webnovel

Pertemuan Yang Pertama

Editor: Wave Literature

Zhu Haimei menarik nafas dalam saat sadar bahwa kehidupannya yang sekarang telah berubah. 

Setelah membuka jendela dan membiarkan udara masuk, aroma tak sedap yang ada di dalam ruangan sedikit berkurang. Hanya saja ruangan ini masih sangat panas dan membuat punggung Zhu Haimei basah oleh keringat. 

Karena pada masa ini masih belum ada cairan pembersih lantai, jadi Zhu Haimei terpaksa menggunakan deterjen pencuci pakaian yang ia temukan di kamar mandi untuk mengepel. Ia kemudian mengambil seember air dan sepotong baju yang sudah jelek untuk digunakan sebagai kain pel. Hari ini ia benar-benar membersihkan rumahnya hingga tubuhnya basah karena keringat. 

Sekarang rumahnya sudah bersih, tetapi masih tidak sebanding dengan apartemen kecil yang ia tempati di kehidupan yang dulu. Apartemen kecilnya yang dulu jauh lebih bersih dan nyaman. 

Zhu Haimei lalu duduk di atas kursi lipat, rasanya ia hampir pingsan karena kelelahan setelah membersihkan rumahnya. Ia yang sebelumnya sudah merasa lapar, kini menjadi semakin kelaparan.

Zhu Haimei pun bergegas menuju dapur untuk memasak mie dan beberapa sayuran yang tak sengaja ia temukan saat sedang membersihkan dapur. Ia menyalakan kompor lalu menumis sayuran dan memasukkan mienya, serta tidak lupa menambahkan sedikit garam pada masakannya. Setelah memakan satu mangkuk besar mie, ternyata ia masih belum kenyang dan masih ingin memakan satu porsi lagi. Ini benar-benar tidak boleh dibiarkan, bukankah ia harus menurunkan berat badan? 

Zhu Haimei tidak punya pilihan lain selain berusaha sekuat tenaga untuk menekan nafsu makannya. Ia lalu beranjak menuju kamarnya untuk berganti pakaian, karena pakaian yang ia kenakan sekarang sudah lepek dan bau keringat. Namun, lagi-lagi ia merasa terkejut saat membuka lemari. Pakaian yang ada di dalam lemari tersebut tidak ditata dengan rapi dan benar-benar berantakan. 'Aduh Kakak, betapa malasnya kamu ini! Pakaian sendiri saja tidak dirapikan.' Batin Zhu Haimei yang benar-benar tidak habis pikir ada orang yang begitu malas seperti sang pemilik tubuh asli. Ia akhirnya mengambil dua potong pakaian yang bisa dipakai, setelah itu melipat pakaian yang lain dan memasukkannya dengan rapi ke dalam lemari. 

Saat ia merapikan pakaian, ia sama sekali tidak menemukan satupun rok . Bagaimana mungkin sang pemilik tubuh yang asli tidak memiliki rok? Apa mungkin itu karena tidak ada rok yang cukup untuk dipakai? Ia lalu mengambil kemeja bermotif bunga dan celana berbahan kaos yang lembut untuk ia kenakan. 

Setelah mandi dengan bersih, Zhu Haimei pun mengganti pakaiannya lalu berdiri di depan cermin. Ia kemudian mengambil gunting dan memotong miring poninya dengan yakin, karena ia percaya bahwa perempuan harus menumbuhkan rambut panjang agar bisa bergaya. Mungkin bulan depan rambutnya sudah lebih panjang dan bisa diikat. 

Ia lalu menyentuh rambutnya yang masih basah sembari berpikir. Jika dalam sehari ia bisa menurunkan setengah kilogram, ia tetap tidak akan kurus dalam waktu satu bulan. Terlebih lagi, menurunkan berat badan adalah pertempuran untuk menahan diri. Jika tidak berhati-hati dalam melakukannya, maka ia akan gagal. Memikirkan hal ini membuatnya menghela nafas. Ia kemudian menghibur dirinya dengan berkata, "Orang hanyalah orang. Mereka akhirnya akan menjadi tulang. Kenapa aku harus peduli mau kurus atau gemuk? Ah, sudahlah!" 

Zhu Haimei lalu menarik seprai, sarung bantal dan selimut yang ada di kamarnya untuk dicuci. Ia memasukkan semuanya ke dalam bak besar untuk direndam terlebih dahulu, sementara ia beristirahat sebentar. 

Ketika sedang beristirahat, perasaan hampa itu tiba-tiba merasuki hatinya. Ia sebenarnya masih bingung dengan yang sedang ia alami sekarang. Ia juga bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi setelah ini. 

Ketika hujan sudah berhenti, ia berlari ke jendela kamarnya lalu melihat keluar. Ternyata langit masih mendung. Pandangan matanya kemudian beralih pada para prajurit yang masih berlatih di bawah pohon dengan pakaian basah akibat terkena guyuran air hujan. 'Apakah mereka tidak takut masuk angin?' Pikir Zhu Haimei. 

