webnovel

Immortal Witch

In a world where some humans can select a power, they will have had since childhood. This power is trained in several phases until it reaches immortality. This year is the new school year of a well-known academy and only selects special students to study there. Neuvrost Academy is the academy that is also the center of various secrets of Aternum World's history. Clare is doing the most reckless thing in her life in the academy. Instead of being expelled, she gets on a mission to fix her fatal mistake that could change the world. In conjunction with her friends, she went through many things of life and death up to reveal a secret. The secret about her identity made her have to sacrifice her life.

Chintyaboo · Fantasia
Classificações insuficientes
62 Chs

Foggy Foresy

A pair of eyes opened slowly. Clare was stunned to see her surroundings so strange and resembled a barren and dry forest. There was no other life apart from the monsters wandering around and a few insects nearby.

Seeing a scorpion that was approaching her right in front of her face, Clare suddenly woke up and felt her leg hurt like something sharp and deep had been slashed. She groaned in pain, trying to get up and leaning against the dry tree behind her.

Her clothes were dirty, her white clothes were stained and there were rips in the long sleeves. There was a wound that had closed, only dried blood marks as well as her leg but the pain continued.

Clare got up and looked around. This was very similar to the previous dream, the dream where he got lost in the dead forest and met Vrochis.

Clare knew it wasn't Vrochis who brought her but another monster. But she didn't know where the monster was and she didn't know why it was here. As she recalled, she was in the room and then something pulled her up to the forest. After that she didn't know what had happened until she got here.

Clare reached into her trouser pocket, earlier she had taken the tracker knowing she was going to be taken away. But the tracker had disappeared and was no longer in his possession.

She also tried to connect the communication from her hidden communication device. However, the communication device actually emitted a loud buzzing sound that made Clare's ears hurt. Inevitably Clare had to turn it back on and find another way out.

This forest was filled with fog, Clare couldn't see into the distance because about 3 meters away it was covered in white fog. This place is not too dark like in the forest, but filled with thick and cold fog especially dry trees without these scary leaves.

Right now, she was carrying nothing but her body and the clothes she was wearing. No weapons, no tools of any kind can help her. She could only rely on her magician's ability to fight something that would attack her at any moment.

Walking around the foggy forest in silence and in a daze. A lot of monsters passed by but only passed by, no one attacked her. Various kinds of insects running around, some are flying from one place to another. Clare was really confused which way to go.

The fog continued to fill him. Blocking the direction of the road until finally a woman appeared. More precisely, a human-like creature with long green hair and an unusual face, the creature was more of a female gender and her clothes were said to be very revealing and ragged. Many of the green skin is peeling and has long fangs.

Clare's eyes widened. It's an orka! Orka is a mythological creature with a human form, but its face resembles an animal such as a pig or ape with long fangs. Orka including cannibals and entered a vicious and evil race. Somehow Clare was able to meet such a monster and she was so unlucky! It's an unlucky day!

Clare turned around and tried to walk fast, she wanted to pretend she didn't see but the orka who saw her chased after. Clare couldn't help but quicken her pace and ran quickly through the white mist. Who would have thought, another orka came and blocked her way.

Clare felt cornered. On either side were two orcas and were heading towards them. Clare didn't know what to do and tried to run the other way, but one of the orcas had attacked her first.

Clare didn't notice and was caught by the catch. Due to her spontaneous action of counterattacking the orka, she tumbled on the ground while another orka immediately jumped at her.

Clare tried her best to hold back the orka above her which continued to rage, wanting to tear her to shreds. Then the orka that attacked her earlier also ambushed her. Clare quickly held it with her left hand so that the orka floated in the air in a rage while her right hand held the other one.

When the orka above was getting more and more uneasy, Clare immediately kicked it then held it with her strength then slammed it to the ground as well as the other orka. Sweat was already soaking Clare, the orka was too heavy to control let alone the power of the orka was stronger than Clare.

