webnovel

Introvert vs Ekstrovert

Dia introvet bukan cool. he's not ice Prince. Apa jadi nya jika si introvet yang selalu menjaga jarak dari orang justru suatu ketika ia ditarik paksa dari dunia nya oleh sebuah tawa dan senyuman. saat ia tau semua nya apa kah ia harus berhenti? ia di hadapkan 2 pilihan berjuang atau tidak sama sekali. tapi apa iya mampu? mundur atau maju keduanya sama berat nya. lalu ia harus apa? *** "senyum dong" suara itu terdengar mengintrupsi bersama an dengan jari yang menarik bibir pria itu hingga terbentuk lengkungan di wajah nya. "kan makin ganteng, makin sayang deh!" "kenapa masih suka?" "pengen aja!" jawab ia gamlang. lalu ia mendekat ketelinga nya dan mulai mengeja kata hingga sebuah kalimat meluncur. "nan-ti,...ka-lo.....u-dah ca-pek!" tubuh itu menegak dan hilang di balik pintu. *** Rasa percaya dan Rasa cinta adalah satu kesatuan. biar rasa percaya yang melahirkan cinta... tanpa campur tangan rasa tak suka.. karna ini bukan novel romansa mula benci jadi cinta. {my introvet boy} berhenti lah pura pura bahagia, bahagialah dengan sesungguhnya bersama ku. {my ekstrovert girl}

Desember_01 · Adolescente
Classificações insuficientes
273 Chs

bagian 18 Akira blushing

Selamat membaca

.

.

Di tengah lautan kebisingan yang di buat oleh Sarah, terdengar lah suara samar dari arah pintu, "permisi!" Suara itu terdengar memanggilnya dari arah luar kelas yang ribut.

Di kelas yang tingkat kebisingan yang sama dengan tempat dugem itu, tak seorang pun yang bisa menangkap suara pelan tersebut Kecuali Sarah, ia bisa mendengar suara pelan itu, meski ia berada di antara lautan  teriakan lagu yang di campur aduk, karena Sarah tahu siapa pemilik suara itu. Dengan gerakan secepat kilat tanpa di sadari oleh teman temanya yang asik berjoget ria sambul memyawer Karin, Sarah membuka pintu, dan mendapatkan sesuai dengan tebakannya.

"Akira?" Sapa Sarah seraya menutup pintu di belakang nya agar suara hancur teman temanya tidak menganggu percakapan mereka yang jelas sangat jarang terjadi. Kapan lagi Akira akan datang ke kelasnya tanpa ada paksaan darinya?, tangan Sarah sudah tidak lagi memegang tempat bekal, karena sebelum membuka pintu, ia menyempatkan diri melempar container makan milik nya ke sembarangan meja tanpa peduli siapa yang memiliki meja itu, atau apakah ada orang yang sedang tidur. Lagi pula siapa yang bisa tidur jika kelas ributnya seperti dugem itu?.

Akira yang mendapatkan sapaan ramah dari Sarah mengguk sopan untuk membalas sapaan Sarah. "ada apa?" tanya Sarah mengintip kertas yang ada di tangan Akira iseng, jangan bilang Akira ingin memeberikannya surat cinta?, jika benar taruhan nya dengan anak anak sudah selesai dong?, yah, padahal ia belum menikmati nya sama sekali kenapa sudah mau selesai saja. Sarah memasang wajah kecewanya dengan prediksi nya sendiri, yang belum tentu juga benar, tapi sarah sudah se kecewa itu. Apakah karena pengalamannya, membuat ia bisa menerka atau karena rasa percaya dirinya yang terlalu besar?.

Akira yang melihat ekspresi sarah yang mulanya ceria lalu seketika berubah suram saat melihat tanganya memegang sebuah kertas, 'dia kenapa sih,'- batin Akira kebingungan melihat ekspresi Sarah yang berubah drastis dalam hitungan kurang dari 1 detik. Namun ia tidak ingin memperpanjang pemikiran nya, karena ia tidak mau berlama lama berada di kelas Sarah, bisa jadi bahan gosip jika ada yang melihat mereka, langsung saja tanpa basa basi, Akira menyerah kan kertas yang ada di tangannya. "ini tugas dari pak Tono yang di titipkan lewat guru piket!"jelas Akira menyerahkan kertas hvs kepada Sarah dengan wajah yang di buang kearah lain.

Akira merasa malu saat melihat kancing kedua baju Sarah terlepas. 'Kirain surah cinta, selamat deh, gua masih punya kesempatan sekitar 2 bulan lebih lagi,'- batin Sarah terkekeh sekaligus bersyukur bahwa pemikiran nya tidak benar.

