Minggu berganti minggu, dan rutinitas bodoh kami masih berlangsung. Pagi ini sedikit berbeda, mulutku tidak berteriak seperti pagi pertama kami dan pagi-pagi lainnya, pasalnya tangan bodoh Arka tidak melilit di pinggulku kali ini.
Aku berbalik untuk mengecek apa dia masih di tempat tidur atau sudah pergi menilik jam weaker di atas nakasku sudah menunjukkan pukul 06.30. Tapi ternyata dia masih di sana, memunggungiku, meringkuk seperti anak kecil. Bahunya bergerak naik turun, melihat intensitasnya yang seperti itu, kurasa dia masih tidur tapi sedikit gelisah. "Apa dia mimpi buruk?" Dan kenapa aku harus peduli kalau dia memang mimpi buruk?
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com