"Shafiyya, apa kabarmu di langit berbintang sana ?"
Didalam keheningan malam dan kesunyian kamar. Dibawah lampu Philips yang benderang fairial termenung membaca diary yang seminggu lalu tak sengaja ia temukan.
Ternyata itu adalah diary biru milik shafiyya yang sengaja ditinggalkan. Dan lebih wajar lagi kalau itu ia temukan di dekat guling kesayangannya.
Lembar demi lembar. Matanya terpaku pada isi tulisan yang kadang membuatnya geli sendiri. Tulisannya lebih mengerikan dari ceker ayam. Bagaimana ia tak menyangka itu tulisan seorang anak sekolah.
Sekarang laki-laki ini resmi kelas satu SMA . Ia tak jadi masuk ke SMAN 5. Baginya masuk ke mana saja adalah sama. Intinya bagaimana lingkungan sekitar nya saja. Membuatmu nyaman atau tidak tapi, baginya semua sama saja. Selalu membosankan seperti biasa.
Yang jelas sekarang, fairial yakin dengan pemilihannya ke SMU Global adalah pilihan yang terbaik. Ia tak mau menyusahkan lebih banyak.
Semenjak tenggelamnya shafiyya dari sisinya. Laki-laki ini jadi terlihat canggung ketika berhadapan dengan keluarga itu. Yah meski terkadang rizky selalu menawarkan kamarnya sebagai tempat penginapan.
Fairial terlalu ingin menyendiri dengan prasangkanya. Rizky tahu itu . Karena ia mengerti. Apa yang akhir-akhir ini bersarang diotak fairial. Akhir-akhir ini ia merasa banyak berhutang budi pada keluarga itu.
Belakangan ini ayah fairial sering pulang ke rumah, dan itu tanpa sepengetahuan shafiyya yang masih berada dipesantren.
Rizky juga tak begitu sadar dengan seringnya kehadiran sosok itu kerumah fairial. Wajar, akhir-akhir ini rizky jarang keluar rumah karna tugas kuliahnya yang seabrek. Kalau tidak tidur ya ke perpustakaan.
Tak ada seorangpun yang tersadar tentang ini. Ibu dan ayahnya pun sama. Pria itu selalu datang dengan sebotol miras ditangan dan tak lupa memukul, menampar dan membuat anaknya berdarah-darah lagi. Hal rutin yang amat ditakutkan oleh shafiyya kerap kali terjadi tanpa sepengetahuan mereka.
Dan sayang, semua rahasia itu tersegel rapi dalam hati fairial. Tak ada seorang pun yang tahu.
Dia adalah tipe orang yang sangat pandai memendam rahasia.
Pernah suatu ketika fairial berontak dan bertanya kepada ayahnya apa alasan ayah nya melakukan semua penganiayaan itu terhadap dirinya dan jawabannya sontak membuat fairial tercengang. Mematut dan terdiam. Tak lain ia makin menyalahkan diri.
"Karena semua yang ada dalam diri mu adalah ibumu ! ''
Saat itu yang ada didalam benak fairial adalah kebencian dan emosi yang merisak. Ia meradang lagi dalam keadaan tertahan. seakan bahagianya dihanguskan begitu saja karna kehadiran pria itu. Ia terlampau ingin memukulnya, melawan, menyerang tapi percuma, tidak mungkin. Itu semua jelas tidak mungkin.
Pria itu terlalu kuat dan keras. Fairial hanya bisa terdiam dan menangisi semua keadaan ini dalam dekapan tubuh.
Ia masih terlalu baik untuk bisa melakukan hal-hal seperti itu. Ia masihlah fairial yang mereka kenal. Yang gadis itu selalu jadikan. Penunjuk arah.
Menurut nya luka yang baru-baru datang itu tak penting diketahui banyak orang. Termasuk rizky, shafiyya dan keluarganya.
Terlalu banyak penderitaan yang mereka tahu. Yang mereka bantu dan mereka kasihani. Yang mereka hubungkan semuanya dengan kehidupan ini. Mereka seakan merebut semua beban yang harusnya ia pikul sendiri. Padahal sejak kecil ia selalu berdiri sendiri.
