Telat! Telat! Telaaat!
Inggrid menggerutu sepanjang jalan. Gara-gara jam weker yang kehabisan baterai, ia jadi bangun kesiangan. Parahnya, ia tidak sempat mandi. Hanya cuci muka, menggosok gigi dan ganti baju. Untungnya ia tak lupa memakai deodoran dan juga minyak wangi. Setidaknya dia tidak akan membuat orang satu kantor pingsan karena bau tak sedap yang menguar dari tubuhnya nanti.
Brep ... brep ... breeep ...
Inggrid melotot tak percaya pada skuter yang ditungganginya. Tidak, jangan sekarang, pliiis.
Keberuntungan sepertinya tidak berpihak padanya hari ini. Inggrid menepikan skuternya ke pinggir jalan. Rasanya ia ingin menangis saat mengetahui bahwa di sekitar sana tidak ada SPBU ataupun bengkel motor.
Tin ... tin ...
Inggrid terkesiap. Pengemudi gila mana yang membunyikan klakson sekencang itu padahal ia sama sekali tidak menghalangi jalan.
"Hey, apa yang terjadi dengan skutermu?"
Suara ini?
Inggrid lantas balik badan dan saat itu juga ia mendengkus sebal kala melihat wajah pria di dalam mobil. "Aku tidak tahu, mungkin kehabisan bahan bakar, atau bisa jadi ada masalah dengan mesinnya karena belum sempat aku servis selama dua bulan ini." ucap Inggrid seraya mengangkat kedua bahunya, "kau sendiri? Kalau tidak salah— ini bukanlah arah menuju kantormu."
"Memang bukan. Aku akan ke kantormu untuk bertemu dengan Mika. Kau mau bareng?"
Walaupun Inggrid sebal setengah mati pada mantannya itu, tapi tawaran emas disaat kepepet dan apes begini mana bisa ditolak begitu saja kan?
"Bagaimana dengan skuterku?"
Putra tersenyum tipis, "Aku punya kenalan yang bekerja di bengkel. Aku akan mengiriminya sms untuk mengambil skutermu. Kita pergi setelah dia datang nanti."
"Oke." balas Inggrid.
Mereka duduk di pinggir trotoar. Inggrid sibuk berkirim pesan dengan Anggi dan Hellen, ia mengeluhkan kesialannya pagi ini dari pertama kali bangun hingga bertemu mantan keparatnya saat ini. Ia juga tak lupa meminta Anggi dan Hellen untuk bicara pada supervisor atas keterlambatannya hari ini. Sedangkan Putra, ia sedang sibuk bertelepon. Kemudian mereka pergi setelah seseorang datang dan mengangkut skuter Inggrid ke bengkel.
....
"Terimakasih atas tumpangan dan bantuannya." ucap Inggrid saat ia telah sampai dengan selamat di kantor.
Inggrid ke luar dari dalam mobil itu dengan cepat, ia tidak mau mengulur waktu lebih lama lagi. Ia berlari seperti orang gila saat melihat pintu lift di depannya akan menutup. "Syukurlah ..." desahnya lega setelah berhasil masuk.
Keadaan lift tidak begitu padat karena ini sudah lewat jam masuk. Hanya ada beberapa orang yang saat ini sibuk membicarakan sesuatu.
"Ini gila. Setelah proses produksi dan juga dipasarkan, si kepala merah itu meminta produk ditarik kembali!" sungut wanita berpakaian seksi di depan Inggrid pada temannya. Kalau Inggrid tidak salah, dia adalah ketua tim produksi baru, namanya Wina.
"Tidak heran jika melihat masalah yang ditimbulkan sangatlah serius. Yang tidak habis pikir adalah sang editor. Seharusnya dia lebih teliti dan lebih ketat dalam menyeleksi naskah yang masuk."
Inggrid tertegun di tempatnya. Editor? Penulis? Apa ini masalah plagiasi? Kalau dugaannya benar, Mika pasti sedang mengamuk saat ini.
Ding!
Inggrid keluar saat lift yang dinaikinya telah mencapai lantai yang ia tuju. Semua orang terlihat sibuk. Ada yang sedang lalu lalang membawa tumpukan novel yang sudah rilis satu bulan lalu. Ada yang sibuk menerima telpon. Dan di sebuah kubikel, beberapa orang tengah berkumpul untuk menenangkan Laras, salah satu editor naskah roman yang saat ini tengah menangis histeris.
"Aku harus bagaimana? Pak Mika pasti akan memecatku hari ini juga!" isak Laras semakin tak terkendali.
Inggrid berjalan mendekat ke kubikel itu, Hellen dan Anggi juga ternyata ada di kerumunan. "Hey, ada apa?" tanya Inggrid pada dua temannya.
"Plagiasi. Pak Mika marah besar, dia meminta tim produksi dan tim pemasaran untuk menghentikan pencetakan dan mencabut kembali novel yang sudah beredar. Dan siang ini editor dan penulis yang bersangkutan akan disidang di ruangannya. Kau mengerti maksudku kan?" ucap Anggi seraya membuat gerakan mengiris leher.
