webnovel

episode 4 nasehat

Betapa bodohnya melati saat sekolah dulu...

Dapat rangking tapi selalu malu kepada teman teman.Karena ibuku satu-satunya yang udah tua.Pun keluarga kami yang kurang mampu menjadi gunjingan warga.

Aku selalu malu , selalu menyalahkan takdir." Kenapa harus nggak punya ? Kenapa ibuku sudah tua ??"

Oh Tuhan Melati tak masalah kau tidak mengampuni dosa melati.Tapi melati mohon bahagia kan ibu melati....! Setidaknya jangan ada beban dalam sisa hidupnya.

Sampai saat ini...Aku sungguh menyesal ....meski hanya lisan yang berkata namun itu sungguh membuat hati ibuku tercabik-cabik.

5 anak ia besarkan seorang diri.Dengan tangannya yang lembut menjadi kasar gegara kami....

Wajahnya yang ayu menjadi sayu gegara terus memikirkan kami...

Tubuh kurus tak terawat asbab seringnya menahan lapar hanya untuk kami.Agar kami tidak kelaparan.

Betapa mulianya hatinya...

Meskipun terpuruk berusaha tetap tenang hanya untuk kami.Dan betapa Melati tak melihat seluruh perjuangan nya yang begitu keras .... Kenapa baru sekarang Melati menyadari semua itu ???

Kenapa Tuhan...?

Tiap pagi,siang,malam selalu bekerja menjadi buruh untuk mendapatkan sesuap nasi.Terimakasih ibu yang tidak pernah menyerah walau hantaman badai menerjang...

Terimakasih...

Kalian yang sedang membaca kisah ini, melati berharap sekali.... Jangan menjadi melati yang selalu membandingkan hidupmu dengan kehidupan teman, tetangga atau siapapun...

Apalagi membandingkan ibumu yang berhati mulia...

Karena cepat atau lambat kalian pasti akan menyesal seperti melati.

Syukuri....

Karena semua ibu itu cantik, semua ibu itu hebat dan semua ibu itu luar biasa dengan caranya masing-masing.

Melati sangat bersyukur mempunyai ibu yang sangat mulia. Kami tidak di bunuh, kami tidak dibuang, kami tidak disiksa meskipun ibu sangat terpukul atas kepergian ayah, namun beliau ibu yang sangat bertanggung jawab.

Dulu saat ayah sudah tidak ada...Ibu dilamar oleh beberapa pria.Mungkin sangat berat bagi ibu memberikan sandang,pangan kepada kami, namun karena melati tidak menginginkan ibu menikah lagi ,ia harus rela mengubur dalam-dalam semua impian nya.

Beliau harus bekerja siang malam tanpa henti hingga saat ini.Bagi ibu yang terpenting adalah semua anaknya bahagia, meskipun ia harus mengorbankan semua harapannya.

Maafkan kami ibu....Saat itu kami belum tahu seberapa kerasnya kehidupan.Kami belum tahu seberapa sulitnya mencari makan. Oh Tuhan kasihanilah ibu kami....kami bersaksi ibu kami adalah semulia mulianya makhluk di muka bumi ini.... Keringat, air mata tak dirasanya lagi.Panas hujan telah menjadi sahabat yang setia menemani.

Terimakasih ibu

Terimakasih