webnovel

JANGAN PANGGIL AKU KUCING

Dimas tak pernah menyangka bahwa kehidupannya akan berubah, saat dirinya merantau ke Ibu kota demi mengadu nasib. Berawal sebagai seorang pelayanan restoran di Jakarta, bekerja berkat bantuan teman lamanya bernama Vano. Namun, beberapa bulan kemudian Dimas berhenti dan bekerja di salah satu tempat hiburan malam. Semula, semuanya berjalan normal hingga suatu ketika ia diperkenalkan dengan seorang wanita bernama Jen. Jen sendiri merupakan wanita bayaran. Jen menawarkan kepada Dimas untuk meninggalkan perkerjaannya dan menjadi cowo bayaran (Escort) agar hidupnya bisa berubah. Pada awalnya Dimas bimbang, namun akhirnya ia mencoba jalan barunya tersebut. Benar saja, setelah berubah haluan dan menjadi cowo bayaran, kehidupannya berubah drastis. Hingga pada suatu ketika, ada seorang pelanggan bernama  Hans yang ingin memakai jasanya. Mulanya Dimas pun menolak, karena ia sama sekali tidak tertarik dengan pria apalagi sampai harus melayaninya. Namun, uang seakan menjadi senjata yang meleburkan harga diri. Hubungan Dimas dan Hans pada awalnya hanya sebatas pelanggan dan pemberi jasa. Namun, waktu seakan mengubah semuanya. Cinta yang tumbuh diantara keduanya seakan menjadi abstrak hingga terjalin sebuah hubungan terlarang. Hingga pada suatu ketika hubungan mereka diketahui oleh istri Hans yaitu Vera dan anak sulungnya bernama Chris. Vera bersama anak sulungnya melabrak Dimas dikediamanya. Karena kejadian itu hubungannya dengan Hans  menjadi renggang. Dimas pun seakan menghilang ditelan bumi. Setelah bertahun – tahun menghilang siapa sangka waktu mempertemukannya kembali, namun kali ini bukan dengan  Hans melainkan dengan Chris anak sulung dari Vera. Mereka yang awalnya bermusuhan karena kejadian dimasa lalu, justru menimbulkan benih – benih cinta diantara keduanya. Hingga konflik yang lebih tragis terjadi lagi dan membongkar siapa sebenarnya Dimas,  Hans, Vera dan Jen. .....

Ansyah_Ibrahim · LGBT+
Classificações insuficientes
27 Chs

PART 9 - SURABAYA....

KEESOKAN HARINYA….

Setelah melewati kemacetan ibu kota, ia akhirnya sampai disebuah Apartemen. Apartemen mewah di pusat kota ini, bukan hanya sekedar bangunan pencangkar langit, namun tempat ia menaruh hati pada seseorang. Seseorang yang ia sangat cintai, meski,cinta diantara mereka sangat rapuh.

Sesampainya di depan lobby apartemen, Hans bergegas menuju unit tempat sang kekasihnya berada. Untung saja Hans memiliki akses card cadangan, sehingga ia tidak perlu menunggu Dimas untuk menjemputnya di bawah.

Setelah keluar dari litf, Hans berjalan dengan lebih cepat. Ia seolah sedang mengejar bayanganya sendiri. Ia lalu mengetuk dengan perlahan – lahan unit apartemen nomor 29 tersebut.

"Dim, ini aku".

Beberapa kali ia mengetuk pintu apartemen tersebut, Dimas seolah tak mendengarnya. Tangan kanannya mengambil sebuah telepon genggam dari saku disebelah kiri. Ia mencoba menghubungi Dimas. Namun berkali – kali ia menghubungi kekasihnya tersebut, tak ada jawaban. Hans kembali mengetuk dengan lebih keras.

"Dim!!!" Teriak Hans.

Wajah yang sebelumnya menggambarkan kebahagiaan, seolah berubah seketika. Kegelisahan seakan tak bisa ia tutupi. Hans mondar – mandir di depan pintu apartemen sang kekasihnya tersebut.

Disaat ia sedang cemas apa yang terjadi pada kekasihnya itu, Hans lalu, tiba – tiba teringat, kalau ia memiliki kunci duplikat. Ia bergegas kembali ke mobil dan mengambil kunci tersebut.

Setelah berhasil masuk ke dalam, Hans bergegas menuju kamar Dimas. Ia menghembuskan nafas seolah masalah yang menghantui pikirannya telah sirna. Ia lalu mendekati Dimas yang sedang terlelap tidur dengan dibalut selimut. Ia mengelus rambutnya. Halus, seperti halnya salju yang turun di musim hujan. Hans seolah tak bisa menahan hasratnya, ia lalu mencium pipih sang kekasihnya tersebut.

" Hmm…Kamu ngapain sih pagi – pagi udah disini" Ujar Dimas. Ia lalu membalikan badannya.

Hans membaringkan badannya, dan memeluk Dimas dari belakang.

" Loh, emangnya kenapa kalau aku kesini. Gak boleh".

"Ya boleh, tapi kan masih pagi".

Hans mengeratkan pelukanya. Lalu, ia kembali mencium pipih Dimas dengan lembut.

"Udah sana cepat mandi"

Dimas membalikan badan dan menatap Hans. Ia sedikit mengerutkan dahinya.

"Mandi…Memangnya kita mau kemana?" Tanya Dimas.

Hans mencubit Dimas dengan. "Ehm, tuhkan kamu lupa. Hari ini aku kan mau ajak kamu ke Surabaya. Aku lagi ada kerjaan disana"

"Iya, iya".

