webnovel

Indigo Love Story

Ana adalah gadis yang bisa melihat hal gaib dan dia patut bersyukur berkat kemampuannya itu, dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya. Pernah diterbitkan di Wattpad

Ayi_Lee · Adolescente
Classificações insuficientes
8 Chs

Indigo Love Story Part 2

Ana pov

Kami sampai di perpustakaan. Dia memilih duduk di dekat jendela. Dia membelakangi jendela. Sedangkan aku menghadap Jendela. "Hei, disini silau. Kita pindah saja ke penjuru sana!" tunjukku ke meja yang sangat teduh. "Disana gelap" ucapnya. Aku mendengus "aku kena silau, dia sih enak membelakangi jendela. Jadi teduh" umpatku sambil membuka buka Fisika. "Apakah kau selalu mengumpat di depan orangnya?" tanyanya. Aku menatapnya bosan. "Iya, memangnya kenapa, kau tidak suka?" ujarku kesal. Dia hanya melipatkan tangannya di depan dada "cari bukunya dan cepat kerjakan, kau harus menyelesaikannya selama satu jam" titahnya. Aku mendengus lagi "dasar kejam, tidak punya prikemanusiaan, tidak punya rasa kasihan, untung ganteng" umpatku lalu pergi dari hadapannya.

Author Pov

Mendengar umpatan Ana, mau tak mau Kevin menahan senyumnya. 'Memangnya ada apa, orang yang mengumpat, bilang ke orang yang diumpatnya ganteng?' pikir Kevin. Ana mulai mencari buku Fisika yang dimaksud oleh Kevin. Kevin hanya memperhatikan Ana dari tempatnya duduk. Dia sesekali senyum melihat Ana yang kebingungan mencari buku pelajaran Fisikanya. Ana menarik satu buku berwarna merah "yang ini?" tanyanya pada Kevin. Kevin menggeleng, Ana mencari buku yang lain dan memperlihatkannya kepada Kevin. Lagi dan Lagi Kevin menggelengkan kepalanya "terus yang mana? Aku sudah lelah mencari dimana letak buku itu!" rengek Ana didepan Kevin. Kevin membuang nafasnya lalu meregangkan badannya "dasar payah!" ucapnya lalu berdiri dari duduknya.

Kevin berjalan kearah rak buku Fisika lalu menemukannya dalam hitungan detik. Ana kembali mendengus "pantas saja dia tau, dia yang menyuruhku mengambil buku fisika tapi tidak memberikan clue apa-apa. Memangnya buku fisika yang ia cari ada banyak apa? Aku harus mencari buku itu dari sekian banyaknya buku. Mana lagi, bukunya di rak atas. Dasar laki-laki kejam" umpat Ana sambil duduk. Kevin tersenyum melihat Ana yang mengumpat soal dirinya. Kevin kembali duduk di depan Ana. Lalu menyerahkan buku itu kepada Ana. "Tulis yang pentingnya saja. Tapi, harus dari halaman satu" titah Kevin. Ana hanya menatap sinis kearah Kevin lalu mengambil buku itu cepat. Dia segera mengerjakannya. Lima belas menit, Ana masih sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Kevin, dia hanya mengawasi Ana. Jikalau sesekali ada yang Ana tidak mengerti, dia akan berbaik hati menjelaskannya.

Tiga pulu menit berlalu, Kevin dan Ana ketiduran di dalam perpustakaan. Sesosok hantu muncul di perpustakaan itu. Dia berjalan kearah mereka sesekali tertawa. Dia merogoh saku celana Ana dan Kevin 'dapat' ucapnya saat tangannya berhasil memegang ponsel. 'Kalian harus berterimakasih karena aku berbaik hati memotret kalian' ucapnya. Setelah berhasil, hantu itu menyimpan ponsel mereka di tempat semula dan pergi.

Kevin lebih dulu bangun, 'aish kenapa aku malah ketiduran??' batinnya. Dia melihat kearah Ana, dia menatapnya dengan senyuman yang sangat lembut. Entah kenapa, Kevin merasa nyaman dekat dengan Ana. Angin berhembus pelan, membuat sehelai rambut Ana menghalangi wajahnya, Kevin segera merapihkan rambut Ana yang menghalangi wajahnya sedikit. Kevin masih menatapnya dalam diam, ada rasa kagum dalam hatinya. Kevin terus menatap wajah Ana. Dia menangkupkan sebagian kepalanya diatas meja. Kevin masih menatap Ana "kenapa kau begitu menarik perhatianku?" ucapnya sambil mengusap rambut Ana pelan. "Euh.." erang Ana, Kevin menghentikan gerakan tangannya. "Maaf, aku mengganggumu tidur" ucap Kevin pelan. Kevin berdiri lalu meninggalkan Ana diperpustakaan sendirian.

