"Poresa, kamu lebih baik membawa Nenek ke tempat perlindungan. Biar aku yang pergi dan mencari tahu mereka. Aku akan memberikan kontak batin bila aku bertemu dengan mereka nanti," ucap Freislor sembari menepuk pundak kanan Poresa. Remaja yang ada di sebelahnya mengangguk dengan cemas.
"Berhati-hatilah, Freis. Kamu tidak tahu siapa lawan mereka, mereka bisa saja melakukan hal-hal yang tidak!" pekik Poresa. Freislor tersenyum dan menganggukkan kepala. Ia melesat ke udara. Ia melakukannya agar dia bisa melihat dengan jelas keadaan di bawahnya.
"Heum, aku tidak tahu kenapa orang-orang melakukan hal separah ini. Jika memang mereka berniat merampok. Seharusnya satu kota tidak hancur, kan? Apa jangan-jangan, ada pasukan lain yang berniat jahat?" batin gadis itu. Ia menoleh ke segala arah. Kedua pandangannya terarah kepada sosok lelaki yang memimpin beberapa orang. Di sana, mereka menggunakan sebuah busana cokelat.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com