webnovel

In Isekai As Void Dragon

Dalam hidupnya, dia sudah banyak kehilangan. satu-satunya yang tersisa adalah adiknya dia berusaha melindungi nya, menjaganya, dan mengurusnya dengan sepenuh hati. tapi, takdir berkata lain. Adiknya mati karena penyakit, da dia akhirnya sendirian di dunia ini. Tapi, saat dia dalam keputusasaan, sebuah suara memanggilnya, dan menjajikan padanya bahwa dia bisa bertemu kembali dengan keluarga nya. Maka, dengan syarat yang telah di tetapkan, pria itu di lempar kedunia lain untuk mencari keluarganya, da memenuhi perjanjian dengan orang misterius itu. Sebagai seorang Naga.

DeuxF · Fantasia
Classificações insuficientes
4 Chs

Chapter 1

Di hari cerah di kota Morio, seorang gadis sedang menimba air untuk keperluan dirinya dan satu orang lagi hari ini.

Setiap hari, dia harus menyiapkan segalanya sendirian, untuk menimba airpun, dia harus melakukanya setidaknya 5 kali untuk memenuhi drum air yang ada di rumahnya.

Setelah menimba air, dia akan mulai memasak di rumah, memanaskan air untuk satu lagi anggota keluarganya mandi, mencuci pakaian, dan bekerja merapikan rumahnya, barulah setelah itu dia bisa pergi ke perpustakaan di mana dia bekerja.

Mungkin pekerjaan yang terlalu banyak untuk di lakukan oleh seorang gadis muda dengan tubuh kecil seperti nya.

Tapi mau bagaimana lagi, selain dirinya, tidak ada lagi orang lain yang bisa mengurus semua pekerjaan dan juga menjaga kakeknya yang sakit-sakitan.

Setelah menimba air, dia berjalan kembali kerumah, dan dengan tangan terampil nya, dia bisa membawa dua ember penuh air tanpa menetes kan air sedikitpun, tanda bahwa dia sudah terbiasa melakukan ini selama bertahun-tahun.

Di jalan dia bertemu dengan dua orang anak kecil yang sedang berlari sambil tertawa riang berlari melewati nya.

"Pagi Kak Eve!"

"Pagi Kak Eve!"

Dua anak laki-laki dan perempuan itu menyapa Evelyn dengan wajah tersenyum, dan Evelyn yang melihat itu juga tersenyum dan membalas sapaan pagi mereka.

"Pagi Danil dan Yuri!"

Ini adalah kota yang cukup damai, walau kota ini tidaklah terlalu maju di bandingkan kota-kota utama yang berada di bagian barat negara ini, tapi kota ini tetap memiliki keindahannya tersendiri.

Orang-orang nya yang ramah, setidaknya di lingkungan sekitarnya, kebersihan tempat yang terjaga, dan ada beberapa tempat wisata yang menarik perhatian.

Berjalan beberapa menit, Evelyn akhinya sampai di rumahnya.

Itu adalah sebuah rumah kayu yang menyatu dengan sebuah menara jam yang kecil, mungkin setinggi 8 meter.

Bagian rumah di mana dia tinggal adalah rumah satu tingkat dengan tembok kayu yang terlihat tua.

Evelyn masuk kedalam rumah tanpa mengetuk pintu, karena dia tau bahwa kakeknya belum bangun di jam segini.

Dia masuk ke dalam dapur, memasukan air yang dia timba ke dalam kendi air besar dan memastikan bahwa tidak ada lagi ruang di kendi itu yang dapat di isi dengan air, dan barulah setelah itu tugasnya untuk mengisi air hari ini selesai.

"Bagus, sekarang waktunya memasak!"

Dia segera menyiapkan kayu bakar, mamanaskan bara api yang sudah mendingin, dan memotong setiap bahan makanan yang dia punya untuk pagi ini.

Makanan yang dia masak hanyalah masakan yang sangat sederhana, hanya sebuah sup sayur dengan beberapa daging kelinci yang dia buru di hutan.

Daging kelinci adalah pengganti dari daging sapi yang tidak mampu dia beli, karena kelinci hidup bebas dan juga melimpah di alam liar, maka tidak perlu uang untuk mendapatkan dagingnya, kau hanya perlu sebuah panah sederhana, dan juga sedikit keahlian memanah untuk dapat menikmati rasa dari daging kelinci.

