webnovel

Seperti Kaolin, Sulit Dijangkau dan Diraih (1)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Hari ke-2 Pelatihan Militer,

Tidak disangka-sangka, pagi-pagi sekali para taruna baru telah bangun dan bersiap untuk berkumpul. Kira-kira pukul 5.20 pagi, sudah terlihat banyak orang menuruni tangga untuk menuju ke lapangan latihan. Kebanyakan dari mereka adalah para gadis-gadis yang kemarin dengan begitu semangat membicarakan instruktur kepala yang sangat tampan itu.

Di tempat pelatihan militer di setiap kota, setiap gelombang pasti akan ada banyak taruna yang berasal dari berbagai macam sekolah yang berbeda. Di sekeliling, terlihat beberapa murid dari sekolah yang sama dengan Gu Qingjiu. Hanya saja beberapa diantaranya bukan dari kelas yang sama dengan dirinya, kalau di jumlah kira-kira ada seratus orang lebih totalnya.

Musim dingin membuat pagi hari jauh lebih dingin dari biasanya. Langit masih gelap, matahari seolah belum rela meninggalkan kediamannya dan menerangi dunia. Lorong-lorong asrama terlihat remang-remang, tampak diterangi oleh lampu-lampu kecil yang ada di sepanjang lorong. Sedangkan jalanan sekitar tempat pelatihan militer, diterangi oleh lampu-lampu jalan berwarna kuning.

Langkah kaki para taruna hanya diterangi oleh lampu remang-remang, yang berusaha untuk menjaga agar kaki mereka tidak terantuk. Apabila mereka menghela napas, tampak sekumpulan asap hangat yang menunjukkan betapa dinginnya saat itu. Setiap mereka yang sudah berkumpul di lapangan, terlihat kedinginan dengan tangan dan kaki yang hampir membeku. Wajah-wajah mereka memerah karena kedinginan, terlihat wajah-wajah muda dengan pipi kemerahan. Ternyata seorang instruktur tampan, mampu membangkitkan semangat bangun pagi para taruna perempuan. Sungguh luar biasa, ketampanan memang berdampak luar biasa.

Gu Qingjiu mengenakan seragam militernya, namun paling tidak ada 2 lapis baju hangat di dalamnya. Mungkin karena ia agak gemuk, sehingga ia lebih takut dingin dibandingkan dengan yang lainnya. Saat ini waktu tepat menunjukkan pukul 5.30 pagi. Beberapa instruktur yang bertugas, telah terlihat berkumpul di lapangan itu. Salah satu di antaranya adalah Chen Haoyang yang bertugas pagi itu.

Chen Haoyang meniup peluitnya, para taruna termasuk Gu Qingjiu segera berkumpul untuk berbaris. Setelah diperhatikan, beberapa senior mereka juga terlihat kedinginan. Badan mereka tampak menggigil menahan udara dingin yang menerpa, hal itu tertangkap basah oleh mata tajam Gu Qingjiu.

Para instruktur-instruktur setiap kelas telah berada di tempat, kecuali instruktur kepala komandan He belum terlihat batang hidungnya. Chen Haoyang dan yang lain harus menunggu instruktur kepala hadir untuk memulai kegiatan pagi ini.

Sekitar pukul 5.40 pagi, dengan diterangi sinar lampu remang-remang, terlihat sesosok bayangan tinggi menjulang berjalan mendekat. Terhadap He Niancheng, Gu Qingjiu tidak terlalu tertarik seperti para taruna perempuan yang lainnya. Mungkin karena hatinya pernah diisi oleh kehadiran Su Lingche. Walaupun saat ini, pria itu telah diusir jauh-jauh dari hatinya, namun masih ada sedikit jejak-jejak Su Lingche masih tersisa di dalam hatinya.

Jika saat ini Gu Qingjiu hanyalah seorang siswi SMA biasa, dapat dipastikan bahwa saat ini ia juga sama dengan para gadis-gadis yang lainnya yang tidak dapat menahan pesona He Niancheng. Bagaimanapun juga, instruktur kepala yang sangat tampan ini kini seolah sedang berjalan di atas catwalk, sungguh bersinar dan berwibawa. Di mata para gadis ini, komandan He terlihat bagaikan model yang berkilau sedang berjalan di atas karpet merah.

Beberapa instruktur pelatih berbaris dan memberi hormat pada komandan He, "Komandan He, selamat pagi!" kata mereka dengan suara keras dan kompak, memberi hormat pada komandannya itu. Di sini terlihat perbedaan, para instruktur memanggilnya komandan He. Sedangkan Gu Qingjiu dan para taruna junior yang lainnya harus memanggilnya instruktur kepala.

He Niancheng menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan perlahan, "Pagi." Walaupun dengan suara yang pelan, namun jelas terasa wibawa dari pria tampan itu, sungguh terkesan mengintimidasi namun berkelas. Padahal, jelas-jelas pria ini hanyalah seorang komandan biasa saja. Tapi, seolah-olah seperti Dewa yang turun dari langit, yang memiliki kekuasaan dan aura yang berbeda dengan manusia lainnya.

Dulu cara berbicara Yu Shiwei terhadap Gu Qingjiu juga kurang lebih sama. Baik He Niancheng maupun Yu Shiwei, keduanya terdengar sangat mengintimidasi dan seolah hendak menindas lawan bicaranya. Jika dibandingkan dengan He Niancheng, Yu Shiwei masih jauh lebih parah. Namun apapun itu, Gu Qingjiu jelas tidak menyukai hal itu.

Dari dalam barisan terdengar suara pelan dari seorang gadis yang tidak dapat menahan dirinya untuk mengeluarkan isi hatinya, "Ganteng banget!" katanya keceplosan. Dengan keadaan sekitar yang sedang hening, suara itu cukup menarik perhatian.

He Niancheng dengan mata tajamnya melihat ke arah barisan dan berteriak, "Diam!" Walaupun tidak ada nama yang disebut, namun seketika itu seluruh barisan tampak serempak menjadi hening, dan menutup mulut mereka rapat-rapat.

Kini setiap orang merasa tegang dan rasanya seperti sulit untuk bernapas. Gu Qingjiu dan yang lainnya merasa, apabila dibandingkan dengan kapten Chen Haoyang, instruktur kepala yang sedang marah jauh lebih menakutkan...