Jakarta.
Raslina gelisah. Tak enak makan dan minum, tak bisa tidur, badannya jadi kurus. Berhari-hari dia menahan diri, menyimpan rahasia di hatinya, hingga perutnya terasa sakit, seakan menyimpan hal yang buruk di hati.
Tapi dia sudah tak kuat lagi.
"Rin...kamu di mana?" ya di Canberra lah...masa di Candi!" sahut Rini bercanda.
"Rin...kamu pergi menjauh dari orang-orang aku mau bicara penting, rahasia!" kata Raslina suaranya seperti orang sakit.
"Penting! Rahasia! Apa itu mbak?' Suara Rini mengecil setengah berbisik. Dia berjalan keluar rumah, duduk di kursi taman di seberang rumah.
"Pergi sudah...jangan ada yang dengar!"
"Ya...ya...aku sudah di luar rumah nih! Apa sudah!" Rini tak sabar mau mendengar gosip. Selama di sini mulutnya gatal mau menggosip, tapi tak ada orang yang bisa di ajak ngobrol.
"Rin...kamu ingat kan... Murni menyuruhku membeli kado buat Putri!"
"Terus mbak!" Rini gak sabar.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com