webnovel

CIUMAN PERTAMA

"Kamu ngapain?" tanya Galang dengan nada datarnya seperti biasa, Galang selalu hanya menjadi orang lain jika bersama dengan Hanin dan akan selalu hangat jika ada di dekat dengan Wina.

"Aku mau buatkan kamu kopi, cuman kalau kamu nggak suka juga nggak apa-apa kok, Mas." Mendengar hal itu membuat Galang merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, apalagi melihat senyum di wajah istrinya yang begitu berbeda.

"Bagaimana mau aku buatkan kopi Mas?" tanya Hanin lagi, entah apa yang sedang ada di dalam otak Galang saat ini, sehingga dirinya dengan mudah membalas ucapan dari istrinya itu dengan anggukkan kepala.

Hanin yang melihat hal itu segera menuju dapur dan membuatkan kopi untuk sang suami, senyum di wajah Hanin terbit dengan begitu indah.

Setelah selesai membuatkan kopi untuk sang suami, dirinya lalu masuk kembali ke dalam kamar. Bukan Hanin tidak ingin menemani suaminya namun, melihat bagaimana sikap Galang terhadapnya sangat berbeda jauh dengan Wina.

"Udara dingin seperti saat ini, sangat pas dengan kopi yang begitu enak. Hani memang pintar dalam membuat kopi, sepertinya dia sangat berbakat jika menjadi pengusaha kopi," ucap Galanh. Pria itu tidak tahu, jika sang istri memang memiliki usaha dibidang kopi. Bahkan cafe yang dibangun oleh Hanin sudah sangat besar dan berkembang.

***

Mata Galang rasanya sudah sangat berat, setelah selesai dengan beberapa urusan kantor yang memang tidak bisa ditinggalkan oleh Galang, pria itu segera masuk dan melihat ke arah tempat tidur di sana ada sang istri yang tertidur dengan selimut yang hampir menutupi seluruh bagian wajah Hanin.

Melihat hal itu membuat, Galang trtawa dirinya pun segera berjalan mendekat ke arah istrinya, pria itu merapikan selimut yang digunakan oleh istrinya tersebut. Pandangan mata Galang tidak sengaja menatap ke arah bibir ranum milik Hanin.

Bibir yang begitu menggodanya, melihat hal itu semakin membuat Galang tidak tenang, hingga tanpa sadar wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah Hanin hingga, kedua bibir itu menempel sempurna.

"Manis." Itulah gambaran yang dirasakan oleh Galang, bahwa baru menyentuh saja dia bisa merasakan perbedaan yang sangat jauh.

Galanh bisa merasakan kelembutan dari bibir itu, hingga alam bawah sadarnya membuat Galang mulai bermain di atas bibir Hanin, hal itu membuat Hanin sedikit membuka mulutnya. Bibir keduanya saling menyatu, Galang tidak segan-segan memasukan lidahnya untuk mengeksplor setiap inci di sana.

Hanin yang merasakan hal aneh, membuka matanya. Wanita itu kaget dengan apa yang dilakukan oleh Galang dengan mata pria itu yang tertutup. Galang terus melumat bibir istrinya itu, hingga suara desahan keluar dari mulut Hanin. Galang seolah sadar dengan apa yang dilakukan lalu melepaskan bibir keduanya.

Tatapan mata keduanya saling bertemu, jantung mereka seolah mau lepas. Kecanggungan diantara keduanya benar-benar terjadi. Galang dan Hanin bingung akan posisi yang terjadi sebelumnya.

"Maaf!!" ucap Galang sembari menundukkan kepalanya. Hanin bingung dirinya tidak tahu, harus berkata apa dan hanya menganggukkan kepalanya, wanita itu merubah posisi dari berbaringnya menjadi duduk dan menyandarkan badannya ke kepala tempat tidur.

Keduanya saling berdiam diri, hingga akhirnya Galang berjalan dan naik ke atas tempat tidur.

"Tidurlah lagi, dan istirahat katanya pihak tour guide akan mengajak kita melihat pameran menari," ujar Galang. Hanin menganggukkan kepalanya, kedua merebahkan tubuh mereka dengan saling memunggungi. Meskipun mata tak mau terpejam, tapi keduanya berusaha untuk tetap diam.

***

Keesokan harinya sesuai dengan ucapan Galang sebelumnya, saat ini pukul 16.00 sore waktu Paris, kedua pasangan suami istri ini masih tertidur dengan posisi yang akan membuat keduanya kaget. Saat ini kedua manusia itu saling berpelukan satu dengan lainnya. gala Galang memeluk Hanin dengan posesif sedangkan Hanin menyandarkan kepalanya di dadanya sang suami.

Keduanya baru tertidur sekitar 2 jam yang lalu, karena habis bertemu dengan beberapa rekan kerja Galang yang ingin bertemu dengan keduanya.

