webnovel

Telepon dari Kakak (2)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Qingjiu?" kata Gu Qingmo.

Terdengar sebuah suara yang begitu familiar di telinga Gu Qingjiu. Ingatannya lantas memunculkan sosok kakak yang begitu hangat dan sayang kepadanya. Sungguh tidak disangka, begitu mendengar suara Gu Qingmo menyebutkan namanya di seberang sana, lantas membuat matanya mulai perih dan terasa sedikit berair.

Gu Qingjiu sudah berusaha keras untuk mengatur emosinya, jadi bagaimana mungkin saat ini ia malah seperti ingin menangis. Lalu, ia berusaha keras untuk mengatur kembali emosinya dan segera menghapus air mata yang menetes di wajahnya, "Ya kak, Qingjiu di sini." Jawabnya dengan pelan.

"Kenapa hari ini suaramu terdengar agak aneh?" Tanya Gu Qingmo. Tidak peduli seberapa keras usaha Gu Qingjiu untuk menyembunyikannya, Gu Qingmo tetap saja dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan adiknya itu.

Gu Qingmo memiliki karakter yang lebih ceria dan terbuka dibanding Gu Qingjiu. Kakaknya itu adalah tipe yang lebih peka dan cukup sensitif, terutama terhadap orang-orang dekatnya. Tampaknya hal ini menurun dari ayah Gu yang juga memiliki karakter yang kurang lebih sama dengannya.

Gu Qingjiu mengenal karakter kakak laki-lakinya itu. Seketika itu juga, ia kembali normal dengan suaranya yang terdengar dingin dan datar seperti biasanya, "Tidak, kak. Hanya baru bangun tidur saja." jawabnya.

Gu Qingjiu masih ingat jelas di kehidupannya yang dulu, kakaknya itu pasti masih berada di sekolah di waktu-waktu ini. Sehingga kemungkinan besar, Gu Qingmo belum mendengar berita dari ayah dan ibunya mengenai dirinya yang kini mengikuti pelatihan militer.

"Hari ini akhir pekan, kamu tidak ada kelas, kan? Lagi apa sekarang?" Tanya kakak Gu Qingjiu. Walaupun hubungan keduanya cukup baik, namun tetap saja ada sedikit rasa canggung di antara keduanya. Contohnya saja setiap kali kakaknya menelepon, kakaknya akan menanyakan beberapa pertanyaan, dan ia akan menjawab pertanyaan dari kakaknya itu satu per satu.

Seperti saat ini, Gu Qingjiu sebenarnya cukup bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan kakaknya itu, "Aku sedang mencuci baju saat ini, kak." Jawabnya kemudian. Seharusnya ini tidak termasuk membohongi kakaknya, karena ia memang sedang mencuci baju saat ini. Hanya saja ia tidak bilang di mana ia mencuci baju, jadi Gu Qingmo juga tidak bertanya lebih lanjut. Hari ini entah mengapa tidak sama dengan biasanya.

"Hei, Qingjiu. Kakak kasih tahu sebuah rahasia ya. Tapi jangan bilang-bilang papa dan mama dulu." Ucap kakak Gu Qingjiu 

Dengan patuh, Gu Qingjiu berkata, "Baiklah, kak."

"Kakak sekarang punya pacar. Kakak sangat suka padanya. Nanti waktu liburan musim panas, kakak akan ajak dia ke rumah untuk mengenalkannya pada papa dan mama." Kata Gu Qingmo dengan penuh semangat.

Mendengar hal ini, Gu Qingjiu terpaku beberapa saat. Ia masih ingat di kehidupannya yang dulu, kalau Gu Qingmo juga sempat memberitahu akan hal ini. Namun belum sempat liburan musim panas tiba, ia sudah terlebih dahulu dibawa pergi ke rumah keluarga Yu. Sampai akhir pun, ia tidak sempat bertemu dengan kekasih kakaknya itu.

"Qingjiu?" panggil Gu Qingmo. Suara kakaknya terdengar dari seberang sana dan memecah lamunan Gu Qingjiu.

"Baiklah, kak. Aku akan dengan baik menyimpan rahasia kakak. Tenang saja! Tapi kakak harus ingat, jatuh cinta tetap harus menggunakan pikiran. Jangan hanya mengikuti perasaan saja." kata Gu Qingjiu.

Sama seperti diri Gu Qingjiu dulu dengan Su Lingche, termakan oleh perasaan cinta yang begitu besar, lalu mengabaikan logika dan pikiran. Ujung-ujungnya malah ia disakiti dan dikhianati oleh pujaan hatinya itu.

"Ini anak kecil bicara apa sih? Terlalu banyak menonton drama percintaan sampai-sampai bisa bicara seperti ini? Masih kecil sudah bisa menasehati kakak seperti ini. Tapi kalau soal pacaran, kakak juga pasti akan membantumu untuk merahasiakannya dari papa dan mama. Jadi Qingjiu tenang saja. Lagi pula, kakak juga tidak akan melarangmu berpacaran. Hanya saja, jangan coba-coba ada yang berani menyentuhmu barang seujung kuku saja. Bisa ku patahkan kakinya kalau dia berani!" cecar kakak Gu Qingjiu dengan penuh semangat.

Perkataan Gu Qingjiu barusan entah kenapa malah membuat kakaknya berpikir bahwa sebenarnya, ia sudah pernah merasakan sakitnya patah hati. Tiba-tiba ada rasa hangat terasa di hatinya. Dengan sungguh-sungguh ia kemudian berkata, "Aku tidak mungkin pacaran secepat ini, kak."

"Iya juga sih. Apa ada yang sedang mendekatimu? Seharusnya sih nggak ada, ya?" tanya kakaknya. Gu Qingjiu hanya terdiam mendengarnya, namun rasa hangat yang tadinya terasa di hatinya hilang dalam sekejap.

Selama tidak berada di rumah, kakaknya memang sering menerima kiriman foto Gu Qingjiu dari ayah dan ibunya. Hal ini membuat Gu Qingmo kurang lebih dapat membayangkan Gu Qingjiu yang sekarang berperawakan seperti apa. Ia berpikir Gu Qingjiu kurang lebih masih sama dengan Gu Qingjiu yang dahulu. Sehingga, ia merasa kalau adiknya itu seharusnya bukanlah tipe gadis yang disukai para laki-laki seumurannya.

Mendengar hal ini entah kenapa hati Gu Qingjiu merasa sedih, "Hahahahaha! Kakak hanya bercanda. Adik kesayanganku ini cantik bagaikan bunga. Bagaimana mungkin tidak ada yang mendekati. Qingjiu tunggu kakak pulang ya. Nanti kakak belikan makanan yang enak untukmu!" kata kakaknya sambil tertawa.

"Baik, kak." sahut Gu Qingjiu lalu mematikan teleponnya.