....berjuang melawan segalanya
###
''Fairial sahabat kecilku, bagaimana kabarmu disana? Aku baik-baik saja kok. Cuma disini lingkungannya agak berbeda, Adeeemm banget terus dingin lagi apalagi kalau hujan ya ampun rial, seharian aku gak mandi tau haha bau sih, pasti kamu bakal bilang kayak gini "Ih kamu manusia atau kambing!". Seperti yang biasa kan?
Oh iya, aku punya temen baru lho sekarang, kamu gimana disana ? Ciyee jadi sekolah di SMA elit itu yah ? jadi dong, kan kamu nem nya tinggi :D
Good luck yah, selalu semangat !''
Sudah sebulan lebih aku tinggal di pesantren. Aku jadi makin tahu banyak hal tentang keyakinanku sendiri. Mulai dari cara bersholat yang baik, macam-macam sholat, yang wajib dan yang sunnah, cara berpakaian yang baik, adab, fiqih dan lain sebagainya.
Termasuk Al-quran.
Akhir-akhir ini aku jadi sering menambatkan hatiku pada alqur-an. Karna bagiku alqur-an lah yang paling dekat denganku. Sekarang aku tak punya lagi fairial ataupun diary biru untuk melampiaskan semuanya.
Aku hanya punya Allah dan kitab berusia ribuan tahun itu. Terjemahnya begitu menarik untuk disimak. Malah kadang aku suka dibuat seguk-segukan karna isinya. Terlebih lagi kalau isinya tentang neraka. Nangis darah deh.
Tak ada lagi kerudung paris, tak ada lagi celana jins ataupun kaos belel, tak ada ibu sang juru koki, tak ada handphone, facebook, twitter, Ps3, whatsapp dan mbah google.
Yang ada hanyalah suara shalawat, murrotal, kerudung katun, rok nyeret, baju lebar dan
.....kumpulan orang-orang shalih.
MashaAllah ...
Aku makin menyukai tempat ini ....
Disini, aku menemukan banyak orang yang mengesankan. Orang-orang itu mengajarkanku banyak hal tentang hidup.
Meskipun kenal saja tidak. Yang kutahu mereka membina hidup mereka sendiri. Mereka berani dan mandiri, pandai berbaur dan jauh dari kemanjaan. jauh dari hidupku yang lalu.
Kata ukhti penjaga kamar, aku harus pandai bergaul dengan santri lain dikamar sembilan. Itu nama kamarku. Pandai bersikap dan sering bertanya adalah peerku. Karna ada salah seorang santri yang mengatakan kalau aku adalah gadis yang tertutup, pendiam, jarang bergaul.
Haha sedih deh kalau disangka seperti itu. Padahal aku orangnya mau berteman dengan siapapun. Hanya saja aku kadang memang tidak sepenuhnya bisa bergaul dengan baik atau berekspresi dengan baik.
Aku tidak pandai mengambil hati orang seperti memberi makanan kepada teman sekamar, aku juga tidak terlalu suka ngerumpi atau curhat banyak hal kepada orang lain.
Tapi ibu pernah berkata itu bagian dari adaptasi, diawal memang selalu seperti itu. Tapi jika semua sudah mulai terbiasa. Semua akan mudah terlewati.
Oh iya, tentang teman yang kuceritakan pada fairial, namanya Syifa. Gadis itu adalah satu-satunya santriwati yang kukenal dekat disana. Lemarinya berada tepat disamping lemariku, jadi kita tidurnya pun beriringan. Dia asalnya dari Jakarta, sama denganku tapi dia dipusatnya sedang aku di timurnya.
Kita memiliki beberapa kesamaan, dia pendiam sama denganku. Kemanapun kapanpun kita selalu bersama. Mengantri nasi, mandi, berangkat ke masjid, mengaji, berangkat ekskul, sekolah hingga hal-hal kecil lainnya
Ya meskipun pada nyatanya kami berdua dicap sebagai santri paling pendiam dikamar. Dialah alasan ketigaku tetap bertahan ditempat ini.
