webnovel

Telepon dari Kakak (1)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ternyata karena Yu Bao'er dengan santainya bersenda gurau dengan para senior lelaki, sehingga membuat para taruna perempuan jengkel melihatnya. Pertikaian antara para gadis semacam ini, kurang lebih Gu Qingjiu dapat memahaminya.

Gu Qingjiu berpikir sejenak, hingga akhirnya ia memutuskan untuk tetap berdiri di tempatnya saat ini dan meneriakkan nama Yu Bao'er tanpa berjalan ke atas, untuk mendatangi temannya itu, "Yu Bao'er!" panggilnya dari kejauhan. 

Mendengar Gu Qingjiu meneriakkan nama Yu Bao'er, kedua tentara perempuan di dekatnya menyadari bahwa ia nyatanya mengenal orang yang baru saja sedang mereka olok-olok. Mereka mulai bertingkah laku sedikit kikuk, seolah baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu kejahatan. Mereka berdua kemudian berbisik kecil dan segera pergi dari tempat itu.

Walaupun suara Gu Qingjiu tidak terlalu keras, namun Yu Bao'er dapat mendengar suara Gu Qingjiu dari tengah-tengah keramaian itu. Gadis itu menoleh dan menatap ke arah Gu Qingjiu. Matanya berbinar-binar dalam sekejap ketika menatap temannya itu. Ia lalu menoleh ke salah satu senior lelaki yang ada di sebelahnya, sembari menunjuk ke arah Gu Qingjiu lalu tertawa sejenak. Seolah sedang mengenalkan Gu Qingjiu pada seniornya itu. Namun, ia juga tidak memanggil Gu Qingjiu untuk datang dan berkenalan dengan yang lain. 

Yu Bao'er melompat turun dari batu besar itu dan mendatangi Gu Qingjiu, "Terima kasih, Qingjiu sayang!" katanya. Ia memang memberi nama panggilan itu untuk Gu Qingjiu, hal itu agar menunjukkan kedekatan persahabatan mereka. Walaupun begitu, Gu Qingjiu merasa merinding mendengarnya. Ia merasa cukup risih dengan panggilan yang diberikan Yu Bao'er padanya. Sedari dulu, tidak pernah ada orang yang memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Jadi, ia merasa tidak terbiasa dengan hal itu.

Setelah menyodorkan jaket pada Yu Bao'er, Gu Qingjiu berkata, "Jaket sudah ku antarkan padamu. Aku kembali ke asrama dulu." 

Yu Bao'er dengan cepat menahan tangan Gu Qingjiu, "Aduh… Sudah jauh-jauh sampai ke sini kok langsung kembali? Main-main dulu lah! Mereka semua adalah teman-teman dari kakakku. Kakakku meminta pada mereka untuk menjagaku selama aku di sini." Jelasnya pada Gu Qingjiu. Tampaknya Yu Bao'er takut, apabila Gu Qingjiu salah paham terhadap dirinya. Bagaimanapun, ia memang terlihat sangat dekat dengan para senior lelaki itu.

Gu Qingjiu yang pada dasarnya tidak peduli akan hal-hal seperti itu, hanya tertawa kecil mendengarnya. Terlihat kedua lesung pipitnya muncul saat ia tertawa, "Aku tahu kok. Tapi aku harus segera kembali ke asrama untuk mencuci baju-bajuku. Aku telah merendamnya terlalu lama." Katanya menolak ajakan Yu Bao'er.

Yu Bao'er sebenarnya tahu bahwa itu hanya alasan Gu Qingjiu saja untuk menolak ajakannya. Namun, ia juga tidak dapat memaksa Gu Qingjiu untuk tetap tinggal di sini bersamanya, "Baiklah. Kalau begitu kamu kembali duluan ke asrama deh." Katanya. Suaranya terdengar ada sedikit kekecewaan di dalamnya, akan tetapi ia juga sudah tidak mengucapkan apa-apa lagi setelahnya.

Sesudah mengantarkan jaket milik Yu Bao'er, Gu Qingjiu segera meninggalkan Gunung Houshan dan kembali ke asramanya. Sesampainya di asrama, ia segera menemukan seragam militernya yang terendam air sabun di dalam baskom yang telah ia sediakan sebelumnya.

Gu Qingjiu hanya memiliki 2 set seragam militer, keduanya dicuci secara bergantian. Kemudian, duduk di bangku pendek dan mulai menggosok pakaian telah direndamnya itu. Tiba-tiba terdengar suara ponselnya berdering. Dilihatnya di layar ponselnya itu, tertulis nama kakak laki-lakinya menelponnya.

Gu Qingjiu terpaku sejenak, karena setelah hidup sekali lagi, walaupun ia sangat merindukan kakak laki-lakinya itu, ia tidak berani untuk menghubungi Gu Qingmo barang sekali saja. Apalagi setelah ia mengikuti pelatihan militer, ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya pada kakak laki-lakinya itu. Ia takut, apabila menceritakannya, ia nantinya tidak dapat mengontrol emosinya dan malah membuat kakaknya bingung.

Dan lagi, setelah peristiwa diusirnya Gu Qingmo dari rumah keluarga Yu, Gu Qingjiu tidak mendengar berita apa-apa lagi mengenai kakak laki-lakinya itu. Saat ini, ia mulai merasa sedih, hatinya merasakan perasaan bersalah terhadap kakaknya itu. Segala perasaan bercampur menjadi satu di dalam hatinya saat ini.

Hal itu membuat Gu Qingjiu merasa ragu untuk mengangkat telepon yang masih berdering hingga saat ini. Namun, tidak mungkin juga baginya untuk tidak mengangkat telepon dari kakaknya itu. Dengan ragu-ragu, akhirnya ia menyentuh layar ponselnya dan menekan tombol hijau untuk menjawab telepon tersebut, "Halo, kak…" ucapnya dengan ragu-ragu...