Clare immediately ran away before the two orcas got up. She ran as fast as she could until he was out of sight because of the fog. Now, she is no longer being chased. Clare is really exhausted having cast her magic. While controlling the orka earlier, she felt like she was lifting a weight that kept shaking until Clare almost lost control.

After continuing to run as far as possible, the area was still filled with fog. I don't know what brought her to this strange place let alone so many monsters roaming around. Good thing he didn't run into a group of orcs or Clare would never have survived.

Clare leaned against the tree tiredly. She really doesn't know where to get out of the way because the whole area is covered in fog. He didn't even know the cardinal directions because of this chaotic state. This forest is more forbidden than the forbidden forest near the school.

After a few minutes of rest, Clare continued on her way. He was very thirsty, but no spring was found. Everything here is dry and covered in fog. So thirsty, Clare lost strength and fell. Her legs trembled, she tried to get up and started walking aimlessly again.

Setelah beberapa lama berkelana tidak jelas, Clare kembali ditemukan sosok monster. Kali ini bukan orka, melainkan sosok lain. Sosok tersebut lebih terlihat manusiawi, dengan kulit pucat, mata merah, dan rambut hitam panjang sepinggang. Tampak tidak berbahaya, tapi tidak tahu bagaimana aslinya.

Mengingat kejadian tadi dimana dia dikejar kejar monster, dia tidak percaya dengan makhluk makhluk yang muncul di hutan ini. Clare memutuskan untuk berbalik, tidak ingin mendekatinya dan berjalan sedikit cepat. Namun, sebuah suara membuatnya terhenti.

"Aku menunggumu terlalu lama, kau malah pergi begitu saja." Suaranya terdengar normal dan sampai ke telinga Clare.

Clare menoleh ke arahnya dengan bertanya tanya. "Apa aku mengenalmu?"

Wanita itu mendengus dan menaikkan sudut bibirnya. "Kau seharusnya penyihir abadi, tapi aku tidak melihat kau menggunakan kekuatanmu dengan benar. Kekuatan dalam tubuhmu, tidak seharusnya kau miliki."

"Jika aku bisa memilih, aku lebih ingin hidup seperti manusia pada umumnya."

"Benarkah?" Wanita itu berjalan perlahan menghampiri Clare. "Ckckck, kau sangat menyianyiakannya. Entah bagaimana leluhurmu menurunkan kekuatannya pada gadis dungu sepertimu. Kau bahkan tidak tahu apa saja kemampuan yang kau miliki."

"Mungkin itu alasannya. Rata rata para penyihir abadi diburu dan dibunuh manusia karena dianggap berbahaya. Aku tidak mengetahui kekuatanku dan tidak membuat mereka waspada, sudah termasuk beruntung." Clare menyahutinya dengan enteng.

Wanita itu tertawa ketika sampai di hadapan Clare. Tawanya terdengar mengerikan membuat bulu kuduk Clare berdiri. Namun Clare tetap tampak biasa saja walau dalam hatinya ketakutan.

"Karena kehidupanmu sangat membosankan, bagaimana jika aku buat berwarna? Banyak monster yang menginginkan tubuhmu untuk dikendalikan dan menjadi abadi. Mungkin kita bisa membuat kesepakatan."

"Aku tidak membuat kesepakatan pada siapapun." Clare menolak. Rata rata seseorang yang mengungkit masalah penyihir abadi dan membuat kesepakatan tidak lain untuk memanfaatkan Clare sendiri. Tentu Clare harus menolaknya.

Wanita itu menaikkan sebelah alis. "Aku belum mengatakannya, kau sudah menolaknya."

"Tidak perlu dikatakan. Sebelumnya ada monster lain yang sama menawarkan kesepakatan untuk mencapai keabadian. Bagiku itu merugikan."

Wanita itu mendengus. "Aku berbeda. Kau bahkan tidak tahu siapa aku."

"Siapa?"