***

"Hoammm…" Ana menguap lalu mengucek-ngucek matanya. Ana menoleh ke kanan dan ke kirinya 'Kevin pergi kemana?' pikirnya. Matanya kembali menatap atas meja. Dia menemukan satu bungkus roti dan satu kotak susu coklat. Disana terdapat sebuah note juga.

Isi Note

Makanlah!

Aku tak ingin membunuh anak orang karena kelaparan!

Setelah itu, kembalilah ke dalam kelas. Tugasmu sudah aku selesaikan!

Ingat!!! Ini tidak gratis!!!

Kau harus membanyarnya dilain waktu

Kevin

Mata Ana terbelalak "heh??? Tumben dia perhatian padaku? Oh iya ini kan tidak gratis" ucap Ana datar. Ana memakan roti dan meminum susu itu dengan cepat. Ana juga membereskan buku-bukunya lalu pergi meninggalkan perpustakaan yang sepi.

Ana Pov

Aduh kepalaku masih sedikit pusing. Berapa lama, aku tidur disana?. Aku kembali ke kelasku yang sudah sepi. 'Heh kemana perginya mereka?' tanyaku dalam hati. Aku berdiri di depan pintu kelas. "Ekhem.." seseorang berdehem dibelakangku. Aku menoleh untuk melihatnya "Minggir!" ucapnya dingin sambil mendorong pelan tubuhku untuk memberinya celah masuk. Aku kembali mendengus "kemana murid yang lain?" tanyaku, Kevin yang sedang membereskan barang barangnya mulai menatapku. "Mereka sudah pulang. Dan kau juga harus segera pulang karena kelas ini mau aku kunci" ucapnya datar. Aku terkejut mendengar kata pulang. Aku mendekat kearah Kevin "pulang? Apakah aku membolos pelajaran lain saat aku tidur di perpustakaan?" tanyaku.

Kevin menghela nafasnya "kau tidak membolos, Pak sebastian, guru yang terakhir mengajar di kelas hari ini. Sudah bereskan barangmu, aku ingin segera pulang!" ucapnya yang terdengar kesal. Aku mengerucutkan bibirku dan mengikuti keinginannya.

Hantu yang duduk di kursiku tersenyum. 'Bolehlah aku menggunakan kursi ini saat kau tidak ada?' tanyanya. Aku menganggukkan kepalaku. Dengan cepat, aku membereskan barang-barang milikku diatas meja. Aku berjalan mendahuluinya untuk keluar dari kelas.

"Bye!" ucapku sinis padanya. Aku meninggalkannya sendirian dikelas. 'Ganteng sih Ganteng tapi judesnya minta ampun'.

Aku melihat gerbang dan kulihat Fitria juga berada disana. Dia melambaikan tangannya padaku. Aku baru ingat kalau aku punya sepupu yang juga bersekolah disini. "Kak, bagaimana hari pertamamu sekolah?" tanya Fitria saat aku sudah berdiri disampingnya. Aku menarik nafasku "memalukan, kau?" tanyaku sambil memasukan kedua tanganku kedalam jaket yang baru saja aku gunakan. "Lumayan berkesan" ucapnya.

Kami mulai berjalan sembari bercerita kegiatan masing-masing. Untung sekolahnya dekat.

"Semua di kelasku menganggapku aneh. Kau tau kan kak, kalau aku tidak bisa mengontrol untuk tidak mengobrol dengan mahluk tak kasat mata. Mereka terus menggangguku saat sedang belajar" ucap Fitria dengan raut wajah yang suntuk. "Tapi, aku juga harus beruntung. Karena di kelasku cowoknya ganteng-ganteng. Biasa buat cuci mata" ujar Fitria sambil cengengesan. Aku hanya mendengarkan ocehannya, sesekali berdehem untuk menanggapinya. Fitria berhenti di depanku sambil menjentikkan jarinya.

"Apa?" ujarku. Dia tersenyum "Kak aku melihat cowok ganteng yang datang ke rumah kita kemarin" ujarnya senang. Kupasang ekspresi sedatar mungkin "dia sekelas denganku" sahutku malas. Aku melewati Fitria begitu saja. 'Rumah kenapa kau jauh sekali!!' pikirku.

