webnovel

Kakak Tertua yang Kaya Raya Berkuasa Mutlak

Pendahuluan 1: Penduduk desa, ketika menyebut Zhuang Qingning yang tak punya orang tua, lalu jatuh sakit dan memilih hidup sendiri daripada diasuh oleh keluarga pamannya, mereka mendesah dan menggeleng-gelengkan kepala, berpikir dia sedang merintis jalan menuju kematian. Namun siapa sangka, dia memulai bengkel, membeli toko, membangun rumah, hidup nyaman memelihara anjing dan kucing, dan setiap orang yang mendekatinya berkembang secara finansial? Penduduk desa: Apakah terlambat untuk mendapatkan belas kasihan dari Dewa Kekayaan sekarang? Menunggu jawabanmu, ini cukup mendesak...... ---- Pendahuluan 2: Semua orang di ibu kota mendesah kagum atas keberuntungan Pangeran Qi, yang kecantikannya tiada tara, karena dia mengikuti keinginan ratu almarhum dan menikahi seorang gadis desa biasa, sehingga melepaskan pernikahan ideal. Namun siapa sangka, sang pangeran begitu memperhatikan istrinya, menghabiskan kekayaan untuk membuatnya tersenyum, melanggar perintah hanya untuk melindunginya, benar-benar berperilaku seperti pria yang jatuh cinta...... Semua orang: Permisi, apakah terlambat untuk mulai mendukung pasangan ini sekarang? ---- Kisah ini tentang seorang wanita desa yang tumbuh langkah demi langkah, menghadirkan kehangatan, keceriaan, menghadapi jalan berduri dan keberhasilan yang menyenangkan, di mana para kekasih akhirnya menikah, dan ada pembalasan bagi kebaikan dan kejahatan.

Tea Warm · Geral
Classificações insuficientes
663 Chs

Bab 064: Sialan

"Kamu sedang melihat apa?"

Setelah berlama-lama di luar, Ibu Song menarik perhatian Ibu Wen, yang saat itu sedang menabur sejumlah kecil butiran dari baskomnya ke tanah. Dia menajamkan pandangannya dan menatap Ibu Song tajam.

"Apa, beberapa orang itu seperti anjing, tertarik pada apapun yang mereka cium baunya?"

Ibu Wen mencibir.

Ibu Song sedikit mundur ke belakang.

Ibu Wen bukan orang yang bisa dia ganggu. Meski terlihat semakin tua, expresi tajam di wajahnya menunjukkan dia masih bisa membuat Ibu Song bertekuk lutut.

Dulu Ibu Song pernah dikejar dua jalanan oleh Ibu Wen karena dengan rakus memetik tunas toona yang menjulur dari dinding pekarangan Ibu Wen pada musim semi. Lebih lanjut, Ibu Wen lalu menuangkan isinya dari pispot ke pintu depan Ibu Song setiap malam. Tidak ada perubahan yang terjadi meski Ibu Song mengembalikan tunas-tunas itu karena merasa tidak berdaya. Ibu Wen terus membuat hidup Ibu Song sengsara.

Ketakutan kepada Ibu Wen sudah menjadi nyata bagi Ibu Song.