webnovel

Kejanggalan Vero

Sakit! Ya, jika Aurel boleh menjerit, tentu dia akan melakukannya sembari mengacungkan pisau ke arah Vero. Namun, Aurel bukanlah wanita seperti itu. Dia lebih bisa mengontrol emosinya dari pada ego.

Tanpa berkata apapun, Aurel keluar dari kamar. Masih dengan wajah yang ditekuk dan nafas yang berulang dia atur.

"Aku sadar ini tidak akan mudah, tapi perjalanan masih panjang. Jika baru awal saja aku sudah menyerah dan merasa kalah, lantas bagaimana dengan cobaan yang lainnya? Ya! Apapun yang terjadi, aku harus kuat!" Aurel kembali menyemangati diri dengan pikiran positif.

Entah benar atau tidak, yang pasti berpikiran positif akan membawa kita dalam hal yang lebih baik.

Vero yang tadinya ingin beristirahat, menjadi resah. Dia takut, jika jika nanti Istrinya yang menjijikkan itu akan kembali masuk kamar dan mengganggunya.

"Sial! Gara-gara Aurel, selera tidurku jadi hancur! Ah, sudahlah, lebih baik aku keluar saja! Berada di rumah berduaan dengan wanita cacat saja saja membuatku ingin muntah!' ucap Vero yang kemudian bangun dari ranjang dan pergi.

Saat berada di dalam mobil, Vero sama sekali belum mempunyai tujuan. Hari masih sangat pagi dan tempat hiburan juga belum buka.

"Ke mana aku sekarang?" gumamnya sambil berpikir. Lalu dia melihat gedung-gedung tinggi di seberang jalan mengingatkan dirinya akan perusahannya.

"Aku tahu! Dari pada pusing, aku lebih baik balik ke kantor dan mulai bekerja kembali. Anggap saja acara bulan maduku bersama Aurel telah habis. Lagipula siapa yang sudi tidur bersamanya? Amit-amit!"

Beruntung Vero selalu membawa stok baju kantor di dalam mobilnya dan urusan mandi bagi seorang Vero tentu perkara mudah. Siapa yang akan menegur seorang Bos pemilik perusahaan mandi di kantor?

Benar saja, sesampainya di kantor, Vero bergegas masuk ke ruang pribadinya lalu mandi dan bersiap.

Namun, saat Vero masuk dan bertemu dengan karyawan-karyawati yang sudah siap tetap mendapat gunjingan. Dasar manusia memang selalu mudah untuk mencari kekurangan manusia lainnya. Tidak terkecuali Bosnya sendiri.

"Loh, Pak Vero kenapa tiba-tiba masuk? Bukankah seharusnya masih cuti?" ucap salah satu Karyawati setelah Vero tidak terlihat.

"Bener. Aku juga mikir gitu. Terus yang aneh lagi, masak dia ke kantor pakai pakaian kayak gitu? Mana rambut masih acak-acakan pula?" jawab Karyawati satunya.

Mereka sangat antusias mengoreksi kejanggalan yang terlihat dari Vero, sampai pada akhirnya Carissa datang.

Carissa tidak tahu apa yang sedang terjadi, karena semenjak Vero cuti, Carissa selalu berangkat terkahir kali meskipun tidak termasuk dalam kategori keterlambatan.

Mendengar desis-desis dari dua karyawati itu, Carissa tentu penasaran dan langsung bertanya.

"Eh, ada apaan sih? Gak biasanya kalian pagi-pagi begini suka gosip?" sela Carissa.

"Ah, enggak apa-apa kok." Nyatanya mereka berdua enggan menceritakan itu semua pada Carissa. Alasannya, ya karena Carissa adalah sekertaris dari Vero.

Akan sangat riskan jika menceritakan keburukan seseorang pada orang yang paling dekat dengannya. Bisa-bisa karir mereka habis dan berakhir sampai detik ini juga.

"Kalian jangan bohong, ya! Gak mungkin kalau tidak terjadi apa-apa. Orang gelagat kalian saja mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan kok," sergah Carissa tidak ingin dikelabuhi.

Karena Carissa terus menekan, mereka pun lantas berbicara. Namun, bukan gosip yang sudah mereka luapkan, melainkan hanya sekedar memberi informasi.

"Hehe, itu, Mbak. Anu ... Pak Vero hari ini sudah masuk."

"Ha? Benarkah?" sahut Carissa antusias.

Inilah waktu yang sudah ditunggu-tunggu. Pasalnya setelah membuat Aurel cacat, Carissa bekerja keras mati-matian untuk mempercantik diri.