Fitria mensejajarkan kembali langkahnya denganku. "Asik dong sekelas sama gebetan" ucapnya sambil menyenggol bahuku pelan. Aku tak tahan lagi "bisakah kita mengobrol di rumah? Aku sudah cukup lelah oleh kerjaan yang menumpuk yang dia berikan padaku, senam bersama hantu, dan berlarian di lorong menuju kelasku" ucapku, Fitria terdiam. Aku memegang kedua pundaknya "aku sangat lelah Fitria, dia sangat jahat padaku!" ujarku.

Saat aku mengucapkan 'dia sangat jahat' ternyata Kevin baru saja melewatiku dan adikku menggunakan sepedanya. 'Oh tidak, aku mengumpat di depan wajahnya lagi' batinku. Aku melanjutkan langkahku, Fitria pun melakukan hal yang sama denganku. Selama diperjalanan, kami berdua diam. Dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sampai di rumah, aku ke kamar mandi lalu mengambil air wudhu untuk shalat Ashar.

kak Luna tidak ada di rumah. Sepertinya, dia sedang berbelanja atau apalah aku tidak tau. Aku dan Fitria pun ke kamar lalu shalat berjamaah. Sehabis Shalat, kami menidurkan tubuh kami diatas kasur masing-masing. "Kak, ada seseorang yang ku sukai di kelasku" ujar Fitria pelan. "Siapa?" sahutku. "Dia bernama El Putra. Orangnya pendiam. Tapi, dia sangat rajin di kelas. Sewaktu aku akan pulang, hanya dia yang ada di kelas. Membersihkan ruangan itu sampai bersih. Tapi, ada yang aneh dengannya!" ucap Fitria. Fitria duduk diatas kasurnya "dia hanya jutek padaku. Tapi, pada orang lain tidak" sahutnya kesal. "Mungkin Dia belum terbiasa melihatmu" sahutku. Fitria mengerucutkan bibirnya. "Ya aku akan menganggapnya seperti itu" ujar Fitria.

Ting Tong... Suara bel rumah terdengar. Aku berdiri dan turun untuk melihat siapa orang yang bertamu ke rumah ini. Dengan pelan aku membuka pintu "siapa ya?" tanyaku pelan. Tatapan yang awalnya penasaran jadi tatapan sinis "mau apa kau kemari?" tanyaku pada Kevin. Kevin menyodorkan kotak makanan ukuran besar padaku. "Apa ini?" tanyaku. Dia menatap malas padaku "dari ibuku untuk kak Luna" ucapnya cepat. Dia memutar tubuhnya untuk pergi. Tanpa sadar aku menahan pergelangan tangannya.

Dia menoleh "apakah kau menyukai kakakku?" tanyaku. Matanya melotot lalu selanjutnya sebuah senyuman meremehkan ia tunjukan padaku. "Mana mungkin, kak Luna itu guru les bahasa Inggrisku dan dia juga teman Ibuku. Aku masih normal untuk menyukai gadis seusia denganku" jelasnya. Aku menganggukkan kepalaku "oh.. Kupikir kau menyukai kakakku" ucapku. Dia seperti akan berbicara lagi tapi aku menyelanya "ya sudah kalau mau pulang. Pulanglah, aku malas melihat wajahmu dan ucapkan terimakasih pada Ibumu. Ah terimakasih atas makanannya juga, dah!" ucapku sambil masuk ke dalam rumah. Pintu sudah tertutup dengan sempurna dan aku masih berdiri disana sambil menatap pintu. "Aish kenapa aku bertanya seperti itu, dasar bodoh!" ucapku sambil memukuli kepalaku.

Aku berjalan ke dapur lalu menyimpan makanan yang di berikan oleh keluarga Kevin di meja makan. Aku tidak berani membukanya, toh itu milik kak Luna. Hantu yang selalu berdiri di penjuru dekat tangga, tiba-tiba berdiri di belakangku dan itu membuatku kaget setengah mati karena jarak diantara kami yang cukup dekat. Bayangkan saja, aku melihat wajahnya yang hancur sangat dekat dengan wajahku "AAAA…." teriakku, aku mundur ke belakang dan tersenggol oleh kaki kursi meja makan dan aku jatuh terduduk.

Pintu utama terbuka lebar dan seseorang masuk ke dalam dapur. Dia bahkan berjongkok di hadapanku "kau baik-baik saja?" tanyanya, aku menganggukkan kepalaku padanya sambil meringis kesakitan. "Hum aku baik-baik saja, tapi pantatku sakit karena terjatuh barusan" ringisku. Kevin menatapku dengan tatapan khawatir, dia membantuku berdiri lalu menyuruhku untuk duduk di kursi meja makan. "Ku kira kau sudah pulang" ucapku padanya.

