webnovel

Sebelum Kumpul Keluarga

Vanka terbangun sesaat ada seseorang yang menggoyangkan badannya. Sepertinya sudah sedari lamanya dia tidur lelap sehari sebelumnya. Saat dia sudah datang dari shoppingnya itu dan mendengar percakapan yang tidak dia ingin untuk didengar.

Dan berakhir masuk mengendap ke dalam kamarnya dengan kemudian menangis sesenggukan dan tertidur lelap setelah dia sudah mandi secepat kilat.

Karena seseorang telah membangunkan tidur lelap Vanka, kedua bola matanya kemudian terbuka secara perlahan dan akhirnya dia membalikkan badannya serta menemukan Kak Syika sedang membangunkannya.

Kali ini Vanka masih belum sadar dengan apa yang terjadi sebelumnya, tetapi suara Kakaknya itu membuyarkannya dan segala saraf otaknya terisi dengan kebanyakan kejadian di kemarinnya.

"Hei,, Tidurmu nyenyak ? Mama sampai menelefon beberapa kali ke nomor ponselmu, dan kamu tidak menjawabnya. Apa kamu tidak lapar, kita kemarin sedang dinner hanya dengan keluarga inti saja. Ada apa dengan kamu yang tidak menerima telefon dari Mama. Kita semua khawatir denganmu, tapi Mama menyuruh aku dan Kak Lisya agar tidak menggangumu di kamar. Sampai akhirnya aku beranikan subuh ini ke kamarmu. Aku berniat melihat keadaanmu, tapi malah melihatmu tertidur. Jadi Kak Syika coba bangunkan kamu," kata Kak Syika panjang kali lebar berkata yang intinya hanya ingin melihat bagaimana dengan keadaannya saja saat itu.

Dengan mata masih berkunang, Vanka akhirnya kembali bangun dari kasurnya. Dia kembali bangkit dari keterpurukan, dan mengatakan sesuatu kepada Kak Syika yang membangunkannya.

"Oh,, iya kak. Sehabis aku pulang berbelanja aku langsung ke kamarku dan tertidur. Saat itu aku tidak bertemu dengan Kak Syika, Kak Lisya maupun Mama. Apa semua mencariku kemarin malam ?" tanya Vanka berbicara tanpa ada satu pun kejanggalan yang dia beritau ke Kak Syika perihal kemarin siang itu.

"Iya lebih tepatnya seperti itu, semua mencarimu. Bahkan kamu melewatkan acara buka kado. Aku sendiri hanya melihat kadomu terpapar di dekat pohon natal tanpa tertanda orangnya yang tampak di ruang tamu saat sesudah kita dinner. Oh ya, Kak Syika hanya memberitau kamu jika hari ini akan diadakan acara keluarga. Lebih tepatnya setelah kita selesai ke gereja, kita langsung ke rumah Tante Sita. Kamu harus bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Pakai pakaian baru yang bagus ya," kata Kak Syika mengatakan alasan dia masuk ke dalam kamarnya ini.

"Heem, makasi ya Kak sudah bangunin Vanka. Vanka nggak tau kalau nggak dibangunin Kakak bisa ikut acara keluarga hari ini apa tidak," ujar Vanka seketika Kak Syika pamit dirinya ingin juga bersiap-siap karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Dan sebentar lagi, tepatnya satu jam lagi semua akan bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Karena natal memang akan diadakan dengan prosesi sembahyang awal mulanya. Begitu pula dengan banyak agama lainya dengan hari raya mereka.

Vanka sama sekali tidak memedulikan bagaimana dengan dandanannya hari ini, dia lapar. Sehingga dia pun berusaha mengeluarkan energinya untuk mengambil makanan dan minuman di area pantry yang ada di lantai dasar rumahnya itu.

Berharap dia tidak akan menemukan siapa saja saat dia pergi ke pantry. Dan keberuntungan ada di pihaknya saat dia sudah sampai di dapur untuk mengambil minum dan melihat apakah sarapan sudah tersedia.

Untung saja Vanka tidak menemukan semua anggota keluarganya berada di pantry saat itu. Dia langsung saja mengambil beberapa potong roti dan juga buah potong dan mengambil minum segelas susu. Dia pun langsung saja pergi menuju ke kamarnya setelah sarapan yang diinginkannya sudah diambil sesegera mungkin.

Tidak sampai memakan waktu selama tiga menit Langkah kaki Vanka sampai di dalam kamarnya. Dengan menaruh piring berisi sarapan itu di atas nakas meja yang ada di samping Kasurnya itu, Vanka pun hendak menutup kembali kamarnya.

Tapi dia malah melihat Kak Lisya dan Kak Syika asik bercengkerama satu sama lainnya di kamar Kak Lisya yang pintunya tak ditutup. Mereka sedang memilah dan memilih baju untuk dikenakan nantinya.

