"Hey, Juragan! Lama ndhak bertemu, ke mana saja?" sapa salah seorang kawanku di Kemuning. Yang tampaknya, mereka sedang minum kopi bersama kawan-kawannya, setelah pergi ke ladang.
Kulambaikan tanganku kepadanya, kemudian kusambut ucapannya dengan senyum lebar. Aku, meski jarang kumpul dengan mereka—kawan-kawanku, tapi kami cukup dekat untuk sekadar tegur sapa sebagai kawan seperti ini.
"Sibuk dengan kebun tembakau di Berjo!" jawabku, dengan nada tinggi, tentunya. Agar mereka mendengarnya.
"Sini, mampir. Ngopi!" ajaknya lagi. Aku pun menggeleng, ada pekerjaan yang harus kuselesaikan dengan Romo. Sebelum aku istirahat sebentar kemudian pergi mengantar Manis kembali ke Jakarta.
"Aku ke rumah pintar sebentar, ya. Silakan nikmati kopinya. Tinggalkan saja, nanti biar dibayar Paklik Junet!" kubilang lagi. Tatkala menangkap Paklik Junet, yang tampaknya berjalan ke arah warung itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com