Dia menggaruk kepalanya yang ku yakini tidak gatal "ah itu.. aku baru saja akan pulang dan tidak sengaja aku mendengar teriakanmu. Jadi, aku ingin memastikannya saja" ucapnya dengan nada yang kembali datar. Aku ber oh ria "ehmm pantatmu masih sakit?" tanyanya pelan, semburat merah muncul di pipiku "tentu saja" ucapku gugup. "Kau yakin? Kau bahkan beberapa kali terjatuh. Dan pantatmu selalu menjadi korbannya" ucapnya lagi. Aku mendesis "huft… terus apa hubungannya denganmu. Ini kan pantatku jadi terserah aku lah!" ucapku sebal padanya. Dia mengedikkan bahunya "yasudah, aku hanya kasian saja pada lantai yang sudah menjadi korban pantatmu itu" ucapnya sambil melangkahkan kakinya keluar dari dapur. "Dasar mesum!" pekikku kesal.

Aku menoleh ke arah hantu itu dengan tatapan yang sangat tajam "HEI, Kau mahluk astral. Kenapa kau mendekatiku Hah?" ucapku sarkastik. Dia hanya menoleh sebentar padaku lalu menghilang begitu saja "dasar tak tau malu, sudah tinggal di rumah ini, masih saja suka mengagetkan orang" makiku, aku menghela nafas panjang lalu Fitria datang ke dapur untuk mengambil air, alih-alih bertanya tentang keadaanku, dia malah fokus pada minumannya.

"Kau melihat hantu di bawah tangga?" tanyaku, Fitria menyimpan botol minuman di atas meja makan.

"Dia? Bukankah sudah sejak semalam dia tidak ada disini" ucapnya. Mataku terbelalak mendengar itu.

"Eh kira-kira, wajahnya rusak tidak?" tanyaku sambil mengingat wajah hantu di dekat tangga. Fitria duduk di kursi yang menghadap padaku "wajahnya hanya pucat, memangnya kenapa kak?" tanyanya.

"Aku melihat ada hantu baru di rumah ini dan dia berwajah sangat rusak. Makanya, aku kaget" jelasku pada Fitria "oh.. jadi yang tadi teriak itu kakak, pantas saja tidak aneh" ucap Fitria. Keningku berkerut "maksudmu, aku tidak mengerti" ucapku sembari menggaruk leher belakangku. Fitria menghela nafasnya "hantu itu sering ngikutin orang kak. Kadang ya, hantu yang kakak ceritakan sedang mengikuti seseorang yang sedang baik sama kakak. Contohnya, jika hantu itu suka sama aku. Maka, dia bakal gangguin orang yang deket sama aku. Gitu deh pokoknya" jelas Fitria.

"Aku baru dengar cerita yang seperti itu" ucapku padanya.

"Hehe aku hanya mengarang kok kak. Habisnya, kakak serius banget dari tadi" ucapnya sambil tertawa tanpa dosa. Aku mengangkat tanganku bersiap untuk memukulnya.

"Euuhh kau menyebalkan" ujarku lalu mengerucutkan bibirku. Fitria hanya tertawa, sedetik kemudian dia berhenti tertawa dan melotot kearahku "apa?" tanyaku acuh. "Kak, hantu yang kakak ceritakan benar-benar wajahnya rusak kan?" tanya Fitria. Aku menganggukkan kepalaku padanya "dia ada di belakangmu sekarang" ucapnya, aku terkekeh "leluconmu itu tidak lucu, Fit" sargahku. "Aku akan meninggalkan kalian berdua di tempat ini" tiba-tiba Fitria menggenggam tanganku "semoga kau selamat, kak" ucapnya yang terdengar sangat ketakutan. Aku menahan tangannya "Fit, Jangan tinggalkan aku sendiri, aku juga takut" ucapku, Fitria menggelengkan kepalanya.

"Ah Fit, ayolah. Aku juga penakut, sama sepertimu" ucapku. Fitria menghela nafasnya lalu kembali duduk. Dia menatap tajam kearah sang hantu "kau, penunggu ruangan rapat OSIS kan?" tanya Fitria sarkastik.

"Penunggu ruang rapat OSIS?" tanyaku lalu menoleh padanya.