Sejak Mereka menjalin hubungan, Hans memang acap kali meminta Dimas untuk menemaninya saat ada tugas diluar kota. Dimas pun tak pernah menolak setiap kali Hans memintanya. Baginya menemai sang kekasih tugas diluar adalah salah bentuk cintanya kepada Hans.

Benarkah… Apakah cinta sesuci itu. Lalu, bagaimana dengan Vera. Apakah pantas kesucian cinta berdiri diatas cinta yang lain. Bagaimana menjelaskan arti cinta itu sendiri, jika kita seolah merebut cinta yang lain. Bukankah cinta sejati adalah tentang bagaimana ia merajut harapan, mengarungi lautan tapi tidak merebut cinta seseorang.

Jelaskan…Bagaimana arti cinta sejati, di saat yang bersamaan cinta itu rapuh dan tersembunyi.

CHRIS MULAI CURIGA

Suasana Bandara Soekarno Hatta siang itu nampak begitu ramai dan padat. Beberapa orang terlihat membawa koper berukuran sangat besar menuju Terminal 3. Terminal yang baru direnovasi ini memang tampak modern. Berbeda dari terminal 1&2 yang dibangun sudah cukup lama.

Hans & Dimas berjalan santai menuju pintu masuk terminal 3 sembari membawa koper berwarna biru muda. Dari kejauhan, Chris menatap dengan penuh curiga. Ia seolah tidak percaya yang baru saja dilihat mata kepalanya sendiri.

Walau sebenarnya, Chris sudah lama menaruh curiga dengan ayahnya. Mulai dari prilakunya di rumah, hingga tak ada lagi suasana akrab yang biasa dirasakan. Apalagi tak biasanya sang ayah pergi ke luar kota dadakan. Paling tidak biasanya sang Ayah pasti memberitahu satu minggu sebelum keberangkatan.

Nyatanya, dugaan Chris selama ini seakan menemu titik terang. Tapi ia tetap tidak ingin berburuk sangka pada ayahnya sendiri. Namun, bagaimana. Apa yang ia lihat seolah telah menunjukan bukti – bukti nyata bahwa sang ayah telah bermain api dengan seorang pria.

….

SEHARI SEBELUMNYA…

Saat Chris tahu bahwa ayahnya akan pergi ke luar kota secara mendadak ia mencoba mencari tahu. Melalui sekretaris pribadi ayahnya di kantor ia bertanya tentang kemana ayahnya akan pergi. Berbekal informasi tersebutlah pada akhirnya Chris bisa membututi ayahnya hari ini.

Pada malam sebelum keberangkatan sang ayah ke Surabaya, ia juga secara diam – diam masuk ke kamar dan membuka tas sang ayah. Dilihatnya sebuah dua buah tiket pulang dan pergi menuju Surabaya. Sontak Chris pun kaget. Apalagi nama yang tertera di tiket satunya seolah bukan karyawan atau staff dari kantor ayahnya. .

Agar tidak menaruh curiga, ia memilih berbeda maskapai namun dengan jam keberangkatan yang tidak jauh berbeda dari sang ayah. Meski awalnya ia ragu, apakah tindakannya ini dapat dibenarkan atau tidak. Namun, keteguhan hatinya seakan membiaskan keraguan itu. Ia hanya ingin membuktikan bahwa firasatnya itu salah, meski pada kenyatannya berkata lain.

....

DI BANDARA JUANDA, SURABAYA

Setelah sampai di Bandara Juanda, Surabaya, Hans & Dimas bergegas mancari Taksi. Tak lama kemudian pesawat yang ditumpangi oleh Chris mendaratt. Ia bergegas keluar dan mencari keberadaan ayahnya. Ia berlari menerjang apapun yang dilewati. Bagaikan angin topan yang menebas apapun yang dilaluinya.

Sesekali ia melihat ke kiri dan kanan. Namun, ia tak juga menemukan ayahnya. Wajahnya menampakan keputusasaan. Ia seperti seseorang yang kehilangan tujuan hidup.

Ia lalu beristirahat sejenak disebuah tempat makan. Tangan kananya memegang telepon genggam.

"Ada apa dek, apa ada yang sedang kau tunggu" Tanya seorang pelayanan.

"Tidak…" Jawabnya.

Apakah harapan itu sudah tidak ada. Mengapa…mengapa disaat ia sudah melangkah sejauh ini, seolah harapan itu pupus. Bisakah. Bisakah Tuhan memberinya petunjuk.

Ia menundukan kepalanya seraya momohon kepada sang maha kuasa agar diberikan petunjuk.

Dengan sangat khusyuk ia berdoa, memohon petunjuk kepada sang pemilik alam semesta ini.

"Berapa bu?"

" 50 ribu dek"

Chris mengeluarkan uang dari dompetnya. Namun, tiba – tiba saja pandangannya teralihkan saat melihat sang ayah sedang bergegas masuk ke dalam Taksi.

"Dek kembalinya ini"

"Ambil ajah bu"

Chris berlari sekencang mungkin, sampai – sampai koper yang ia pegang terjatuh. Ia lalu memanggil taksi yang berada di pintu keluar.

"Mau kemana dek?" Tanya sang supir taksi.

"Tolong ikuti taksi yang di depan ya pak" Ujarnya.

"Hans, kamu coba perhatikan deh, kok taksi yang dibelakang dari tadi ikutin kita ya?" Tanya Dimas.

Hans lalu menengok ke belakang. Dilihatnya sebuah taksi berwarna biru, namun tak terlalu jelas siapa yang berada didalamnya.

"Ah, itu cuman pikiran mu saja, lagi pula yang menuju pusat kota Surabaya kan bukan hanya kita". Ujarnya sembari memegang tangan kekasinya tersebut.

Bersambung...