Bukan itu saja, dia bahkan sudah menghabiskan uang yang begitu banyak untuk merubah penampilan seutuhnya.

Pantas jika hari demi hari seluruh karyawan takjub dan terpesona dengan Carissa yang sekarang.

"Benar, Mbak."

Carissa yang terlalu antusias langsung bergegas dan tidak lagi memperdulikan dua karyawati itu.

***

Tok! Tok! Tok!

Carissa tentu tidak lupa dengan hinaan yang kala itu dilontarkan Vero. Bahkan, sampai Carissa tidak berani lagi menggoda Vero. Tapi, kali ini berbeda. Keberanian Carissa muncul kembali karena dirinya kini telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu cantik.

Carissa memang berniat akan merayu Vero kembali, tapi tidak dengan cara hina atau mempermalukan diri. Dia akan bermain cantik!

Di dalam ruangan, Vero sedang mematung di depan cermin. Bukan apa-apa, dia hanya ingin melihat ketampanan yang kian hari semakin mempesona.

"Aku memang tampan! Jadi, aku pantas bahagia dan mendapatkan wanita cantik dan seksi! Persetan dengan Aurel!" gumamnya sambil memegang dagu dengan gaya cool.

Lagi-lagi ketukan pintu yang tidak pernah diundang selalu mengganggunya. Beruntung, saat ini Vero sedang kurang kerjaan, jadi dia tidak terlalu mempermasalahkan. Toh, dia pergi ke kantor juga karena iseng.

"Iya, masuk!" seru Vero kemudian.

Carissa yang telah mendengar persetujuan Sang Bos, lalu masuk dengan begitu anggunnya. Suara ketukan dari sandal dengan hak tinggi miliknya pun sampai tidak terdengar.

Ditambah dengan bau parfum menyengat yang begitu wangi membuat rongga hidung Vero tak bisa bohong. Vero hanyut dalam aroma itu hingga menyunggingkan senyuman tipis di bibir Vero.

Perlahan Vero menoleh. Vero, tetaplah Vero. Dia paham apa yang sedang terjadi di dalam situasi seperti ini. Menurut firasat play boy seperti Vero, aroma memabukkan yang ditimbulkan hanya akan terjadi saat wanita cantik muncul.

Pandangan Vero tidak langsung menatap pada wajah, melainkan kaki. Ya, menurutnya, jika kakinya mulus, putih, oke, dan ukurannya pas, bisa dipastikan sampai atas pun target akan terlihat mempesona.

"Uh, kakinya ... bikin otakku traveling!" batin Vero sambil senyum-senyum penuh arti.

Carissa masih diam saja. Dia tetap berdiri tegak di depan pintu sambil melihat terus ekspresi Vero.

Sorot mata Vero kemudian naik menuju paha, perut dan dada. Tanggapan Vero sungguh mencengangkan.

Dua manik matanya sama sekali tidak berkedip, malahan melotot saking kagum dengan lekuk tubuh yang begitu indah dan menggiurkan itu.

Vero melanjutkan memandang si gadis sampai akhirnya matanya berpapasan dengan mata Carissa.

Awalnya Vero diam. Dia berpikir keras, siapa gadis yang sedang berada di depannya kini. Kulit putih, mulus dengan body aduhai membuat para laki-laki ingin segera memakan dan melahapnya habis.

"Sebentar, sepertinya dia tidak asing bagiku. Tapi siapa?" lirih Vero sambil terus memutar otak. "Astaga! Apa benar dia Carissa? Ta-tapi ... bagaimana mungkin dia bisa secantik dan sesempurna seperti ini?"

Vero akhirnya menyadari bahwa dia adalah Carissa. Sekertaris sekaligus gadis yang pernah dia hina dan bandingkan dengan Aurel.

"Maaf, Pak jika saya mengganggu waktu, Bapak. Saya tidak tahu jika Bapak hari ini sudah masuk, jadi saya memutuskan untuk menemui Bapak, kalau saja ada yang bisa saya kerjakan untuk hari ini," ucap Carissa memulai pembicaraan.

Dia masih tetap berada di tempatnya. Sengaja dia lakukan agar memberikan kesan baik di mata Vero. Carissa tidak ingin bersikap gegabah lagi.

Sudah banyak uang yang dia habiskan untuk kesempurnaan yang saat ini dia miliki, tentu dia tidak ingin membuat satu kesalahan pun yang akan berakibat fatal dan menghancurkan semuanya.

"Ti-tidak! Kau sama sekali tidak menggangguku," jawab Vero gagap.

***

Bersambung.