bahkan Feng Shui terpaksa menitipkan kedua bayi itu di penginapan sedangkan ia pergi mencari uang dengan berburu dan menyelesaikan misi kota Xudong.
Singkat cerita, Feng Shui membawa pangeran dan putri kerajaan sains bersamanya saat tak mampu lagi membayar uang penginapan. Feng Shui berniat merawat keduanya dalam hutan mengingat hanya itu yang bisa dilakukannya.
Meski niat Feng Shui sangat baik, namun sesuatu yang buruk benar-benar menimpanya. tiga manusia besi terbang diatas Feng Shui. Insting bertarung Feng Shui membuatnya sadar akan bahaya. Saat Feng Shui menyerang, ia bagaikan tertimpa sesuatu saat gas hijau masuk ke Indra penciuman miliknya.
"Bakatmu memang bagus anak muda, tapi sayang. Kau akan kalah dihadapan sains!" Ucap salah satu dari ketiganya.
Sesaat sebelum Feng Shui pingsan, Feng Shui menyalakan bom koordinat yang diberikan Guru Ling kepadanya. Bom koordinat tersebut meledak didepan ketiga manusia besi tersebut.
"Bukankah itu bom koordinat? Kenapa bisa berada di sini?"
"Jangan bodoh, apa kau tahu dimana pangeran Rubin sekarang?"
"Tidak mungkin, pangeran Rubin telah wafat. Mungkin bom koordinat itu didapat dari negri sains. Bukankah seseorang dari negri moon ini pernah menyelinap ke negri sains?"
"Cukup masuk akal juga. Pasti orang itu akan datang setelah mendapat sinyal dari bom koordinat. Setelah itu, kita bunuh saja sekalian!"
Sementara itu, Guru Ling yang mendapat sinyal dari bom koordinat membuatnya bergegas menuju tempat kejadian perkara. Guru Ling hanya mengira kalau muridnya mendapat masalah dari kaisar Ying Fei atau moon yang kuat, namun ia tak pernah menyangka akan berhadapan dengan tiga orang dari negri sains.
*Maaf lagi-lagi kuota saya habis kemarin makanya nggak up. Andai saja aku dapat duit dari mangatoon.