Aku akui sekarang, tentang segala kekakuan dan kecanggunganku. Ketika berhadapan dengan teman-teman sekamar. Mungkin itu karna aku terlalu sering bergaul dengan anak laki-laki, macam kak rizky dan fairial.
Di SD dan SMP aku juga seperti ini. Aku sangat pendiam dibanding ketika berada dirumah, ketika bersama kak rizky dan fairial mendadak aku jadi berbeda. Enjoy dan tidak kaku sama sekali.
Disini aku bukan hanya belajar banyak tentang agama dan masalah hablum minannasku... tapi pembagian waktu, pernah suatu hari aku terlambat sekolah karna menunggu antrian makanan.
Kebetulan aku membawa dua piring saat itu, punya syifa. Anak itu sedang sakit, aku tidak rela membiarkannya tidak makan sampai siang. Apalagi sekarang jadwalnya istimewa, makan ayam. Seminggu sekali kita bisa makan itu.
Untuk kesekian kali aku dan syifa punya kesamaan lagi. Kita sering sakit. Sehari aku tidak masuk besoknya dia. Kita juga saling berganti tugas ketika salah satu dari kita tidak masuk sekolah. Memberi surat pada ustadzah, mengambil makanan, berbagi air panas, membeli bubur diluar, mencuci piring, mengambil obat di uks, mencuci pakaian, atau berganti jadwal piket.
Aku dan dia sering bekerja sama sepanjang kami menghabiskan waktu disini. Hingga akhirnya dihari kita jatuh sakit bersamaan, kita pun menginap diuks seharian dengan gelak dan canda tawa.
Sambil berbaring aku dan syifa tidur berdampingan diatas kasur lantai ukuran maxi yang disana banyak berbaring para santriwati yang sakit. Angin malam berhembus sejuk dari celah pintu uks yang sedikit terbuka.
Tepatnya jam sudah menunjukkan pukul 24.00, aku dan syifa masih berbincang dibawah selimut yang tertutup, takut-takut pengawas uks datang lagi.
"Waktu kecil dimalam-malam seperti ini aku suka melihat orion tahu."
"Apa itu orion?"
"Nama rasi bintang... kamu tahu jika kamu melihat ada tiga bintang sejajar menghadap barat, itu namanya rasi bintang orion."
"Masa? hehe aku gak tau"
"Ahh teleskopku dirumah sih, aku biasa melihatnya bareng kak risky dan fairial..."
"Fairial? Lelaki yang pengen kamu setrum dengan ribuan volt listrik. Pfft kayak pokemon"
"Iya tau! dia tuh kadang nyebelin, kadang nyenengin, kadang ngebetein, kadang ngeselin..."
"Tapi ngangenin kaan~"
"Issh kamu tuh, aku kangen dia?? iiuhh! Nggak banget. Lagian dia mungkin sekarang udah punya banyak temen, udah sekolah disekolah favorit, elit dan dipuja-puji lagi sama banyak orang."
"Jangan begitu ingat perkataan ustadzah illa kita nggak boleh mencela jika kita tidak mau dicela juga."
"Iya iya maaf, tapi aneh lho fa, kenapa ya sebenci-bencinya aku sama dia, ujungnya pasti aku selalu biasa lagi sama dia. masalah kayak hilang gitu aja. Padahal aku dari dulu benciiii banget sama dia. Entah mengapa aku, seperti memerlukan dia..."
"Tuh kan... jangan jangan kamu terkena sindrom benci jadi cinta lagi!"
"Apaan sih kamu! Halah ngaco lagi... aku ini anak pesantren nggak boleh pacaran"
"Hahahaha masaaa~"
Ada tiga hal yang membuatku semakin nyaman ketika berada disini, pertama Allah, ibu dan ayah yang rajin datang kemari dan yang ketiga adalah syifa. Aku memang belum tahu apakah aku akan tetap bertahan disini. Tapi aku harap aku tetap berada diposisi seperti ini hingga aku terbiasa dengan semuanya