webnovel

Siapa yang Lebih Dulu Cari Perkara (1)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Siap, komandan!" Kata Chen Haoyang sambil memberi hormat.

Setelah mendengar jawaban dari Chen Haoyang, He Niancheng pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun entah mengapa, Chen Haoyang merasa masih ada yang mengganjal di hatinya. 

Setelah He Niancheng tidak lagi terlihat, Chen Haoyang menepukkan kedua tangannya mengarah pada para taruna baru, "Oke, sesuai dengan perkataan Komandan He tadi, kalian sekarang dapat kembali ke asrama masing-masing untuk beristirahat. Kalau masih ada yang ingin ditanyakan, dapat bertanya pada kepala asrama dulu, baru info ke saya. Sekian, bubar!" perintahnya.

Mendengar kata bubar, para taruna-taruna itu dengan segera menghela napas lega, karena akhirnya mereka dapat sedikit lebih lega dan tenang.

"Ya Tuhan… Komandan He ganteng bangettt!" kata seorang gadis.

"Pada waktu kita makan tadi, senior bilang kalau instruktur kepala kita ganteng. Kalau ini sih bukan ganteng lagi, ini sih luar biasa tampan yang tidak masuk akal, sih!" sahut yang lainnya.

"Mendengar dia berbicara, rasanya lutut sampai lemas! Tapi, kelihatannya orangnya agak dingin ya. Seperti bukan tipe yang ramah dan mudah diajak bicara." Timpal gadis yang lain.

"Tempat terpencil seperti ini, bagaimana bisa ada pangeran tampan sepertinya, ya? Tidak masuk akal." sahut gadis yang satunya.

"Ini pertama kalinya dalam hidupku bertemu dengan orang setampan itu. Ya ampun, sampai sekarang jantungku masih berdebar kencang!" kata yang lain.

"Gila, asli! Ini sama seperti pertama kalinya aku berjumpa dengan cowok Prancis super ganteng si Nico itu!" kata gadis yang satunya lagi.

Begitu bubar, para taruna perempuan dengan penuh semangat membahas tentang instruktur kepala mereka yang sangat tampan. Sedangkan di sisi lain, para taruna lelaki tampak sedang mengerutkan dahi, karena melihat kelakuan para taruna perempuan yang sangat seru membahas ketampanan komandan He. Namun, mereka memang harus mengakui, bahwa dibandingkan komandan He, mereka hanyalah butiran-butiran debu yang tidak berarti apa-apa.

Orang seperti itu jadi instruktur kepala, bagaimana kita-kita yang mau mendekati taruna perempuan kalau begitu caranya coba? PDKT dari Hongkong! Batin para taruna laki-laki. Pria seperti itu harusnya muncul di sekolah. Pasti satu sekolah akan gempar! batin mereka lagi. 

Para taruna sedang sibuk berbincang, sedangkan Gu Qingjiu dan Yu Bao'er hanya terdiam. Lebih tepatnya Gu Qingjiu terdiam dan Yu Bao'er hanya menatap Gu Qingjiu, kemudian ia merasa kalau ada yang tidak beres dengan Gu Qingjiu.

Sesampainya di asrama, tepatnya ketika hendak mandi, Yu Bao'er tidak dapat lagi menahan rasa penasarannya. Ia pun bertanya pada teman sekamarnya itu, "Qingjiu, kamu dan komandan He kenal satu sama lain ya?"

Gu Qingjiu dengan sedikit terkejut pun menjawab, "Tidak kenal."

"Masa, sih?" tanya Yu Bao'er, ia merasa kalau ada sesuatu yang aneh, "Aku merasa, barusan sepertinya komandan He menatapmu sedikit lebih lama dari yang lainnya. Aku pikir kalian kenal." Lanjutnya.

"..." 

Jadi tadi itu bukan perasaanku saja? Tapi memang masuk akal juga. Kan pernah bertemu di tepi jalan. Mungkin komandan He merasa wajahku familiar. Batin Gu Qingjiu dalam hati. Ia merasa, kalau dirinya bukanlah seorang gadis yang menarik. Sampai-sampai, mampu membuat orang lain menjadi tertarik padanya hanya pada pandangan sesaat.

Percakapan antara Gu Qingjiu dan Yu Bao'er ini terdengar sampai di telinga Feng Meiyun. Gadis itu tiba-tiba berkata dengan sinisnya, "Bagai pungguk merindukan bulan. Sadar diri dong, sendirinya bagaimana. Kok bisa berharap yang tidak-tidak?!"

Perkataan ini jelas-jelas bukan ditujukan pada Yu Bao'er, melainkan ditujukan pada Gu Qingjiu. Namun mendengar perkataan itu, membuat emosi Yu Bao'er memuncak seketika, "Otakmu bermasalah ya?! Ada urusan apa coba, sama kamu?!" katanya.

Feng Meiyun awalnya sama sekali tidak menyangka, kalau emosi Yu Bao'er akan meledak seperti sekarang ini. Wajahnya mulai memerah, lalu dengan mengumpulkan keberanian ia membalas perkataan Yu Bao'er, "Memangnya tadi aku bilang apa? Kan yang aku ucapkan itu kenyataan? Sebelum dia sembarangan berharap akan sesuatu, tolong ngaca dulu dong?"

"Yunyun!" kata Jiang Yu, ia yang awalnya sedang membereskan barang bawaannya, dengan segera berusaha melerai keduanya, "Yunyun! Jangan bicara seperti itu dong!" katanya.

Namun, emosi Yu Bao'er sama sekali tidak mereda, "Ku lihat-lihat, kamu ini sepertinya otaknya geser, ya? Perkataan tadi kan aku yang bertanya pada Gu Qingjiu. Bahkan dia tidak mengucapkan apa-apa. Kamu sekarang bilang begini maksudnya apa? Cari gara-gara?" tanya Feng Meiyun.

Kalau saja kepala asrama tidak mendengar ribut-ribut yang terjadi, mungkin Yu Bao'er sudah menampar wajah Feng Meiyun. 

"Ribut-ribut apa ini?" Tanya kepala asrama.

Tidak disangka, ketika Gu Qingjiu membalikkan badan. Matanya kemudian menatap tajam ke arah Feng Meiyun, dengan suara datar dan dingin, lalu ia berkata, "Sungguh menggelikan..."