Benar saja Vanka merasa iri dengan Kak Lisya. Dia tidak tau mengenai apa yang sudah dia rasakan, tetapi keadaan percakapan sehari sebelumnya itu telah menyeret salah satu nama Kakaknya. Kak Lisya. Dan dia tau omongan Mama yang bercerita jika dia dilahirkan karena politik keluarga ini ada hubungannya dengan Kakaknya, Kak Lisya.

Dia tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya, tapi dia tau satu hal pasti. Iya, Vanka harus mencari informasi terkait akan masalahnya sebagai anak yang tidak diharapkan. Dia kembali berharap, semoga itu tidak ada hubungannya dengan Kak Lisya yang dia cemburui sedari dulunya.

*****

Perayaan hari natal dengan ritual ke gereja berlangsung selama kurang lebih dua jam. Siang hari sesudah gereja menyudahi prosesi sembahyang dalam rangka hari besar Natal di tahun ini.

Tidak lama kemudian kebanyakan dari semua peserta gereja saling menyalami tangan semua peserta sembahyang masingnya di halaman depan gereja. Memang keadaan ini dikatakan salah satu ritual setiap tahunnya.

Suasana hati Vanka saat menyalami satu per satu peserta sembahyang ini sedang buruk. Dia menyalami banyak para peserta gereja dengan air muka dan kesadaran yang tidak jernih.

Vanka menyebut-nyebut kejadian kemarin siangnya. Rasanya sangat memiliki beban pikul yang hanya dikarenakan oleh hal yang dia juga tidak tau bagaimana kebenarannya.

Tapi entah mengapa itu membuka sanubarinya, jika keluarganya mungkin memang sudah menyembunyikan sesuatu dari Vanka.

"Vanka,, Yang lainnya sudah bubar sedari tadi, tapi kok malah kamu masih berdiri di sini ? Tante liat memang kamu duduk terpisah, tidak sederet dengan Mamamu dan kedua Kakak perempuanmu sedari sembahyang mulai," Refleks Tante Sita menyapa Vanka.

Sepertinya Vanka tidak sadar jika sedari tadi semua peserta sembahyang hampir semuanya bubar, dan Tantenya barusaja melihatnya masih berada di tempat dimana dia berdiri tadi. Dan benar keadaan di sana sudah mulai tidak terlalu ramai lagi.

"Oh, Tante. Iya,, tadi Vanka memilih nggak duduk dekat dengan Mama dan Kak Lisya sama Kak Syika. Apa sudah sedari tadi bubarnya, Tante?" tanya Vanka lugu.

"Lhah iya, Vanka. Kamu bisa lihat sendiri toh. Oh iya, katanya Mamamu sudah berangkat duluan ke rumah Tante. Karena natal hari ini dirayakan di rumah Tante, jadi kamu ikut mobil Tante saja. Bareng sama Alvio dan Yuma. Kamu duduk di kursi tengah ya Vanka," kata Tante Sita menggeret Vanka bersamaan menuju ke dalam mobil Tantenya.

Di lain hal Vanka masih mempertanyakan apa yang akan terjadi kalau dia berhadapan dengan semua keluarganya, tapi reaksi Tantenya itu masih menunjukkan jika keadaan masih dalam keadaan tidak mencurigakan.

Dan dia masih beruntung karenanya.

Seketika setelah semua pengemudi dan penumpang mobil Tante Sita sudah lengkap personilnya, ketika itu juga mobil pun berangkat ke rumah Tante Sita. Jarak antara gereja yang dia datangi ditiap tahun untuk merayakan natal ini memang memiliki jarak yang jauh dengan rumah Tante Sita.

Dalam perjalanan saat itu, Vanka memandang sepanjang jalanan di hari Sabtu yang lumayan dipadati dengan banyak mobil dan beberapa para pejalan kaki yang ada di beberapa daerah yang memang jalannya lebih indah untuk dilihat dengan hanya jalan kaki saja.

Vanka melihat keadaan di mobil saat itu, selain pengemudi yaitu Om Panji, suami Tante Sita yang menyetir. Hanya dirinya saja yang sedang tidak berselancar dengan gawainya.

Vanka duduk di barisan tengah bersama dengan Yuma, sepupu terdekatnya itu dan Alvio yang adalah adik lelaki Yuma ada di kursi penumpang paling belakang.

Tanpa dia ingin menggangu suasana, namun dia juga ingin mengajak Tante Sita bicara akhirnya dia pun memegang ponselnya. Dan mengirimi pesan ke Tantenya itu. Masalahnya adalah karena dia belum menerima satu pun kabar setelah kemarin siang.

