BAB 13 : PELUKAN HANGAT YANG SAMA.
"Aku berharap ... Kau bisa menyelamatkan nyawa Ayah Kaisar. Aku akan membantu ..."
"Tidak perlu!"
Perkataan Helian Chen segera terpotong. Bai Xue Jian dengan tegas menolak kebaikan yang ingin diberikan Putra Mahkota padanya.
"Saya bisa melakukannya sendiri. Tidak akan merepotkan Putra Mahkota," sambungnya.
Bai Xue Jian bangun dari tempat duduknya dan berdiri dengan membelakangi Putra Mahkota. Wajahnya datar tanpa ekspresi apa pun, menandakan dia tidak senang atau mungkin jengkel saat ini.
Sedangkan Putra Mahkota, dia menundukkan kepalanya sambil kedua tangan yang mengepal dengan sempurna. Raut wajahnya terlihat sedih tapi ada sedikit kemarahan yang terpendam di dalamnya juga.
"Kenapa? Kenapa kau ingin menikah dengan kakak pertama?"
Pertanyaan lain malah diajukan Sang Putra Mahkota pada Bai Xue Jian. Dia yang masih menundukkan kepalanya semakin menggertakan giginya seperti tak tahan akan sesuatu.
"Putra Mahkota, jika kau tidak ada urusan lain, sebaiknya anda kembali ke Istana Timur. Ini sudah larut malam, Ratu mungkin akan mencurigai mu nanti."
Bukannya menjawab pertanyaan Putra Mahkota, Bai Xue Jian malah secara gamblang mengusir pergi pria itu. Tanpa menatap, tanpa memberi hormat, Bai Xue Jian sungguh berani memperlakukan calon penguasa Dinasti Wei di masa depan itu dengan sangat kasar.
"Jawab pertanyaan ku! Kenapa kau mau menikah dengan Pangeran Xuan?! Apa karena aku putra Ratu Qing Yun jadi kau menolak cintaku?!" tanya Helian Chen lagi.
Kali ini nadanya berbeda dan semakin tinggi. Helian Chen juga berteriak sambil bangkit dari tempat duduknya untuk meminta kejelasan dari Bai Xue Jian.
Hati ini terasa sakit, setiap saat memikirkan orang yang dicintai ternyata menikah dengan pria lain yang merupakan kakak sendiri. Helian Chen merasa dirinya lebih pantas dibandingkan kakaknya, Helian Qi yang adalah seorang Pangeran bodoh.
"Pangeran Xuan adalah pilihanku! Siapa yang ingin ku jadikan suami, tidak ada urusannya dengan Putra Mahkota." Bai Xue Jian akhirnya menjawab juga. Dirinya membalikkan badan dan menatap ke arah pria yang tampak kesal kepadanya itu.
"Silahkan Putra Mahkota pergi. Kamp Yunlin bukanlah tempat yang seharusnya anda datangi di tengah malam seperti ini."
Lagi-lagi Bai Xue Jian mengusir Putra Mahkota secara gamblang. Ini ia anggap masih dalam bentuk hormat karena menggunakan kata-kata sopan. Namun mungkin kesabaran Bai Xue Jian akan ada batasnya jika saja Helian Chen masih belum juga beranjak dari tempat ini.
"He ... Ternyata diriku yang merupakan Putra Mahkota ini masih tidak sebanding dengan Pangeran Xuan yang bodoh."
Senyum terpaksa terus terlihat ketika langkah kaki mulai menggerakkan tubuh menuju keluar tenda. Rasa sakit yang dirasakan Helian Chen teramat sangat menyiksa dirinya. Menemukan fakta bahwa seorang calon pewaris tahta kerajaan Wei ternyata tidak bisa sebanding dengan Pangeran bodoh yang tidak bisa melakukan apa pun di mata Bai Xue Jian.
Putra Mahkota akhirnya pergi meninggalkan Kamp militer Bai Xue Jian. Wanita yang merupakan Jenderal perang itu tidak mengantar atau memberikan salam hormat ketika Putra Mahkota pergi. Wanita itu tetap diam berdiri di tempatnya dan belum bergerak sedikitpun.
'Putra Mahkota, kau datang terlambat di dalam hidupku. Lagi pula, jika aku menikah dengan mu, itu tidak akan bertahan lama. Lebih baik merasakan sakit di awal dari pada harus menderita seumur hidup nantinya.'
***
Bermalam di Kamp Yunlin, pada pagi buta Bai Xue Jian kembali ke kediaman Chunshi lagi. Wanita itu tampak terkejut ketika melihat suaminya ternyata telah terbangun dan sedang bermain di dalam kamarnya.
