webnovel

Imperfect family

Keadaan ibunda yang semakin hari semakin buruk membuat Jihan cukup tertekan. Ditambah kabar pernikahan sang ayah membuat Jihan hampir menyerah dengan keadaan. Kini kesembuhan ibunda nya lah satu-satunya harapan Jihan.

Dia_Aurel_Agnelisa · Urbano
Classificações insuficientes
5 Chs

Dua

Dion mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang normal, sesekali dia melirik gadis disebelahnya yang berwajah muram. Tentu saja dia tau apa penyebab buruknya mood gadis itu pagi ini.

"Kita kerumah Davina dulu." Ucap Jihan jutek.

"Dimana?" Tanya Dion dengan pandangan lurus.

Jihan berdecak. "Udah jalan aja ntar gue kasih tau."

Dion mengangguk pelan. Jihan melipat tangannya didepan dada, gadis itu memperhatikan jalan sambil sesekali memberi arahan pada Dion. Satu-satunya penyebab moodnya buruk pagi ini adalah pria disebelahnya itu.

Ini hari pertama Dion bersekolah di sekolah yang sama dengan Jihan. Dan sialnya, ayahnya sendiri yang menyuruh Jihan untuk berangkat bersama dan membantu Dion di hari pertama nya ini. Tentu saja Jihan mau tak mau harus berada satu mobil dengan saudara tirinya itu.

Setelah menjemput Davina, mereka langsung meluncur ke sekolah.

"Jadi bener bokap lo nikah lagi?" Tanya Davina sambil memunculkan kepalanya diantara Jihan dan Dion.

Jihan hanya mengangguk malas menjawab pertanyaan Davina.

Dengan polosnya Davina tersenyum senang. "Jadi dia yang jadi saudara tiri lo?" Tanya Davina sambil melirik Dion.

Dion yang merasa diperhatikan, menatap balik Davina. "Fokus ke jalan, nanti aja drama tatap-tatapannya woy." Sentak Jihan dengan wajah sinis membuat Dion tersentak namun sedetik kemudian dia terkekeh pelan.

Wajah Davina seketika cemberut, bibirnya tak berhenti mencibir. "Dasar nenek lampir." Nyinyir Davina. Sedangkan Jihan memutar bola matanya malas dan tidak meladeni nyinyiran Davina.

Mereka bertiga sampai di parkiran sekolah dengan selamat tanpa lecet sedikitpun. Jihan langsung meraih tasnya dan hendak membuka pintu mobil, namun gerakannya terhenti karena Dion menahan pundak Jihan.

Jihan langsung menghempaskan tangan Dion, dan menatap kesal pria itu. "Apa lagi sih?!" Tanya Jihan kesal.

"Temenin ke ruang kepsek." Jawab Dion santai, tidak terpengaruh oleh nada tinggi Jihan.

Jihan menggeleng cepat. "Gak! gue sibuk, lo sama Davina aja." Cetusnya dan langsung keluar mobil.

Dion masih diam memperhatikan Jihan yang sedang berbicara dengan Davina di luar mobil. Setelah mendapatkan anggukan dari Davina, Jihan langsung pergi meninggalkan Davina dan Dion.

Dion menghela nafas, jika tidak mengingat ibunya dia tidak sudi berdekatan dengan gadis sombong itu. Dion turun dari mobil dan langsung menghampiri Davina. Dion pun akhirnya diantar oleh Davina ke ruang kepala sekolah.

-----------------------------------------------------

Suara bel terdengar di penjuru sekolah yang menandakan sudah waktunya untuk beristirahat dari penatnya pelajaran sekolah. Semua murid bergegas menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka, termasuk Jihan dan Davina.

Jihan membereskan buku dan alat tulisnya lalu menyimpannya di kolong meja, begitu juga Davina yang duduk disebelahnya sembari menyimpan bukunya di kolong meja.

"Udah?" Tanya Davina.

Jihan mengangguk. "Udah, yuk!" Ajaknya sambil menarik tangan Davina.

Mereka berjalan berdampingan di koridor sekolah yang mulai ramai. Davina teringat sesuatu. " Eh, ke kelas kak Dion yuk." Ajak Davina semangat.

Kening Jihan mengerut bingung. "Ngapain?" Tanya nya.

"Ya kita ajak ke kantin bareng lah, lagian kak Dion kan pasti belum tau kantinnya dimana." Jelas Davina.

Jihan menggeleng cepat. "Engga! lagian dia udah gede, dia bisa nanya sama orang." Tolak Jihan langsung.

Davina langsung cemberut mendengar jawaban Jihan. "Gak seru banget ish." Dumel Davina yang kini berjalan dibelakang Jihan.

Mereka berdua sampai di kantin yang sudah lumayan ramai. Merek memilih untuk berbagi tugas, Jihan mencarikan meja kosong sedangkan Davina memesan makanan mereka.

Setelah mendapat meja kosong, Jihan langsung menempatinya. Sambil menunggu makanan datang, Jihan mengeluarkan ponselnya dan mulai memainkannya. Saat sedang asyik-asyiknya berselancar di media sosial, tepukan di bahu Jihan membuatnya terkejut sampai ponselnya terlepas dari genggaman tangannya.

"Eh anjir." Umpat Jihan tanpa sadar.