Setelah beberapa saat, Evelyn selesai memasak sarapan untuk pagi ini, dia menyiapkan semuanya dengan rapih di atas meja.

"Baiklah, sekarang saat nya untuk mencuci pakaian, setelah itu merapikan rumah, lalu menyuapi kakek, mancari kayu bakar, lalu menjaga perpustakaan"

Dia menghitung jumlah pekerjaan yang harus dia lakukan dengan jari-jari kecilnya.

Melihat pada jari itu, jarinya terlihat sangat rapuh dan kecil, padi jika kau melihatnya lebih dekat, maka kau bisa melihat bahwa tangan itu telah penuh dengan kapalan dan juga bekas luka yang dia dapat dari bekerja terlalu keras.

Itu bukanlah jari dari seorang gadis normal di seumuran nya, itu adalah jari dari seorang gadis yang telah merasakan betapa beratnya hidup di dunia tanpa orang tua menemani nya, atau orang lain yang membantunya.

Di dunia ini, perang dan kematian adalah hal yang sangat biasa.

Saat ini saja, sedang terjadi perang di benua bagian barat, antara negara Adidaya Holomon, dan juga pulau melayang, negeri para skywing, Isle.

Di bagian selatan juga, sedang terjadi perang dingin antara negara maritim Banyu, dan juga Negara beastman Orlander.

Dan di bagian timur, dimana tempat Evelyn tinggal saat ini, Negara demokratis Hordania juga terjadi perselisihan bekas perang bertahun-tahun yang lalu, yang saat ini hanya menyisakan perang dingin antar kedua negara.

Dan akibat dari dunia yang penuh bahaya ini adalah banyaknya anak yatim korban perang, dan juga banyaknya pria yang tidak bisa lagi bekerja karena cacat pada tubuhnya akibat perang.

Orang tua Evelyn juga termasuk. Ayahnya adalah salah satu tentara yang ikut berperang di bawah komando jendral tertinggi kerajaan saat ini, yang terjadi 5 tahun lalu, di selat Maria.

Di sana, ayahnya beserta 50.000 pejuang lainnya dengan gagah berani mengorbankan dirinya untuk membela negerinya dari serangan negara tetangga.

Dan dalam perang 5 tahun lalu itu, negara Hordania dan juga Kardean, jatuh dalam masa perang dingin, yang berlanjut hingga saat ini.

Kembali ke masa sekarang, Evelyn saat ini sedang menjemur pakaian yang telah dia cuci barusan, dengan terampil dia memeras dan menggantung setiap pakaian yang telah dia cuci di kawat jemuran.

"Baiklah, semua sudah selesai!"

Tidak lama, dia sudah selesai menggantung semua baju yang dia cuci, dan wajahnya tersenyum gembira bahwa pekerjaan nya hari ini hampir selesai, hanya tinggal beberapa hal lagi, dan dia bisa sedikit bersantai di perpustakaan, walau itu sebenarnya masih di hitung sebagai bekerja.

Matanya lalu memandang keatas, di mana sebuah bayangan besar menutupi separuh kota tempatnya tinggal.

Di sana, terdapat gerbang super besar setinggi 800 meter dan lebar sekitar 500 meter.

Gerbang itu terbuat dari emas murni dengan berbagai pahatan berbentuk simbol dan bentuk misterius di bagian pintu gerbang.

Besarnya gerbang itu membuat setiap orang yang baru melihat nya pasti akan merinding dan merasa sedikit takut.

Tapi, tidak untuk orang-orang di dunia ini.

Karena gerbang ini, ada hampir di seluruh tempat di dunia ini.

Total ada 100 gerbang yang tersebar di seluruh penjuru dunia, baik di selatan, barat, Utara, dan juga di timur, semua bagian di dunia memiliki setidaknya satu gerbang.

Gerbang-gerbang ini di sebut sebagai Gate of Archi.

Tidak ada yang tau sejak kapan dan bagaimana keseratus Gate of Archi muncul di dunia ini.

Yang mereka tau, gerbang-gerbang ini pastilah memiliki sesuatu di baliknya, dan apapun itu bisa berbahaya dan juga bisa saja tidak.

Keseratus gerbang ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, tapi penghuni dunia ini baru mulai meneliti dan menelusuri apa yang ada di balik gerbang-gerbang itu sekitar 50 tahun yang lalu.