"Tante, Vanka mau bicara sama Tante. Dan Vanka nggak mau ganggu suasana di sini sekarang. Vanka mau bicara masalah cukup serius." Jemari Vanka melatih lentiknya dengan ketikan di ponselnya yang jadul.

Rupanya Vanka mengira jika mode suara ponsel Tante Sita sedang off, dan benar jika dalam beberapa waktu kemudian Tante Sita menjawab Vanka tanpa adanya suara pertanda ada pesan keluar serta masuk secara bersamaan.

"Iya,, nggak apa-apa. Bicara tentang apa Vanka ?" tanya Tante Sita menjawab.

Bukannya Vanka merasa dia bisa dengan leluasa tenang sekarang untuk menjawab Tante Sita.

Namun ternyata dugaan Vanka mengatakan jika Tante mematikan mode suara ponselnya mungkin dikarenakan sedang berkomunikasi dengan Mamanya, Mama Rina. Tanpa ada opsi lain, Vanka pun bertanya kepada Tantenya di percakapan chat tersebut.

"Jadi,, Tante. Vanka sudah tau." Singkat padat dan jelas jawaban dari Vanka kepada Tante Sita. Dia mengira bahwa Tantenya itu akan berpikir tidak mudah untuk menjawabnya. Tetapi, Tantenya itu menunjukkan jika Vanka diterima dalam percakapan chat kali ini. Yaitu dengan membalas chat Vanka.

"Vanka. Tante Sita masih tidak ingin memberi kabar ke kamu. Tapi, dengan umurmu sekarang. Kamu memang sudah harus bisa mendapat kabar ini," ucap Tante Sita pada chat dengan Vanka.

Vanka mengetahui jika Tante Sita juga tidak menyembunyikanya. Namun ada apa dengan keadaan yang baik-baik saja ini ?

Tanpa Vanka ingin kembali menanyakan alasan keadaan masih baik-baik saja. Kemudian Vanka pun berpikir sejenak. Dan dia dengan kilat mengetik kembali di ponsel jadulnya itu.

"Lalu. Ada apa dengan keberadaan Vanka, Tante?" tanya Vanka memberi pertanyaan yang dia pun juga tidak menyinggung bahwa dia adalah anak yang sebenarnya dilahirkan karena memang bermasalah sehingga menyebabkan politik di keluarga ini.

Walaupun begitu, Vanka berani menantang Tantenya menjawab pertanyaannya. Kali ini dengan harapan jika Vanka mendapat jawaban jika Tantenya itu belum bisa memberi kabar selengkapnya. Lagipula Vanka berpikir dia belum bisa menerima berita besar ini.

"Tante mau tanya ke kamu. Apa ada yang kamu curigai sebelumnya dengan kamu sendiri?" tanya Tante Sita dalam jawaban chat kali ini.

Maksud Tante Sita dengan jawabannya belum bisa tercerna sebaik mungkin oleh pemikiran Vanka. Sedangkan Tante Sita sendiri menanyakan itu, dengan maksud jika Vanka sudah curiga dengan salah satu topik politiknya ini.

Maka setidaknya Tante bisa membiarkan Vanka yang sebelumnya sudah curiga. Dalam arti sudah tau sebeberapa. Namun, ternyata Vanka memilih agar dirinya tidak memberi jawaban apapun kepada Tantenya ini.

Dilain hal dia tau orientasi kecantikannya tidaklah seperti kedua Kakaknya. Ataupun dengan Kak Lisya yang dia cemburui semenjak dulunya itu.

"Tapi, Tante. Vanka belum tau apapun tentang diri Vanka sendiri. Dan jujur, Vanka masih terkejut," ujar Vanka menjawab chat Tante Sita.

"Oke, Tante tunggu kamu tau satu hal pasti dari sebuah masalahmu. Kalau kamu sudah yakin, maka tidak ada yang perlu ditanyakan. Tapi, Tante masih mau mendengar ceritamu jika kamu berkenan," kata Tante Sita menjawab pesan ini.

Dalam hitungan detik pesan itu dibaca oleh Vanka. Dia tau dia tidak memiliki pegangan pasti akan bagaimana dia dengan kabar tersebut. Dia akan mengusahakan mengabari jika Tante Sita tidak senggan dengan kabar terbaru darinya kapan saja dia bisa mengetahuinya.

Pesan terakhir dari Tante menjadi akhir dia bisa membicarakan dan menanyakan akan kabar yang didengarnya kemarin. Oleh Mama Rina dan kedua Kakaknya.

Karena mobil pun kemudian sudah memasuki sebuah perumahan kawasan cukup terpandang di Kota ini. Dan Vanka pun masih harus berbasa-basi di hari pertemuan keluarga untuk merayakan natal di tahun yang bukan merupakan keberuntungannya.