webnovel

Kembali Menjadi Orang Biasa

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Kamar Gu Qingjiu masih sesuai dengan yang ada di dalam ingatannya, tema biru muda bagai langit cerah itu, semakin membuatnya merasa lebih tenang. Seolah-olah, ketika berdiri di sini membuat hatinya sekali lagi merasa teguh. Hanya ada perasaan lega yang ia rasakan saat ini, lalu ia menarik kursi yang ada di depan meja belajarnya, dan di atas meja terlihat sebuah komputer miliknya.

Kondisi keluarga Gu Qingjiu tidak dapat dikategorikan berkekurangan, karena ayahnya selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya. Terhadap anak angkatnya ini, ayah dan ibu angkatnya sangat teramat mengasihinya. Bahkan kasih sayang keduanya, apabila dibandingkan dengan keluarga Yu, yang sebenarnya merupakan keluarga kandungnya, sungguh membuatnya semakin membenci keluarga Yu.

Lebih lagi, jika teringat di kehidupan Gu Qingjiu yang dahulu, Bagaimana mungkin kakak kandungku sendiri, Yu Shiwei, dia menyuap sipir penjara untuk membunuhku? Sebesar itu kah kebenciannya terhadapku? Batinnya tidak habis pikir.

Sewaktu Gu Qingjiu tinggal di kediaman keluarga Yu dulu, ia teringat dengan jelas bahwa dirinya tidak pernah dengan sengaja atau bahkan tidak sengaja ingin memprovokasi Yu Shiwei. Ia hanyalah seorang gadis lulusan SMA biasa, dan ia hanya tumbuh sebagai gadis biasa yang sederhana. Bukan sebagai Nona Besar yang angkuh seperti Yu Shiwei. 

Gu Qingjiu teringat dengan sangat jelas dan mengerti, bahwa ia sama sekali tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan Yu Shiwei yang dibesarkan di dalam harta yang melimpah. Namun, dirinya sungguh tidak mengerti, mengapa Yu Shiwei selalu kesal setiap kali melihatnya. Seolah-olah Yu Shiwei memiliki kebencian yang sangat dalam terhadap dirinya.

Saat ini, ketika Gu Qingjiu ingin mengetahui alasan kenapa Yu Shiwei sangat membencinya, hal itu sama sekali tidak penting. Karena, ia tidak hanya berjanji untuk tidak akan melepaskan keluarga Yu saja. Namun, apabila keluarga Yu ingin mengulang kejadian di hidupnya yang dahulu, ia benar-benar berjanji akan membuat keluarga Yu membayar dengan harga yang setimpal.

Ada sekilas kebencian terpancar di mata Gu Qingjiu, lalu ia mengambil bolpoin dari kotak pensil di sebelah komputernya. Dengan serius ia mulai merapikan formulir yang semula kusut itu, dan mulai mengisinya. Terakhir, di bagian pilihan pelatihan militer, ia mencentangnya dengan yakin.

Untuk mengikuti pelatihan militer memang akan menghadapi tahap seleksi, namun asalkan memiliki tubuh yang sehat secara jasmani dan rohani, dan tidak mengidap penyakit yang serius atau menular, kebanyakan pasti dapat lolos seleksi. Lagi pula, setelah lolos seleksi, para peserta akan diberi 3 bulan masa percobaan, apabila selama itu para peserta tidak dapat melewati serangkaian ujian yang diberikan, maka ia akan dipulangkan.

Setelah melewati masa percobaan itu, baru Gu Qingjiu dapat benar-benar merasa tenang, setelah mengisi formulir, ia meletakkannya di laci meja belajarnya. Hingga malam hari tiba, akhirnya ayahnya pulang juga ke rumah, dan pihak sekolah tidak ada yang menelpon ke rumah untuk menanyakan, mengapa ia meninggalkan sekolah di jam pelajaran. Ini adalah bukti, bahwa ia merupakan seorang murid yang sudah tidak diharapkan oleh wali kelasnya.

Gu Qingjiu dari awal tidak peduli, karena pada dasarnya apabila sudah jelas terlihat sebagai murid yang tidak akan mengikuti ujian ke perguruan tinggi, wali kelas pasti tidak akan terlalu memperdulikan murid-murid tersebut. Mereka akan lebih fokus ke murid-murid yang akan mengikuti ujian perguruan tinggi. Apalagi sudah dilakukan penjurusan minat, sudah tidak ada gunanya untuk memaksa murid-murid agar terus belajar dengan baik. Hampir semua pengajar seperti demikian, mungkin tersisa beberapa guru yang kelewat baik dan ia masih menelpon. Yang jelas, wali kelasnya bukanlah salah satu dari wali kelas yang baik itu.

Karena tiba-tiba bisa hidup kembali, Gu Qingjiu masih merasakan sedikit pusing dan bingung. Ia merebahkan dirinya di ranjang dan tidur sejenak, lalu ketika terbangun ia tidak berada di penjara yang gelap. Melainkan berada di tempat yang sangat familiar baginya, saat ini ia sedang berada di sebuah rumah yang telah lama ia rindukan. Dari pintu terdengar suara ayah dan ibunya sedang berbicara, ahirnya ia merasa jauh lebih lega dan tenang.

Kedua orang tua angkat Gu Qingjiu saat ini sedang membahas tentang keinginannya untuk ikut pelatihan militer menjadi tentara. Kamarnya yang sama sekali tidak kedap suara, membuatnya dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan oleh ayah dan ibunya. Lalu, terdengar suara ayahnya tidak setuju dengan keputusannya untuk menjadi tentara. Sebenarnya sangat normal kalau, orang tua mana yang rela anaknya menderita di dalam hidupnya.

Gu Qingjiu lalu bangkit dari ranjangnya, kemudian mengenakan sandal kamarnya, dan berjalan melewati cermin meja riasnya. Di sana terlihat wajah seorang gadis, dahinya tertutup poni tebal yang dipotong rata di atas alis. Pipinya yang tembem seolah membuat mata yang awalnya bulat besar dan bersinar, terlihat menjadi sedikit kecil. Mata itu juga terlihat agak kaku ketika melihat orang lain, karena tidak bisa fokus melihat lawan bicaranya. 

Seragam yang dikenakan Gu Qingjiu sangat jelas menggambarkan seragam sekolah yang kuno, bahkan sudah menguning akibat sering dicuci, dan sama sekali tidak terpancar semangat masa muda pada dirinya. Kulit putihnya yang mulus sungguh menarik perhatian dan menjadi salah satu kelebihannya, mamun satu kelebihan saja tidak cukup untuk menutupi kekurangannya yang lain. Bagaimanapun itu, sosok di cermin itu adalah dirinya, yang saat itu baru berusia 18 tahun, dan kini ia telah kembali menjadi gadis 18 tahun pada umumnya...