"Aku sama sepertimu," jawabnya kemudian diam sejenak. Wajahnya menjadi redup dan mata merahnya menatap Clare dalam dalam. "Sebelumnya aku memenuhi kesepakatan dengan seseorang untuk mencapai keabadian. Terjadi ledakan spiritual akibat kekuatan yang terlalu besar, kemudian tubuhku hancur menyisakan jiwaku yang berkeliaran di hutan ini."

"Kenapa kau mengambil langkah itu? Kau bisa abadi tanpa harus bersatu dengan jiwa lain." Clare menatapnya iba.

"Aku emosi sesaat. Para manusia itu...." Mengucapkan kata 'manusia' membuatnya memasang wajah marah dan mengepalkan tangannya. "Mereka mengejarku hingga ke hutan ini dan membiarkanku diburu orka. Beberapa tahun setelahnya, aku berhasil bertahan hidup dan menyempurnakan kekuatanku. Seseorang datang padaku, dia adalah monster yang menyamar menjadi manusia dan menawarkan kesepakatan untuk mencapai keabadian. Aku dengan bodohnya setuju dan menghancurkan tubuhku sendiri demi bertahan hidup. Sekarang aku hanya jiwa penyihir yang berkeliaran."

"Kau adalah jiwa, bagaimana aku bisa melihatmu?"

"Tentu saja karena kita dari jenis yang sama. Kita sama sama penyihir abadi. Setelah ribuan tahun aku menemukan penyihir abadi yang murni, ketika bersatu dengan jiwa lain tidak akan bernasib sama sepertiku. Jadi jika kau membiarkanku bergabung denganmu, kita bisa membalas dendam. Ingatanku dan ingatanmu akan menjadi satu, kau bisa menggunakan kekuatanmu dengan benar dan tidak ada manusia atau monster yang bisa membunuh kita."

Clare menatapnya dengan kosong. Lagi lagi penawaran yang sama untuk sesuatu yang berdarah. Clare sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dikatakan penyihir ini. Ucapannya sama seperti Vrochis, tentu Clare sudah bosan mendengarnya. Walau mereka sama sama penyihir, tetap saja Clare tidak ingin.

"Aku juga mendengar hal yang sama dari monster lain yang selalu mengejarku. Tapi pemikiranku tidak akan pernah berubah. Aku lebih baik mati daripada menjadi orang lain." Clare sudah bertekad. Dia langsung berbalik hendak pergi, namun tiba tiba lengannya digenggam penyihir itu dengan erat.

Tangan penyihir itu memiliki kuku hitam yang panjang dan berkeriput. Itu lebih mirip seperti hantu yang ada di film film. Clare menoleh ke arahnya dan menemukan wajah wanita itu berubah menjadi nenek nenek dengan hidung panjang dan rambutnya menjadi putih. Itu mirip dengan nenek penyihir jahat di film.

"Kau sudah digenggamanku, apapun keputusanmu aku tetap akan memaksa!" Dia menekankan suaranya yang nyaring.

Clare tetap menolak. Dia berusaha melepaskan diri dari genggaman penyihir tua itu dengan paksa hingga lengannya berdarah.

Tangan penyihir itu mengeluarkan kabut hitam dan membuat tangan Clare mati rasa hingga merambat ke sekujur tubuhnya. Dengan cepat Clare mengambil bebatuan dan memukul kepala penyihir tua. Setelah genggaman terlepas, Clare lari secepat mungkin.

"Kau pikir bisa keluar dari kabutku!" Penyihir tua itu berteriak dan sudah bangkit kembali.

Clare dapat melihat penyihir tua melayang di udara dan melewatinya begitu saja dari langit. Penyihir tua itu tetap melayang diudara, menatap Clare didepannya dengan seringaian mengerikan.

"Akan kutunjukan penyihir abadi sebenarnya!"

Clare mengabaikan kalimat yang diucapkan penyihir tua itu dan terus berlari. Cahaya merah yang berpusat pada penyihir tua muncul menghujani tiap langkah yang Clare ambil. Clare selalu merasakan punggungnya panas, itu disebabkan ledakan tiap serangan yang diluncurkan berutrut turut memaksa Clare berlari lebih jauh.