Alasan pertama, karena setiap orang yang masuk kedalam gerbang selalu berakhir tidak pernah kembali, atau jika mereka cukup beruntung, mereka bisa kembali tapi dalam keadaan mental yang sudah hancur dan tidak bisa di perbaiki lagi.

Tapi, sekitar 50 tahun yang lalu, seorang raja dari timur, dari sebuah negara kecil bernama bearnia, masuk kedalam gerbang dan berhasil keluar dengan selamat membawa banyak hal yang sangat menakjubkan.

Yang telah membuat dirinya dapat membawa negara kecilnya menjadi salah satu dari 5 Negara adidaya yang ada di dunia saat ini.

Dan itu semua di karenakan dua hal, yaitu.

Pertama, ada harta yang sangat melimpah di dalam gerbang bagi siapa saja yang dapat kembali dengan selamat dari gerbang, kedua siapapun yang berhasil menaklukan gerbang maka dia akan mendapat kekuatan yang sangat  besar.

Dan kedua hal itu, telah membuat raja dari timur yang saat itu negaranya sedang terjepit perang dengan negara musuhnya langsung melejit menjadi salah satu negara terkuat, dan berhasil mengusir penjajah dari negaranya.

Melihat hal yang telah di capai raja dari timur, setiap negara di dunia mulai melakukan hal yang sama.

Mereka mengirim banyak orang kedalam gerbang hingga tidak terhitung jumlahnya, tapi seperti yang sudah di duga.

Kebanyakan dari orang-orang itu tidak pernah kembali, atau kembali dengan mental yang hancur.

Tapi setiap negara tidak pernah menyerah, mereka terus mengirim banyak orang yang memiliki kemampuan untuk masuk kedalam Gate of Archi.

Dan setelah 5 tahun perjuangan salah satu petualang bernama bernard yang berasal dari negara Herion berhasil menaklukan gerbang yang ada di negaranya.

Dan berkatnya, negara Herion telah berkembang menjadi negara paling modern yang ada di dunia ini.

Dan dapat di hitung sebagai salah satu negara adidaya.

Setelahnya, ada 3 lagi orang yang berhasil menaklukan gerbang, dan kesemuanya telah membuat negara mereka menjadi yang terkuat di seluruh dunia ini.

Dan begitulah bagaimana caranya 5 negara adidaya terbentuk.

Sebenarnya ada 5 lagi orang yang berhasil menaklukan Gate of Archi, tapi kelima orang itu tidak tergabung dalam tim ekspedisi dari negara manapun.

Jadi mereka tidak memberikan kekuatan dan juga harta yang mereka dapatkan kepada siapapun, mereka hanya menikmatinya untuk diri mereka sendiri.

*Haah kurasa akan bagus jika aku bisa mendapatkan setidaknya satu harta dari gerbang"

Evelyn mulai berandai-andai jika saja dia punya sedikit kesempatan untuk mendapatkan harta dari gerbang, mungkin dia bisa membuat hidupnya dan kakeknya sedikit lebih baik.

Tapi itu tentu saja hanya angan-angan belaka.

Evelyn sangat tau dia tidak akan mampu bahkan untuk menginjakan kaki di depan Gate of Archi.

Dia tidak memiliki keberanian untuk itu, dia hanyalah seorang gadis biasa, jadi dia sangat sadar bahwa ini hanyalah angan-angan kosong belaka.

Tapi, apa salahnya untuk berangan-angan? Selama itu bukanlah angan-angan yang buruk, tidak masalah angan-angan apa yang dia pikirkan.

"Ahhh.....sudahlah, tidak ada gunanya mengeluh setiap hari, aku harus cepat memberi makan kakek, kalau tidak dia bisa kelaparan"

Kembali kepada kenyataan, Evelyn segera mengangkat keranjang jemuran yang sudah kosong, dan masuk kedalam rumah.

                 ***

Evelyn membawa sebuah nampan berisi sup yang telah dia masak, bersama sebuah nasi di piring di sebelahnya, dan juga sebuah air putih yang telah dia siapkan tadi.

Evelyn masuk kedalam ruangan kecil yang di dalamnya ada seorang pria tua yang terbaring lemah di atas kasur dengan tubuh kurus dan muka pucatnya.

"Kakek, waktunya sarapan, maaf aku sedikit terlambat dari biasanya, tadi aku bangun sedikit kesiangan"

Evelyn berjalan mendekati kasur di mana pria tua itu terbaring lemas, dan duduk di kursi yang ada di dekatnya.

