Cinta atau Benci?

Lia menelan saliva pelan-pelan sebelum tangannya menyentuh selimut tebal berwarna coklat itu. Kemudian menarik selimut tersebut sehingga memperlihatkan wajah Dirga meskipun samar-samar. Akhirnya dia bisa menghela napas lega, lalu menghidupkan lampu kamar cowok itu.

Ketika lampu telah dinyalakan, Dirga mengerjap cepat karena tidak bisa tidur dalam keadaan ruangan yang terang. Mereka sama-sama terkejut setelah bertemu tatap, sampai Lia melemparkan handphone dan mendarat tepat di wajah Dirga.

Dug!

"Aw!" pekik Dirga seraya menekan pipi yang baru saja terkena lemparan handphone.

"Eh, sorry … sorry, Ga." Lia mendekat. "Sakit ya?."

"Sakit lah. Ngapain sih masuk-masuk kamar gue?" tanya cowok itu.

"Gue takut," lirih Lia sambil memanyunkan bibirnya.

Membuat Dirga menatap dengan rasa iba, lalu bangun dari rebahannya. "Terus mau tidur sekamar?" tawar Dirga.

Seketika Lia membulatkan kedua bola matanya. "Emang dasar omes banget ya ini orang." Dia mengomel tidak jelas.