Ketika penyihir tua itu melepaskan serangan terakhir, serangan cahaya merah itu meledak di depan Clare. Clare terpental kebelakang dan sengaja berguling di tanah bersembunyi dibalik dua pohon besar.

Penyihir tua tertawa. Dia masih melayang diudara mencari keberadaan Clare yang bersembunyi. Dia tahu Clare masih disekitar sini jadi tidak khawatir. "Kau lihat? Apa kau bisa melakukannya?"

Clare tetap bersembunyi. Tubuhnya bergetar dan kakinya terasa sakit akibat ledakan tadi. Penyihir tua kembali melemparkan cahaya merah ke arah yang tidak beraturan dan terkena pohon tempat persembunyian Clare. Untung saja pohon itu cukup kuat menahannya atau Clare akan mati.

Clare sedikit mengintip. Memperhatikan gerakan penyihir tua yang terus terusan mengeluarkan cahaya merah dari tangannya. Clare tidak tahu cara menggunakan kekuatan yang sebenarnya, tapi dia harus mencobanya demi melawan penyihir tua.

"Hehe. gadis kecil, kau tidak bisa bertahan lama sembunyi di kabutku."

Penyihir tua terus mencari Clare dengan pengelihatan tajamnya. Kemudian, dia menemukan pergerakan di balik pepohonan didekatnya. Dia menghampiri pohon tersebut untuk melihat, namun tidak ada siapapun selain monster kalajengking besar yang mengganggunya. Karena geram, penyihir tua langsung melemparkan cahaya merah hingga kalajengking itu berubah menjadi cipratan bunga api.

Penyihir tua mengedarkan pandangan kembali, mencari keberadaan penyihir kecil yang menjadi incarannya. Ketika tiba di pepohonan besar, penyihir tua tersenyum jahat dan langsung melepamparkan cahaya merah ke arah pohon tersebut.

Cahaya merah berbenturan oleh sesuatu dan meledak membawa tekanan ke arah penyihir tua. Penyihir tua nyaris kehilangan keseimbangan dan melihat Clare ada disana. Clare masih berdiri dengan kedua tangan yang bersinar. Matanya menjadi emas menatap tajam ke arah penyihir tua.

Terakhir kali, dia menggunakannya secara tidak sadar. Kali ini berbeda. Dia menggunakannya secara sadar walau masih sulit untuk mengontrolnya.

Penyihir tua mendengus. "Hanya trik kecil, kau tidak bisa mengalahkanku!"

Pandangan Clare tetap sama. Ketika penyihir tua itu meluruskan serangannya kembali, Clare hanya perlu mengangkat tangannya dan mengalihkan arah serangan ke samping. Penyihir tua terus melancarkan serangan berkali kali begitu juga Clare yang terus mengalihkan kemudian dia menyerang penyihir tua hingga jatuh ke tanah.

Pada umunya, kekuatan Clare lebih unggul diantara penyihir abadi lain karena kekuatannya sudah dimurnikan. Apalagi saat ini si penyihir tua dalma keadaan jiwa dan tidak bisa mengunakan kekuatan penuh. Berbeda dengan Clare walau dia tidak bisa mengontrol dengan baik. Bagaimana jadinya jika Clare sudah menguasai kekuatannya sendiri? Penyihir tua itu bukan lawannya!

Si penyihir tua bangkit. Wajah jeleknya menunjukkan kemarahan dan kabut hitam mengelilinginya. Tiba tiba tubuhnya menghilang dalam sekejap tanpa jejak. Clare terkejut dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan penyihir, namun tidak ditemukan seakan telah ditelan bumi.

Clare merasa punggungnya memanas. Dia berbalik kebelakang dan pandangannya langsung disambut oleh sebuah tangan keriput dan berkuku hitam panjang tepat didepan matanya. Tiba tiba, dirinya sudah berada di tempat lain dalam sekejap mata. Sebuah tempat yang tidak lain adalah Neuvrost Academy.