"Eist.. kenapa kau kesini hah??" tanyaku padanya. Dia duduk disampingku 'aku suka ketua osis' ucapnya. Mendengar itu, aku dan Fitria tertawa terbahak-bahak.

"Kevin, kau suka padanya?" tanyaku. Hantu itu menganggukkan kepalanya "tapi dia selalu bersamamu!" ucapnya kesal sambil melotot padaku. Aku terkekeh "makanya, kau harus menampakkan dirimu di depannya. Dan liat ekspresi wajahnya yang takut, kau mungkin akan berhenti suka padanya karena kau akan melihat wajahnya yang berubah menjadi jelek" ujarku sambil membayangkan Kevin yang ketakutan. 'Aku sudah pernah menampakan diriku di depannya'. Aku kaget mendengarnya lalu aku mulai fokus pada hantu itu "terus wajahnya seperti apa, apakah dia terkejut melihatmu?" ucapku bersemangat.

"Dia hanya menatap datar padaku sesaat, lalu dia berjalan pergi begitu saja meninggalkanku. Dan untuk berikutnya, aku sangat menyukainya. Dia sangat pemberani!" ucapnya sembari tersenyum. Aku terdiam saat mendengar itu "yang benar, kau tidak bohong kan?" sahut Fitria dengan rasa antusias yang tinggi. Hantu itu menganggukkan kepalanya "aku sangat serius".

Aku berdiri dari tempat dudukku lalu pergi meninggalkan mereka "kak mau kemana?" tanya Fitria, aku menoleh pada mereka "aku ingin memastikan sesuatu dulu" ucapku lalu aku pergi meninggalkan mereka. "Ceritakan lagi, kenapa kau bisa suka dengan ketua osis itu dan ada keperluan apa kau menemui kakakku?" ucap Fitria sambil memegang pergelangan tangan sang Hantu. Hantu itu melepaskan tangan Fitria lalu menghilang begitu saja dari hadapan Fitria.

"Cih.. dia benar-benar akan terus mengikuti kakakku?" dengus Fitria.

Aku keluar dari rumah dengan perasaan gelisah 'kenapa aku begini, kenapa aku begitu sangat penasaran dengan Kevin?' pikirku. Tiba-tiba aku berlari keluar rumah dan melewati gerbang utama. Aku celingak-celinguk mencari laki-laki itu "dia pulang kearah mana sih?" tanyaku sembari menggigit bibir bawahku. Aku memukul kepalaku 'ayo ingat kembali saat aku berpapasan dengannya sewaktu pertama kali bertemu' paksaku pada otakku. 'Ah kearah kanan!' sahutku senang sembari menjentikkan jariku. Aku berlari kearah kanan dengan lari yang sangat kencang dan ku dapati dia sedang berjalan sambil mendorong sepedanya pelan.

"KEVIN!�� teriakku. Dia menoleh sambil menatapku bingung. Aku berlari kearahnya, untungnya dia masih setia menungguku untuk berdiri di depannya. Setelah berdiri di hadapannya, aku mengambil pasokan udara sebanyak mungkin. "Ada apa?" tanyanya dengan nada yang selalu sama. Aku berdiri tegak di depannya "apakah ini tidak terlalu cepat" ucapku yang masih ngos-ngosan. Dia mengangkat satu alisnya "cepat apanya?" tanyanya lagi "kau mau jadi pacarku?" ucapku tanpa sadar. Dia terdiam mendengar pertanyaanku "apakah aku tidak salah dengar?" tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku padanya "bukankah sudah cukup jelas, kau mau jadi pacarku?" ucapku lagi. Dia terdiam lalu menatap mataku "kau sedang tidak bercanda kan?" tanyanya lagi, dengan cepat aku menjawab pertanyaannya "apakah aku terlihat sedang bercanda sekarang?" ucapku lagi.

Sepeda yang ia pegang terjatuh begitu saja "kau sangat aneh hari ini, benarkah hanya pantatmu yang menjadi korban lantai. Bagaimana dengan kepalamu?" tanyanya sambil mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Dia mengusap kepalaku "apakah kau kerasukan?" tanyanya. Dengan cepat, aku menggelengkan kepalaku "jika kau tidak mau yasudah!" ujarku lalu pergi meninggalkannya. Aku terus melangkah menjauhinya, dan tepat langkahku yang ke tujuh. Aku mendengar suaranya memanggilku.

"HEY!" teriaknya, aku berhenti berjalan tapi tidak menoleh padanya "AKU MAU JADI PACARMU!!" teriaknya. Setelah mendengar itu aku menoleh padanya lalu tersenyum semanis mungkin.