"Hellen, bangun!"
"..."
"Hellen!"
"..."
"Bloody hell, Hellen, bangun dan lepaskan tanganmu dari rambutku!" Aku bisa membayangkan wajah frustasi Nico saat ini. Bukannya melepaskan rambutnya, aku justru semakin mengencangkan peganganku. "Astaga... aku bisa botak!"
Dan aku tidak bisa berpura-pura masih tidur lagi karena tawaku kini sudah pecah. "Anak kurang ajar!" Ia mengumpat saat mengetahui aku sudah berhasil membodohinya. "Kau tidak pergi bekerja?" tanyanya, Nico sudah turun dari tempat tidur.
Dia Nico, the brother who disappeared. Usia kami hanya terpaut 5 tahun dan adik yang manis ini tidak mau memanggilnya 'kakak' walaupun usia kami terpaut cukup jauh.
"Aku tidak pergi ke kantor tapi siang nanti aku akan bertemu dengan beberapa penulis untuk membahas bagian yang harus mereka perbaiki," aku mengekorinya ke pantry. Nico sedang memberi penilaian pada apartemen baruku. "Bagaimana?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com