"Ahh... Evelyn, tidak apa-apa, lagi pula kakek tahu kau sangat sibuk setiap hari"

Si pria itu tersenyum menyadari bahwa Evelyn berada di dekatnya saat ini, dan mengatakan untuk tidak perlu khawatir padanya.

"Tidak kok, aku tidak sesibuk itu"

Sambil tersenyum Evelyn menjawab perkataan kakeknya, dan kakeknya hanya bisa tersenyum canggung padanya.

Dia sangat tau, setelah kematian ibu dan ayahnya, Evelyn menjadi tulang punggung keluarga.

Dia sangat sibuk yang membuat dirinya kadang tidak dapat istirahat dengan benar.

Evelyn mulai menyuapi kakeknya yang terbaring di atas kasur, perlahan dan hati-hati, dia menyendok sup dan mencapurnya dengan nasi, dan dia dengan terampil mengukur ukuran nasi dan sup yang dia sendok, agar mudah di kunyah oleh kakeknya.

"Terimakasih nak"

Kakeknya tersenyum dan berterima kasih padanya, dan Evelyn dengan ramah juga membalas senyuman itu dan menjawab "Tidak masalah".

Beberapa menit kemudian, nasi dan sup yang ada di nampan sudah habis, dan hanya tersisa sedikit sisa di sana yang tidak dapat di makan oleh kakek Evelyn.

Kakek Evelyn yang sudah selesai makan, saat ini duduk di atas kasurnya, dan matanya terlihat sedikit sedih.

Dia membayangkan, jika saja dirinya lebih sehat, jika saja dia tidak memiliki penyakit ini, maka dia tidak akan terlalu menyusahkan cucunya.

"Ada apa kek? kenapa melamun begitu?"

Evelyn bertanya dengan khawatir.

Kakeknya yang awalnya melamun, sedikit terkejut tapi kembali pada wajah tersenyum nya dengan cepat.

"Tidak apa-apa nak, kakek hanya memikirkan sesuatu"

"Sesuatu?"

Mata kakeknya lalu beralih ke area leher Evelyn, dimana sebuah tato bergambar mawar dengan corak garis putih.

"Saat kau lahir, orang tuamu dan aku berpikir bahwa tanda lahirmu adalah sebuah pertanda baik, kami yakin bahwa kau akan menjadi orang yang hebat, tapi karena aku yang penyakitan ini, kau tidak bisa melakukan apapun selain bekerja dan mengurusku di sini"

Dengan tampilan sedih, kakek Evelyn menjelaskan apa yang sedang di pikirkannya, dan Evelyn yang mendengar hal itu, menjadi sedikit depresi.

"Kakek, tidak masalah apa artinya tato ini, tato ini bukanlah apa yang menentukan masa depanku, aku ada di sini karena Kakek dan orang tua ku yang mengurus ku saat aku kecil, dan aku sangat bersyukur karena itu"

"Aku tidak perduli jadi apa aku di masa depan, aku tidak perduli bagaimana hidupku akan berubah, aku tidak perduli semua itu, selama kakek masih di sini bersamaku, aku akan dengan senang hati terus bekerja keras demi kakek"

Evelyn mengatakan kalimat-kalimat itu dengan penuh senyum dan kelembutan di suaranya.

Tidak ada sama sekali kebohongan, dia memang dengan jujur mengatakan sangat senang untuk mengurus kakeknya yang sakit.

Kakeknya yang mendengar hal itu, hampir mengeluarkan air mata, tapi dia hanya tersenyum dan menepuk kepala Evelyn dengan lembut.

"Terimakasih Evelyn, Kau adalah cucu terbaik yang bisa aku dapatkan di dunia ini"

"Ehehehe"

Dan begitulah, suasana menjadi hangat di antara mereka, tidak ada lagi suasana sedih di antara mereka.

Bagi mereka berdua, satu sama lain sangatlah berharga, mereka sangat tidak ingin kehilangan satu sama lain.

Kakeknya yang sangat menyayangi Evelyn hingga bahkan rela membunuh dirinya agar Evelyn hidup bahagia.

Dan Evelyn yang rela melakukan apa saja asalkan kakeknya tetap berada di sisinya.

Itulah bagaimana hubungan keluarga antara Kakeknya dan Evelyn, hubungan yang hangat dan menyenangkan.

                               ***