Hari yang panjang dan bersejarah telah berlalu. Pernikahan antara Pangeran Xuan dan Jenderal Xue telah berlalu, kini berganti menjadi hari baru yang akan mereka lalui ke depannya.
Seluruh Dinasty Wei menjadi gempar atas berlangsungnya pernikahan tersebut. Seorang Jenderal wanita besar yang memiliki masa depan cerah ternyata menikah dengan seorang Pangeran kerajaan yang bodoh dan tidak bisa melakukan apa pun.
Seperti apa pun pendapat masyarakat dan pejabat, yang memutuskan adalah Bai Xue Jian sendiri, bukan orang lain. Dia lah yang memilih akan menikah dengan Pangeran Xuan walaupun sudah tahu kalau calon suaminya itu adalah Pangeran bodoh.
Malam pernikahan telah berlalu, sekarang Bai Xue Jian bukan hanya seorang Jenderal wanita tapi juga Permaisuri Xuan. Dia akan menjalani hari-harinya dengan nama panggilan baru dan akan mulai membiasakan diri.
***
"Hmmm ..."
Bai Xue Jian mulai membuka kedua matanya. Dirinya menegakkan tubuh, yang ternyata tidur di depan meja makan bundar dan bukannya di atas ranjang.
Dia melihat di atas ranjang Sang Pangeran masih tertidur pulas di sana. Bai Xue Jian bernapas lega, bahkan ada senyuman kecil yang tergores di bibir kecilnya.
Semalam, setelah melakukan kesepakatan dan berteman dengan Pangeran Xuan, Bai Xue Jian berpindah tempat. Dia tidak tidur bersama di atas ranjang. Dirinya membiarkan suaminya tertidur lelap di sana dan menempatkan dirinya duduk di kursi makan.
Bai Xue Jian tertidur hanya sesaat. Di meja bundar yang ada di depannya masih ada buku yang semalam ia baca. Tampaknya kalau bukan ketiduran, dirinya tidak akan tidur. Bagi Bai Xue Jian, sangat sulit untuk menutup kedua mata apalagi untuk tertidur dalam waktu lama.
Waktu tidur yang paling lama hanyalah dua dupa. Setelah dupa kedua habis, maka matanya secara otomatis akan terbuka. Sama seperti sekarang, ini masih pagi buta tapi dirinya sudah terbangun. Bahkan para pelayan saja belum terbangun tapi majikannya malah sudah bangun lebih dulu.
Bai Xue Jian bangkit dan berjalan ke arah ranjang yang ada di depan sana. Dia duduk di tepi sambil menatap wajah pria yang masih terpejam matanya.
Tangannya membelai lembut rambut pria itu. Tak menyangka Jenderal yang dikenal berdarah dingin itu menunjukkan senyum manisnya, membuat wajah cantik dan pesonanya dapat disaksikan langit.
"Pangeran, mulai sekarang tidak akan ada yang menyakitimu lagi. Aku akan berusaha keras melindungi mu. Berharap selama sisa hidupku ini bisa membalas budi mu di masa lalu," ucapnya dengan suara pelan.
Bai Xue Jian pun mulai melangkah keluar dari kamar. Sepasang pintu kayu ia buka dan tutup dengan sangat perlahan. Dirinya takut akan membuat Sang suami terbangun karena suaranya.
Setelah kepergiannya, tidak menyangka kalau Pangeran Xuan ternyata sudah terbangun dari tidurnya juga. Pria itu membuka mata dan bangkit untuk duduk.
"Sebenarnya apa niat wanita itu?! Mengapa merasa kalau dia sangat tulus?"
Pangeran Xuan memegang kepalanya sendiri. Meraba bagian rambut yang tadi dibelai oleh istrinya. Tampaknya ada kebimbangan sendiri di dalam hati. Tidak bisa menebak apa yang benar dan tidak.
Di antara kebimbangannya, segera menyadarkan diri sendiri. Helian Qi bangkit dan mulai membuka pakaian bagian atasnya. Baju berwarna merah bekas pernikahan kemarin masih melekat di tubuhnya.
"Feng Yun!"
"Saya di sini!"
Seorang pria berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng yang menutupi sebagian wajah atasnya itu datang berlutut tepat di hadapan Helian Qi.
"Bakar ini! Benar-benar membuat orang jijik!"
Pakaian pernikahan yang tadi baru dilepaskan dilemparkan tepat di depan Feng Yun. Perintah sudah dikeluarkan oleh Helian Qi, maka Sang pengawal bayangannya harus melaksanakan perintah tersebut.
"Selidiki semuanya tentang Bai Xue Jian! Periksa apakah dia orang Ratu Qing Yun atau bukan!" perintah lainnya.
"Baik, Pangeran!"
Wussh ...
Pria itu langsung hilang dari pandangan mata. Dia juga tak lupa membawa pakaian yang tadi dibuang Helian Qi.