Helian Qi yang sedang bermain tapi terlihat seperti seorang yang sedang bersedih. Wajahnya tampak muram ketika sedang memainkan boneka-bonekanya di atas ranjang tempat tidur.
"Pangeran, anda sudah bangun." Bai Xue Jian yang baru masuk ke dalam kamar segera menghampiri Helian Qi.
Pangeran Xuan tidak menjawab sapaan dari Bai Xue Jian. Tangannya mungkin sedang menggerakkan mainan-mainannya tapi kepala tertunduk dengan keadaan bibir yang sedikit maju ke dapan.
Melihat hal itu, Bai Xue Jian langsung bertanya, "ada apa? Apa ada yang menyakitimu lagi?"
Bai Xue Jian menyentuh bahu kanan Helian Qi dan bertanya dengan lembut. Itu barulah membuat Helian Qi mau memandang wajahnya.
"Aku bermimpi Ayah Kaisar disakiti. Aku ingin bertemu Ayah Kaisar," kata Helian Qi sambil masih memajukan bibirnya.
Nadanya terdengar sendu, wajah murungnya kini telah diketahui sebab akibatnya. Helian Qi yang seperti ini, sama persis seperti anak berumur lima tahun yang sedang merengek ketakutan karena mengalami mimpi buruk.
"Ha ..." Bai Xue Jian menghela napasnya. Kemudian wanita itu tersenyum dan membawa Helian Qi masuk ke dalam dekapannya.
"Mimpi itu tidak nyata. Kaisar baik-baik saja, jadi kau tidak perlu khawatir," ucap Bai Xue Jian yang menenangkan.
Wanita itu memeluk erat Pangeran Xuan sambil menepuk-nepuk punggung pria itu. Ucapan yang lembut, berharap suaminya ini bisa menghilangkan rasa takut dan kekhawatirannya.
Sebenarnya Bai Xue Jian sedikit terkejut karena Pangeran Xuan ternyata bisa mengalami firasat tentang Kaisar Hui. Itu semua memang benar kalau Kaisar Hui telah disakiti bahkan diracuni oleh orang-orang jahat. Namun Bai Xue Jian enggan untuk mengatakannya. Jika memberitahukannya pada Helian Qi, maka hanya akan membuatnya semakin khawatir.
"Pangeran, selama ada diriku, tidak akan ada yang bisa menyakiti dirimu ataupun Kaisar Hui. Aku pasti akan menghukum dan menghabisi orang-orang jahat yang berniat mencelakai keluarga kerajaan," sambungnya.
Pelukan yang diberi Bai Xue Jian berhasil menghangatkan tubuh Helian Qi, bahkan sampai meresap ke dala jantungnya. Tangan Helian Qi bergetar karena ragu. Ada rasa ingin membalas pelukannya tapi masih sedikit ragu untuk melakukannya.
Berada dekat di sisi Bai Xue Jian, membuat Helian Qi merasa bingung pada dirinya sendiri. Ambisi akan kekuasaan dan menghukum orang-orang jahat, seakan hilang ketika meliht ketenangan dan kelembutan yang diberikan Bai Xue Jian ketika bersikap padanya.
Ini pertama kalinya bagi Helian Qi merasakan kasih sayang yang begitu tulus dari seorang wanita setelah kematian Ibunya. Pelukan hangat yang diberikan Bai Xue Jian, sama persis seperti pelukan kasih sayang yang diberikan mendiang Permaisuri Yun padanya.
Namun, seketika membuatnya sadar kembali ketika mengingat masa-masa pahit yang dialami sebelas tahun lalu. Helian Qi mmebuka matanya kembali dan menarik tangan yang tadi hampir membalas pelukan dari Bai Xue Jian.
Tidak lama, Bai Xue Jian melepaskan pelukannya karena dirasa Pangeran Xuan sudah semakin tenang. Bai Xue Jian menatap pria yang memiliki tinggi tubuh melebihinya itu sambil memegang kedua pipinya juga.
"Aku pasti akan mengajakmu bertemu dengan Kaisar. Tapi tidak sekarang, oke?" ucapnya.
Tangan Bai Xue Jian yang terasa dingin, membuat Helian Qi sedikit tertegun dan membuka matanya lebar-lebar. Kedua telapak tangan yang dingin, terasa menyejukkan ketika menyentuh pipinya. Lagi-lagi Helian Qi terlarut ke dalam perasaan aneh ketika mendapatkan kelembutan yang diberikan Bai Xue Jian.