"Qinglan, kumpulkanlah materi dengan tenang, serahkan masalah pameran kepadaku. Aku pasti akan melakukannya dengan cantik untukmu." Daniel menepuk dadanya sendiri.
Walaupun Shen Qinglan pemalas, tapi bagi Daniel dia benar-benar baik. Gaji tinggi, perlakuan baik, dan yang terpenting adalah tidak merepotkan. Walaupun sering mengeluh, tetapi Daniel tidak pernah menyesal menyetujui untuk menjadi agen Shen Qinglan.
"Daniel, apakah baru-baru ini di Beijing ada pelelangan? Di antaranya ada karyaku?" Shen Qinglan teringat dengan perkataan Shen Junyu kepadanya, dia pun bertanya.
"Iya, kenapa?"
"Aku tidak akan berpartisipasi pada pelelangan kali ini, aku punya kegunaan lain untuk lukisan itu."
"Tapi…"
"Katakan kepada penanggung jawab lelang, nanti aku akan mengirimkan dua karya kepadanya untuk dilelang."
"Baiklah, tidak masalah." Daniel memastikan.
Walaupun katanya penarikan barang secara mendadak dari pelelangan akan memberikan dampak yang sangat buruk, terutama pada pelelangan amal semacam ini, tapi bila nanti ada penambahan lebih banyak karya, pasti pemilik pelelangan juga akan sangat senang.
Dan lagi Daniel juga tidak akan membiarkannya merugi. Walaupun tidak ada karya Leng Qingqiu, tapi masih ada karya orang lain.
Ketika pembicaraan di telepon dengan Daniel selesai, Shen Qinglan juga sampai.
Setelah mandi Shen Qinglan langsung tidur. Dia tidur sampai fajar.
Melihat langit yang cerah, Shen Qinglan mengenakan satu setel baju santai, memakai topi anti matahari lalu keluar.
Hangzhou adalah sebuah tipikal kota perairan. Meskipun kota ini adalah ibu kota provinsi, tapi di sini ada gunung dan air, ada jembatan dan perumahan.
Bulan september adalah musim bunga osmanthus. Wanginya yang samar memenuhi kota.
Shen Qinglan berjalan menyusuri jalanan, ini adalah jalanan yang sudah tua. Bangunannya berstruktur kayu antik, di tengahnya adalah jalanan bebatuan dengan deretan toko-toko di kedua sisinya. Tempat makan, bermain, toko peralatan, pakaian, aksesoris… semuanya ada.
Hangzhou mempunyai tiga kekhasan yaitu Longjing (teh), sutra, dan kipas kertas. Semuanya bisa ditemukan di jalan ini.
Bau harum yang manis tersebar di udara, ada wangi samar bunga osmanthus. Itu adalah aroma kue osmanthus. Shen Qinglan mengikuti aroma itu untuk menemukan tokonya.
Kue osmanthus tertata rapi di dalam rak. Dia membeli sebuah dan menggigitnya. Rasa manis yang lembut menyebar di dalam mulutnya dan bercampur dengan aroma osmanthus yang samar. Manis tapi tidak memuakkan.
Mata Shen Qinglan yang indah agak memicing, dia sangat menyukai rasa ini. Dia mengambil ponsel dan memotret sekali. Dia lalu membuka daftar nama dan menemukan nomor Fu Hengyi. Setelah ragu-ragu sejenak, dia pun menekan tombol kirim.
Dia tidak melihat jawabannya tetapi membeli lagi beberapa kue osmanthus dan menentengnya, lalu melanjutkan mengunjungi toko berikutnya.
Ada seniman tua di jalan yang sedang meniup gula menjadi berbagai bentuk. Shen Qinglan berhenti dan melihat sebentar tanpa bersuara. Dia mengeluarkan ponselnya dan diam-diam mengambil foto di saat si seniman tua sedang tidak memperhatikannya.
Hari ini dia makan di salah satu dari sepuluh restoran mie paling terkenal di Hangzhou yaitu Restoran Kuiyuan. Dia makan kue osmanthus, kue Dingsheng, mencicipi teh Longjing Xihu yang paling otentik, dia pun mendapati bahwa teh Longjing Xihu dan kue osmanthus adalah pasangan yang cocok.
Hari ini, ponsel Fu Hengyi mendapat tambahan beberapa foto. Ada seniman tua yang sedang meniup gula, secangkir teh Longjing, sepotong kue osmanthus berwarna kuning muda yang telah mendapat satu gigitan dengan bekas gigi yang samar di atasnya, gadis kecil berkuncir dua dengan senyuman bagaikan bunga yang sedang berlari… juga sosok dingin yang sedang berdiri di bawah langit biru gelap dengan sisi wajah yang cantik, rintik-rintik hujan Jiangnan seakan-akan membawakan sedikit kelembutan di wajah itu, tipis dan ringan.
Malam itu saat kembali ke asrama, mata Fu Hengyi tersenyum melihat foto-foto dalam ponselnya. Dia kemudian menelepon Shen Qinglan.
Saat itu Shen Qinglan sedang memegang kuas dan melukis. Hari ini dia telah keluar seharian, ada begitu banyak inspirasi di dalam kepalanya dan dia ingin menggambarnya.
"Sudah tidur?" Fu Hengyi bertanya.
Shen Qinglan melirik lukisan yang sudah setengah dilukis itu lalu menggeleng, "Belum. Kamu?"
"Baru kembali."
"Apakah kamu bersenang-senang hari ini?"
Senang? Shen Qinglan merasa dirinya senang. Dia tidak ingat sudah berapa tahun dia tidak pernah merasakan releksasi semacam ini.
Hanya saja dia yang selalu introvert itu tidak dapat mengucapkan kata senang dan hanya mengatakan 'iya' yang ringan.
"Lain kali, aku akan pergi denganmu, ya?"
Raut wajah Shen Qinglan terpaku, "Baik!" Matanya selembut gunung dan sungai.
Setelah menyimpan teleponnya, Shen Qinglan menatap lukisan yang sudah setengah jadi di atas rak penyangga kanvas. Dia mengambil buku sketsa di sampingnya, dengan beberapa goresan saja dia telah menggambar wajah seorang pria dengan siluet tiga dimensi. Fitur wajah yang jelas, garis hidung yang mancung, itu adalah Fu Hengyi.
Shen Qinglan menatap orang yang digambarnya itu dengan agak melamun.