"Bai Xue Jian, mari lihat seberapa jauh kau akan berakting!"
***
Hari ini pertama kalinya pengadilan istana dipimpin oleh Ratu dan bukannya Kaisar. Dikabarkan Sang Kaisar sedang sakit dan tidka bisa memimpin rapat pagi ini. Ada titah yang dikeluarkan, selama Kaisar Hui sakit makan pengadilan istana akan dipimpin oleh Ratu Qing Yun.
Semua menteri dan pejabat hanya bisa pasrah menerimanya. Orang-orang yang berpihak pada Ratu Qing Yun malah merasa senang karena pilihan mereka tidak salah. Merasa diri akan aman jika Ratu yang berkuasa.
"Ratu, ada beberapa desa yang mengalami kemiskinan. Mohon Ratu menurunkan bantuan bagi rakyat yang kelaparan!"
"Ratu, walikota kota Suzhou telah melakukan korupsi. Harap ratu bisa memberikan dekrit untuk hukumannya!"
"Ratu ...."
"Ratu ...."
Berbagai masalah mulai diutarakan satu persatu oleh menteri dan pejabat. Masalah di seluruh Dinasty Wei ini harus diselesaikan oleh pengadilan istana dan melalui keputusan Kaisar. Karena Kaisar tidak hadir, maka semua urusan harus diselesaikan oleh Sang Ratu yang menggantikannya.
'Mereka ini ... Benar-benar sangat berisik!' batin Ratu Qing Yun.
'Saat aku berkuasa menjadi kaisar nanti, lebih baik membentuk sekumpulan orang untuk membereskan masalah kerajaan.'
Chu Huang Yan tampaknya tak menyangka akan menjadi kelelahan karena rapat pengadilan ini. Dia kira akan mudah menghadapinya, ternyata benar-benar di luar dugaan.
Agar membuat para menteri dan pejabat tidak curiga, dengan terpaksa mendengarkan keluhan mereka semua dan menyelesaikan masalahnya. Biar bagaimanapun juga ini baru hari pertama, maka harus memberikan citra yang baik di hadapan semua.
Beberapa jam kemudian akhirnya rapat pengadilan pun selesai. Semua menteri dan pejabat mengundurkan diri dari aula istana kerajaan. Tersisa hanya Sang Ratu dan beberapa pelayannya saja.
Wanita itu duduk di singgasana Kaisar sambil memijat-mijat keningnya. Tampaknya rapat tadi berhasil membuat pikirannya pusing sendiri. Baru sehari saja seluruh tubuhnya sudah terasa lelah, dia pun meminta dua pelayan untuk memijat kakinya.
Tak tak tak ....
Seorang Kasim kerajaan datang. Di membungkuk sambil mengulurkan kedua tangannya ke depan, tanda memberikan hormat tertinggi pada Ratu Qing Yun.
"Ratu, Jenderal Xue datang berkunjung. Dia mengatakan ingin bertemu dengan Kaisar Hui," lapor Kasim tersebut.
"Bai Xue Jian?"
"Perintahkan dia untuk menghadap padaku dulu di sini!" perintah Sang Ratu.
"Baik, Ratu."
Kasim tersebut memberikan hormat mengundurkan diri dan segera menyampaikan pesan Sang Ratu pada tamu yang berkunjung.
Di luar aula Istana kerajaan.
"Hormat pada Jenderal Xue."
Melihat Kasim yang tadi diminta untuk menyampaikan niatnya, kini telah kembali. Bai Xue Jian menatap Kasim tersebut sambil menanyakan hasilnya.
"Kaisar sedang tidak sehat. Ratu mengatakan, jika Jenderal Xue ingin menemui kaisar maka harus menghadapnya terlebih dulu," kata Sang Kasim.
Wanita yang mengenakan pakaian Jenderal khasnya itu menatap tajam pada Sang Kasim. Raut wajahnya tampak tidak baik, dari tatapan matanya terlihat jelas mengeluarkan aura pembunuh, membuat Sang Kasim tak berani untuk menatapnya.
"Tujuanku adalah bertemu Kaisar! Tidak ada urusan untuk bertemu Ratu!" tegasnya.
Bai Xue Jian segera berbalik. Dia menghempaskan jubah kebesarannya dan menaiki kuda putihnya.
"Hyaatt!!!"
Tuk tuk tuk ...
Kuda putih beserta tuan yang menungganginya pergi begitu saja. Keluar dari istana, bahkan tidak memberikan salam hormat terlebih dulu kepada Ratu seperti orang lain.
***
"Apa?!! Dia pergi begitu saja tanpa memberi salam hormat padaku!"
Teriakan Sang Ratu membuat seluruh isi aula utama ini seperti bergetar karena gemanya. Laporan yang diberikan Kasim tadi sukses membuat amarahnya memuncak.
"Beraninya Bai Xue Jian tidak patuh padaku! Apa dia sama sekali tidak memandang hormat gelar Ratu-ku?!!"