Suara dentuman musik tidak sehingar bingar satu jam lalu. Anggi sudah terkapar di atas meja dan Hellen sudah dibawa oleh pria tampan entah siapa namanya. Inggrid berjalan terhuyung, ia butuh kamar kecil untuk menumpahkan isi perutnya.
"Inggrid?" samar-sama ia mendengar seseorang baru saja menyebut namanya. Inggrid berjalan mendekat untuk memastikan bahwa telinganya masih berfungsi dengan baik.
Di sana, di depan meja bar tender, dua orang pria terlihat sedang berbincang-bincang. Inggrid menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ia juga menggosok kedua matanya namun pria itu benar-benar nyata.
Sedang apa bajingan itu ada di sini? Pikir Inggrid tak percaya.
Pasalnya, sejak putusnya mereka waktu itu, Inggrid tak pernah mendengar kabar tentangnya lagi dan ini kali pertamanya bertemu setelah sekian lama. Pria itu banyak berubah, dia semakin tinggi, tubuhnya semakin tegap, wajahnya semakin tampan dengan rahang yang terlihat semakin tegas, hanya satu yang tidak berubah yaitu mulutnya yang berkata penuh omong kosong.
"Jadi dia bekerja di penerbitan keluargamu?" suara pria itu terdengar berbeda dari 2 tahun lalu, suaranya lebih dalam.
Inggrid bersembunyi di balik tembok, kepalanya melongok sedikit hanya untuk melihat siapa teman bicara mantan kekasihnya itu.
"Oh, sial!!" pekik Inggrid, matanya hampir copot setelah menyadari siapa teman bicara mantannya.
Mika, apa yang sedang dia lakukan di bar seperti ini? Tidak, pertanyaan yang masuk akal adalah — bagaimana mereka bisa saling kenal satu sama lain? Ada hubungan apa antara Mika dan juga mantan kekasihnya itu?
"Apa dia sudah memiliki kekasih?" suara Putra kembali terdengar.
Inggrid menelan ludah di tempatnya. Untuk apa Putra menanyakan statusnya? Apa dia ingin kembali padanya?
"Kurasa tidak ada." Mika kembali menjawab, ia mengangkat gelas di depannya kemudian dengan sekali tenggak gelas itu sudah kosong.
"Kau serius?" sebuah kekehan selanjutnya terdengar, begitu sombong. "Hmmm, mungkin karena dia belum bisa move-on dariku, maklum saja karena aku cinta pertamanya dan hanya aku yang bisa membuatnya jatuh cinta saat itu."
Mika menoleh, ada sorot tak suka saat menatap mantan kekasih Inggrid di sebelahnya. "Apa kau akan kembali padanya?"
"Pada Inggrid?" Putra terlihat mengerutkan keningnya namun detik kemudian ledakan tawa keluar dari mulutnya. "Hahaha ... aku? Kembali pada gadis membosankan sepertinya? Yang benar saja!"
Gadis membosankan? Inggrid mengepalkan tangannya erat. Sial, itukah yang selama ini ada di dalam otak Putra tentang dirinya? kali ini Inggrid menggeretakkan giginya geram.
"Gadis membosankan? Lalu kenapa dulu kau memacarinya?" Mata Mika menyipit, ekspresi wajahnya tak terbaca.
"Dengar, kalau saja bukan karena taruhan dengan Ando, mana mau aku berpacaran dengan gadis yang tingkahnya seperti preman itu. Bahkan dia tidak tahu caranya berdandan, sangat membosankan sekali, kan?"
Inggrid terpaku di tempatnya.
Ando? Taruhan?
"Taruhan? Kau berpacaran dengan Inggrid karena taruhan?"
Entah mengapa Inggrid melihat obsidian milik Mika berkilat saat menatap Putra di sampingnya yang masih terpingkal.
"Ya. Aku memiliki hutang yang cukup besar pada Ando saat itu. Aku tidak punya uang untuk membayar hutangku dan dia bilang kalau aku bisa memacari sahabatnya, membuatnya sedikit menjinak dan bertingkah selayaknya gadis-gadis seusianya maka hutang-hutangku akan dianggap lunas."
Ando!!!
Inggrid menggeram, tangannya terkepal kuat. Ini bukanlah kali pertama Inggrid mendapat perlakuan bajingan dari sahabat-sahabatnya, bahkan Deval pernah mendaftarkannya di ajang pencarian jodoh.
Juga Deval pernah menempelkan fotonya di mading dengan beberapa kriteria pria idaman yang dicantumkan dibawah foto, jangan lupakan caption memalukan yang ia tulis 'Selamatkan anak kami dari kutukan Jomblonya!'
Astaga, Inggrid hanya tidak percaya kalau Ando juga ikut-ikutan berlaku bajingan seperti Deval. Oke, setidaknya usaha Ando waktu itu cukup berhasil, karena baru hari ini Inggrid mengetahui kebenaran kejam itu.
Putra datang padanya secara perlahan, membuatnya nyaman, membuatnya merasa diinginkan, bahkan Inggrid sampai rela memakai rok, memakai bedak, lipglos, juga memakai penjepit rambut lucu di rambutnya hanya untuk membuat pemuda itu menyukainya. Namun ... setelah mengetahui alasan kenapa Putra dekat dengannya dan menjadi kekasihnya hanya karena sebuah taruhan untuk melunasi sebuah hutang, Inggrid merasa menjadi gadis paling menggelikan.
Ingatkan Inggrid untuk menuliskan nama Ando di buku shit list'nya setelah pulang dari tempat ini.