Suara dering ponsel membuat keduanya harus membuka mata, hingga pandangan mata mereka bertemu. Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, wajah keduanya sangat dekat. Galang bisa merasakan napas yang terhembus dengan sangat beraturan.

Hingga kembali kedua bibir itu menyatu, bibir Hanin menjadi magnet tersendiri untuk Galang. Pesona dan manisnya bibir Hanin tidak bisa membuat, Galang lupa pria itu sudah membawa istrinya ada di atasnya, kegiatan itu berlangsung cukup lama. Galang baru melepaskan tautan bibir keduanya ketika, Hanin memukul dadanya suaminya karena sudah kehabisan napas.

Keduanya masih saling menatap dengan senyum manis tercetak dengan jelas di bibir Galang, sedangkan Hanin menundukkan kepalanya wanita itu malu dirinya baru pertama kali melakukan hal intim seperti saat ini. Melihat Hanin yang merona seperti saat ini, semakin membuat Galang gemas. Pria itu membawa sang istri masuk dalam pelukannya, keduanya saling berpelukan rasa nyaman itulah yang terjadi saat ini.

Keduanya lalu mulai beranjak dari tempat tidur, acara yang sebelumnya disampaikan oleh Galang akan segera mereka hadiri.

"Mas kamu mau pakai baju warna apa?" tanya Hanin. Galang yang masih berada di dalam kamar mandi, membuka pintu tersebut lalu mengeluarkan kepalanya.

"Terserah. Tapi yang pasti agak tebal ya. Sepertinya udara di luar sangat dingin," jawab Galang. Mendapatkan jawaban seperti itu, membuat Hanin segera merapikan semua pakaian yang akan digunakan oleh suaminya.

Bahagia, sangat itulah yang saat ini rasakan oleh Hanin dirinya sangat bahagia. Wanita itu berharap hubungan keduanya bisa selalu seperti saat ini. Tidak ada orang lain, yang merusak atau mengganggu keduanya lagi.

"Semoga hubungan ini, menjadi awal yang baik untuk kita ya, Mas."

***

Dress berwarna biru Dongker dengan mantel yang membalut tubuh Hanin begitu terlihat manis membuat wanita itu terlihat sangat anggun dan cantik. Galang bahkan sampai tidak berkedip, saat melihat dan menatap sang istri yang begitu luar biasa.

"Mas ... Mas Galang!" panggil Hanin. Galang lalu segera terbangun dari lamunannya, pria itu lalu menggandeng Hanin dan keduanya turun menuju lobby dengan tangan Galang yang tidak pernah lepas menggenggam tangan Hanin.

"Kita mau ke mana Mas?" tanya Hanin.

"Kita ke sebuah pertunjukan tari. Setelah itu, baru kita makan malam. Di sini mataharinya lebih lama terbenam, jadi masih terlihat sangat terang padahal ini sudah sangat sore," jawab Galang.

"Ah. Iya Mas, Adit juga pernah bilang itu," jawab Hanin.

Mendengar nama pria lain di sebut oleh sang istri sedikit mengusik di hati Galang. Hal itu seketika membuat raut wajahnya, berubah melihat perubahan ekspresi wajah sang suami membuat, Hanin mengerti wanita itu segera menjelaskan apa yang dirinya maksud.

"Adit yang aku ceritakan kemarin Mas. Yang pacaran sama Tita, film Eiffel itu nah kamu lupa Mas?" tanya Hanin. Mendengar hal itu, membuat Galang sedikit bernapas lega.

"Hem." Hanya suara gumaman yang terdengar, keduanya pun kembali diam mobil yang dikendarai oleh supir tersebut berjalan dengan kecepatan sedang, apa lagi dengan musik yang sangat pas diputar membuat, perjalanan mereka tidak terasa.

Keduanya sudah sampai di sebuah gedung, yang begitu tinggi sudah banyak orang yang berada di sana untuk menonton sebuah pertunjukkan yang luar biasa indah.

"Ramai banget Mas," ujar Hanin.

"Iya. Kamu jangan pernah lepaskan genggaman tangan aku, karena aku gak mau kamu repotkan suruh mencari keberadaan kamu nantinya," ucap Galang.

Mendengar hal itu membuat wajah Hani seketika menjadi merah. Wanita itu berusaha menutupi, apa yang terjadi. Hanin malu jika dirinya dilihat oleh Galang secara dekat seperti sekarang. Keduanya pun, segera mencari tempat duduk. Setelah menukarkan tiket, merekapun dipersilakan untuk masuk ke dalam ruangan.

Hal pertama yang dilihat oleh Hanin adalah pemandangan ruangan itu yang sangat indah, membuat wanita itu berucap syukur sudah diberikan kesempatan berada di sana.

"Itu tempat kita," tunjuk Galang. Keduanya pun berjalan ke arah tersebut, Hanin selalu menggenggam tangan sang suami, sesuai dengan perintah sang suami. Dirinya tidak ingin, membuat Galang marah karena harus mencarinya jika tersesat.

###

Selamat membaca dan terima kasih.