Ia lalu membalikkan badan dan menatap seisi rumahnya. Peralatan rumah tangga yang ada di sini sangatlah buruk, bahkan ia tidak memiliki sebuah sofa. Zhu Haimei tak terbiasa tinggal di tempat seperti ini, karena apartemennya di kehidupan yang dulu jauh lebih nyaman dan bersih. 

Ia kemudian membersihkan meja yang ada di tengah ruangan. Sekarang di atas meja tersebut hanya ada sebuah cangkir teh berukuran besar yang warnanya sudah memudar dan sebuah tas kain. Di dalam tas itu ada sebuah kunci, beberapa kupon makanan dan setumpuk uang. 

Ini adalah kali pertama Zhu Haimei melihat kupon makanan yang ada di masa ini. Ukurannya hampir sama dengan kupon makan di kantinnya dulu, hanya saja kupon yang sekarang sepertinya terbuat dari kulit sapi. Ia lalu beranjak menuju tempat tidur untuk menghitung uang tersebut, ternyata uangnya hanya sejumlah 4.6 yuan. Meskipun sedikit, tetapi di dalam tas masih ada sebuah jam tangan. Sayangnya, jam tangan tersebut tak muat di pergelangan tangannya yang terlalu besar. 

Dulu, Neneknya pernah mengatakan bahwa ada tiga benda yang biasanya digunakan sebagai hadiah pernikahan. Benda-benda itu bisa berupa sepeda, jam tangan dan mesin jahit. Namun setelah melihat ke dalam kenangan sang pemilik tubuh asli, ia baru tahu kalau ternyata jam tangan ini bukanlah hadiah pernikahan, melainkan jam tangan milik kakak ipar sang pemilik tubuh yang asli. 

Zhu Haimei menghela nafas frustasi setelah melihat ke dalam kenangan sang pemilik tubuh yang asli. Sepertinya sang pemilik tubuh asli memiliki karakter yang sangat berbeda jauh dengannya, benar-benar mengerikan. 

Orang tuanya dulu selalu mengatakan bahwa mencari uang adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, sehingga Zhu Haimei pun tetap menyimpan uang tersebut meskipun jumlahnya tak seberapa. Ia yakin masih dapat membeli beberapa barang dengan sejumlah uang tersebut. 

Zhu Haimei lalu mengambil sebuah kursi lipat dan membawanya ke kamar mandi. Kursi itu akan ia gunakan untuk duduk sambil mencuci pakaian. 

Terakhir kali ia mencuci pakaian menggunakan tangan seperti ini adalah saat ia tinggal di asrama ketika masih sma. Waktu itu, ia sengaja tinggal di asrama karena tidak ingin membebani ibunya, yang ternyata bukanlah ibu kandungnya. Semenjak tahu bahwa bibi yang selama ini ia anggap sebagai ibu bukanlah ibu kandungnya, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan mencoba untuk hidup mandiri. Kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya hal itu menjadi pengalaman yang baik untuknya. 

Kedua mata Zhu Haimei mulai berkaca-kaca saat mengingat sosok bibinya yang rambutnya sudah beruban dan punggungnya mulai bungkuk. Ia mulai merindukan sosok bibinya. 

Zhu Haimei lalu meminum segelas air putih untuk melepaskan rasa dahaganya dari kelelahan setelah mencuci pakaian. 

Setelah meminum air dalam jumlah yang banyak, rasa lapar di perutnya pun menghilang. Akan tetapi ia tidak dapat menggunakan cara ini untuk melakukan diet. Ia harus menemukan cara lain untuk menekan rasa lapar dan mengendalikan nafsu makannya. Musuh terbesar dalam menurunkan berat badan adalah terlalu banyak makan dan tidak berolahraga. Karena itulah, mulai sekarang ia harus makan dengan porsi yang lebih sedikit dan lebih banyak berolahraga. 

Zhu Haimei lalu bersandar ke jendela sambil memegang cangkir besar dan melihat ke tempat latihan para prajurit. 'Eh, kemana perginya para prajurit tadi?'

Tidak lama setelah itu, ia mendengar suara langkah kaki dan tiba-tiba sadar akan satu hal. Langit sudah gelap, berarti para prajurit sudah selesai berlatih. Tatapan matanya kemudian tertuju pada pintu yang ada di depannya. Tanpa sadar ia mulai merasakan kegembiraan saat pintu itu terbuka dari luar. 'Apakah itu Shen Dongyuan?' 

Zhu Haimei mengambil nafas dalam untuk mencoba menenangkan dirinya. Ia terdiam dan membeku di tempatnya saat melihat pria bertubuh jangkung dengan aura tentara sedang berdiri di tengah ruang tamu. 

Jantung Zhu Haimei berdebar kencang saat melihat pria tersebut. Tubuh pria itu terlihat berotot dan kulitnya berwarna sedikit kecoklatan. Ia memiliki bentuk wajah yang tegas dan tatapan mata yang tajam. Bagaimana bisa lelaki setampan itu memiliki istri yang bertubuh gemuk dan pemalas? Eh, Sepertinya salah jika mengatakan hal seperti itu. Sayang sekali orang setampan itu harus hidup di zaman ini. Kalau saja pria itu hidup di zaman modern, ia pasti akan menjadi artis karena parasnya yang tampan.