Jihan yang panik langsung meraih ponselnya yang terbaring mengenaskan dilantai, dia memeriksa setiap inci ponselnya. Jihan langsung bernafas lega melihat ponselnya tidak ada kerusakan parah, namun tetap saja terdapat beberapa lecet di ponselnya yang membuat Jihan kesal.

Dia membalikkan tubuhnya untuk melihat si pelaku. Dion, si pelaku yang berdiri tegak sambil tersenyum melihat tatapan sinis Jihan. "Sorry." Ucap Dion sambil melirik ponsel Jihan.

"Ada yang rusak gak?" Tanya Dion yang bermaksud baik untuk mengganti rugi. Namun, gadis yang duduk didepan nya dengan tatapan tak bersahabat itu hanya diam membisu.

Jihan kembali menghadap depan dan memainkan ponselnya, dia berusaha mengabaikan pria itu. Suara decitan kursi yang ditarik terdengar dari sebelah Jihan, dan ia yakin pria itu kini sudah duduk disebelah nya.

"Lho, kak Dion? udah tau dimana kantin ternyata."

Dion yang sedari tadi memperhatikan Jihan, kini beralih menatap Davina yang datang dengan nampan berisi dua mangkuk bakso dan dua es teh. Davina meletakkan makanan mereka di meja. Jihan langsung meraih bakso dan es tehnya.

"Iya tadi nanya sama orang." Jawab Dion.

Davina sedikit merapikan roknya dan langsung duduk di kursi depan Jihan. "Kakak gak makan?" Tanya Davina.

Dion menggeleng. "Gue masih kenyang." Balasnya.

Davina pun langsung melahap makanannya, menyusul Jihan yang sudah sedari tadi menikmati makanannya tanpa berniat berbasa-basi dengan kakak tirinya itu.

Disela-sela kunyahan nya, Davina bertanya. "Han, jadi gak jalan hari ini?"

Jihan mendongak. "Engga deh, kapan-kapan aja ya? gue mau ke Rs." Tolak Jihan, lalu melanjutkan kunyahan nya.

Kening Dion mengerenyit. "Lo sakit?" Tanya nya.

"Bukan urusan lo." Jawab Jihan singkat.

Davina menatap Dion. "Lho, kak Dion gak tau ya? kan—," Namun belum sempat menyelesaikan omongannya. "Davina!" Sentak Jihan.

Davina seketika menutup mulutnya dan menatap bersalah Jihan, Davina sadar bahwa dia hampir melewati batas. "Sorry." Ucap Davina tanpa suara kepada Jihan.

"Gue gak tau apa, Dav?" Tanya Dion yang belum puas.

"Bukan apa-apa." Geleng Davina cepat. "Tadi salah ngomong aja." Ucap Davina memberi alasan.

Dion yang masih kekeh dengan keingintahuan nya pun, mencoba bertanya sekali lagi. "Gue masih gak per—,"

Jihan dengan cepat memotong ucapan Dion. "Lo gak ngerti bahasa manusia? gue udah bilang itu bukan urusan lo." Sarkas Jihan.

"Lagian gak usah sok care sama gue, gak ada untungnya juga lo tau gue mau kemana aja." Ucap Jihan masih dengan menatap sinis Dion.

Dion berusaha meredam emosinya, dia tidak ingin bertengkar dengan saudara barunya ini di khalayak umum, itu akan sangat memalukan baginya.

"Tapi, papa sendiri yang nyuruh gue buat selalu mantau keberadaan lo dan ngejagain lo." Ujar Dion jujur.

Jihan tersenyum mengejek. "Ya kalo gitu, emang kenapa? lo mau keliatan baik didepan papa?" Tanya Jihan. "Wah anak papa pinter ya jagain adiknya, papa bangga sama kamu. Itu yang lo mau dengar dari papa kan? dasar caper." Ejek Jihan.

Jihan berdiri dan sedikit mendorong kursinya kebelakang agar dia bisa lebih leluasa lewat, sebelum melangkah kan kakinya. Jihan mendekat ke arah Dion dengan sedikit membungkuk. "Dan gue gak mau sampe orang-orang di sekolah ini kecuali Davina, tau kalo lo saudara tiri gue." Bisik Jihan pelan. Dia menegakkan kembali tubuhnya sambil menatap remeh Dion. "Gue gak sudi." Ketus Jihan, lalu gadis itu melangkahkan kakinya dan benar-benar meninggalkan Dion yang emosinya hampir meledak dan Davina yang kini terduduk kikuk.

Davina mengigit ujung sendoknya mendengar ucapan sarkas Jihan, dia tidak menyangka teman nya bisa berkata sekasar itu. Dion dengan geram mengepalkan tangannya, Jihan benar-benar memancing emosinya. Jika tidak mengingat perkataan ibunya, Dion tidak akan rela merendahkan harga dirinya seperti ini. Namun, Dion tetap lah Dion. Hari ini mungkin gadis itu yang menang, tapi nanti Dion pastikan ia lah yang akan menang.

-------------------------------------------------------------------------------------------

HAIIII<3 gimana ceritanya? udah kesel sama Jihan belom? ehehehehe

maafin ya Jihannya rada nakal. Dukung aku terus ya, supaya aku tambah rajin upnya. Salam cinta dari aku