Inggrid mengerti posisi Mika. Dia adalah owner, dan ini bukanlah penerbitan kecil. Mendapat kasus plagiasi sangatlah tidak menguntungkan untuk owner dan juga nama baik penerbit yang sudah banyak dikenal oleh seluruh penjuru negeri. Jadi rasanya sangatlah masuk akal jika saat ini Mika sedang mengamuk dan kemungkinan besar akan memecat editor yang tidak kompeten dalam bidangnya itu.
"Kalau boleh tahu, penerbit mana yang karya penulisnya sudah diplagiasi oleh penulis kita?"
"Venus Publisher." jawab Hellen.
Venus?
Itu kan penerbitan di mana Putra bekerja? Inggrid mendengkus, inikah alasan kenapa Putra ingin bertemu dengan Mika?
....
"Kau sepertinya sangat stress memikirkan perkara yang sedang terjadi saat ini."
Mika menoleh ke arah pintu ruangannya. Putra sudah melangkah masuk bahkan sebelum ia memberi izin.
"Ke luar dan ketuk pintu!" desis Mika. Jangan lupakan gestur tubuh yang siap mencabik-cabik siapapun yang tidak mau patuh pada peraturannya. Ini wilayahnya, jadi dia berhak melakukan apapun terhadap orang yang memasuki wilayahnya itu.
Putra memutar bola mata, namun begitu ia tetap menuruti permintaan konyol saudaranya itu. Ia berjalan ke luar kemudian mulai mengayunkan tangannya pada pintu berbahan kaca buram.
"Masuk."
Setelah mendengar sahutan tersebut barulah Putra melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Ia duduk di salah satu sofa yang ada di sana sedangkan Mika tengah berdiri menghadap jendela yang mengarah ke parkiran.
"Aku sudah membicarakan perkara ini dengan penulisku. Dia akan mencabut tuntutannya asalkan pihak penulis dan penerbit meminta maaf serta menghentikan proses produksi dan juga mencabut kembali buku yang telah beredar."
Mika berbalik, tatapannya langsung menghujam iris cokelat Putra. "Kenapa kau datang dengan Inggrid?"
Putra menaikkan satu alisnya, "Inggrid? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan-"
"Kau menjemput Inggrid ke rumahnya?" Mika kembali menyela, ia ingin mendengar penjelasan Putra dengan segera, tanpa berbelit-belit.
Putra terkekeh, "Hey, kenapa kau begitu penasaran?"
"Jawab saja, sialan!" desis Mika, tatapannya sama sekali tidak bersahabat.
Putra terkesiap. Ia tidak pernah melihat emosi seorang Mika sebelum ini. Wajahnya yang biasa terlihat datar sekarang seperti seekor banteng yang siap melemparkan targetnya.
"Kau tertarik pada Inggrid?" tanya Putra penasaran. Menurutnya itu alasan yang paling masuk akal jika melihat tingkat kekesalan Mika saat ini padanya.
Mika mengepalkan kedua tangannya, sudut siku-siku semakin tercetak dengan jelas di kedua pelipisnya saat ini. "Itu tidak menjawab pertanyaanku!"
Tarikan napas terdengar jelas dari pihak Putra. "Kita bicarakan ini nanti. Sekarang lebih baik selesaikan perkara yang sedang terjadi antara penerbitan kita terlebih dahulu."
Mika memutar bola matanya. Ia kemudian berjalan menuju meja kerjanya dan mengambil sebuah map dari sana yang kemudian ia berikan pada Putra. "Aku sudah mengurus semuanya. Pihak produksi dan pemasaran sudah melakukan apa yang harus mereka lakukan. Penulis yang bersangkutan akan meminta maaf dengan pernyataan bermaterai dan konfrensi pers. Dan aku akan memecat editor yang tidak kompeten dalam bidangnya."
"Aku akan menyampaikan ini pada penulis kami. Masalah editor, aku kira kau tidak perlu sampai sejauh itu."
"Ini perusahaanku, aku memiliki peraturan sendiri di sini dan orang luar tidak memiliki hak dan suara apapun."
Putra mengangkat kedua tangannya ke atas tanda dia menyerah atas perdebatan mereka.
"Jauhi Inggrid." ucap Mika lagi saat melihat Putra sedang bersiap-siap akan meninggalkan ruangannya.
"Aku sudah bilang kalau masalah ini kita bicarakan-"
"Pikirkan tunanganmu. Bulan depan kalian akan menikah. Sangat tidak lazim jika kau masih berhubungan dengan mantanmu di saat kau akan menikah dalam waktu dekat."
"Jika mantanku bukan Inggrid, apa kau masih bisa berkata sebijak itu padaku?"
Damn!
Habis sudah kesabaran Mika. Dengan kecepatan kilat ia meringsek ke arah Putra, menarik kerah bajunya dan memberikan tinju terbaiknya di wajah sok tampan itu.
Sebenernya saya gak gitu tau dunia penerbitan, ini cuma fiksi dari imajiku aja. Beberapa aku sempet riset sih, tapi kalo ada kesalahan info mohon koreksi dari kalian yah #Ketcup Basah dari Mika