"hem?? Tumben Akira yang antar? Akira modus pengen ketemu gue ya?" goda Sarah menoel wajah Akira yang berada tepat di depan nya dengan wajah Akira yang tertoleh kesamping hingga memudahkan Sarah untuk menoleh pipi Akira.

Tinggi badan mereka tak jauh berbeda. Akira 182 sedang kan sarah 175. Akira mengusap wajah yang disentuh oleh sarah. Lalu membalas kalimat Sarah yang menuduh dirinya modus. " nggak kok tadi aku nggak ke sengaja ketemu guru piket keluar dari toilet.!" jelas Akira cepat ia tak mau Sarah semakin besar kepala. "hemm... gue kirain..." Sarah membolak balik kan kertas. "Trus muka lu kenapa merah?" Tanya Sarah menoleh pada Akira yang masih menoleh kearah samping. "Eh?, emm..." Akira nampak berfikir panjang, bagaimana caranya ua memberi tahu Sarah akan kancing kedua dari kemeja Sarah yang terbuka.

Bagi beberapa orang itu memang bukan sesuatu hal yang sulit,  namun bagi untuk seorang akira yang tergolong introvert dan ia juga tidak sedekat itu dengan Sarah, hingga iya bisa dengan mudah mengatakan apa yang terlintas di kepalanya. Bayangkan saja kalimat apa yang bisa iya katakan kepada sarah untuk memberitahukan kepada gadis itu, bahwa kancing kedua dari kemejanya terlepas. Akira memang belum melihat dengan jelas, tapi iya tahu bahwa kancing baju sarah terbuka lebih dari satu kancing. Tentu tidak akan baik jika dilihat oleh orang lain terutama laki-laki. Namun ia masih bingung bagaimana cara mengatakannya kepada sarah, apakah sebaiknya iya diam atau mengatakannya?

Jika ia memilih diam, maka kemungkinan besar akan ada lelaki yang melihat hal yang tidak seharusnya dilihat, karena kancing kedua dari kemeja itu berada di dekat dada atas, jika terbuka maka akan memperlihatkan dada bagian atas, tidak masalah jika itu adalah seorang laki-laki, tapi berbeda cerita dengan sarah, bagaimanapun juga dia adalah seorang perempuan, tentu tidak akan baik jika dada bagian atasnya dilihat oleh orang lain terutama laki-laki. Seketika akira diserang dilema di dalam otaknya, iya dihadapkan dua pilihan yang sangat sulit untuk dirinya, tidak menegur maka tidak akan baik untuk sarah, jika menegur iya tidak tahu harus mengatakan apa den harus bagaimana setelah mengatakannya.

Benar-benar pilihan yang sulit untuk golongan orang-orang seperti dirinya. Untuk sesaat entah kenapa ia menyesal mengiyakan permintaan dari guru piket agar menyampaikan tugas kepada kelas 12 IPS 6. Harusnya tadi iya memberikan alasan penolakan kepada guru piket tersebut, tapi ya harus bagaimana lagi, menyesali nya pun tak ada artinya karena kini dirinya sudah berada di depan kelas tersebut, padahal sebelumnya ia berharap yang menghampirinya adalah ketua kelas, sehingga ia tidak perlu berlama-lama di sana, iya tadi juga berharap semoga iya tidak bertemu dengan sarah karena jika bertemu yang seperti saat ini, dia tidak akan bisa lolos dari sarah dalam waktu yang sebentar.

Akira sedikit bingung, bagaimana caranya sarah bisa membuatnya menghabiskan waktu beberapa menit di depan kelas gadis itu, padahal tujuannya ke sana hanya mengantarkan tugas dari guru olahraga yang tidak bisa hadir, lalu kenapa kini iya malah berakhir dengan berdiri di depan kelas bersama sarah dengan muka yang terbuang ke samping dan wajah yang memerah.

"Kenapa hem?" tanya Sarah pada Akira yang nampak berfikir panjang di hadapannya. " Ah, jangan bilang lu lagi mikirin alasan buat boong ya?, ah... Kasi tau anak anak lah kalau Akira lagi blushin dan modus ketemu gua tapi malu malu," Seru Sarah yang sebenarnya hanya bercanda, ia tidak sejahat itu kepada Akira, karena ia cukup mengerti untuk orang orang yang seperti Akira ini sangat tidak suka jika di jahili atau di omongin orang orang. Tentu berbeda dengan dirinya yang menganggap semua nya angin lalu, bahkan semakin termotivasi, semakin di ceritain di belakang, maka semakin populer dirinya. Haha, Sarah hanya mencoba enjoy dengan situasi saja. Namun nampaknya ancaman sarah berhasil, belum ada satu detik ia mengatakan ancaman nya Akira langsung menarik tanganya yang hendak berbalik membuka pintu.

'Gocha... I got you'

.

.

TBC