webnovel

Flashback End

Flashback

satu tahun lalu

"You'r come back, welcome Anne Anatasya, i miss you so bad". Ucap Ayden seraya mencium kening gadis itu dengan kelembutan.

" A,,,a,,,,a,,,y,,d,,e,,,n" lirih anne. Butuh waktu cukup lama untuk membuat Anne menyebutkan nama pria itu.

"Iya sayang. Im here" balas Ayden

Meski terlihat sayu, tetapi Anne bisa melihat dinding sekelilingnya berwarna putih dengan sebuah alat disampingnya.

Anne mencoba membuka masker oksigen yang menghalangi mulut dan hidungnya. Tubuh Anne begitu kaku, rasanya sangat sulit di gerakan. Kerongkongannya begitu kering, ia angat membutuhkan air untuk membasahi kerongkongannya.

"m...m....i..n...u..m " Kali ini Ayden mengambil disampingnya

"Istirahatlah Ne, I'll take care of you" ucap Ayden menaruh gelas kembali kemeja, kemudian mengangkat selimut sebatas pinggang Anne.

Mata Anne kembali perlahan tertutup. Kali ini bukan tertutup seperti biasannya, hanya efek obat yang diberikan Reza tadi setelah ia sadar. Ayden segera menelpon Keluarga Anne dan juga keluarganya, tidak lupa juga mengambari Zero, sahabatnya.

Seluruh keluarga Ayden berkumpul diruangan Anne. Anne membuka matanya menyesuaikan penglihatannya , menatap sekelilingya. Dia bisa mendengar jelas suara orang-orang diruangan tersebut.

"Anne, anak mama. Kamu sudah bangun ? mama sangat merindukanmu" Lirih Mama Anne dengan air mata menurun deras

"m...ma...ma"

"Kamu buat kami khawatir little girl" kali ni ucapan Papa Anne

"i'm sorry ma" ucap Anne, kali ini ucapan Anne tidak sesulit pertama kali, meski terlihat masih lemah.

"Ayden mana ma?"

" Kenapa hm ?" tanya Ayden lembut menuju ke tempat tidur Anne

"Kamu kurus sekalii Eden, apa selama ini kamu kurang makan ?"

"bagaiman bisa aku makan teratur sayang sedangkan kamu sendiri tidak bangun-bangun untuk makan bersamaku" sebuah kecupan mendarat di pelipis Anne.

Semua Diruangan itu terdiam menyaksikan moment terharu didepannya. Sungguh, mereka sangat tahu bagaiman perasaan cinta seorang Ayden terhadap Anne, bagaiman perjuangannya mendapatkan Anne, dan bagaiman kesabarannya menanti seorang Anne.

"Kamu, sudah makan "

"Menurutmu aku akan meninggalkanmu, di saat kamu membuka matamu, jawabannya tidak sayang" Ayden membawa tangan kanan Anne ke bibirnya, diciumnya berulang kali

" Eden, aku bermimpi, didalam mimpiku aku bertemu denganmu, kamu mengatakan kamu bintangku, sayangnya aku tidak paham, bahkan tidak mengingatmu. itu mimpi teraneh yang pernah kutemui, " ucap Anna lemah

"hm, itu hanya mimpi sayang"

"Ayden"

" iya sayang"

"Ayden" Gerakan Anne menyiratkan agar Ayden mendekatkan telingannya

"Aku sangat mencintaimu, Ayden" Lirih Anne

"me too Honey, I love you so much" Cukup lama Ayden menempelkan bibirnya di dahi Anne

" Terima kasih telah hadir dihidupku, terima kasih menjadi pria terbaik untukku, terima kasih karena menungguku, dan terima kasih untuk semuanya, aku tidak bisa membayar semuanya"

" Tidak sayang, cukup sembuh dan kita bangun semuanya lagi, sudah lebih dari cukup untukku. Ah ! semenjak bangun kamu mulai cerewet lagi yah"

Anne dan Ayden terkekeh bersama, Ayden menatap Anne begitu dalam, dia berharap semoga tidak ada lagi hal buruk yang menimpa Anne.

Dilanjutkan dengan obrolan-obrolan kecil di ruangan itu, sesekali Anne tersenyum apalagi saat Zero menceritakan bagaiman sefrustasinya Ayden saat dirinya koma. Zero juga memperkenalkan kekasihnya, Andini. Gadis sederhana yang memikat hati seorang Zero.

" Zero Ayden, Kalian carilah makan sebentar papa mama dan juga Ayah dan bunda akan menjaga Anne untuk sementara" ucap Ayah Ayden.

"Tapi Yah.."

"Kamu perlu makan juga Eden" potong Anne

"Baiklah sayang, aku tinggalkan sebentar " Sebelum meninggalkan ruangan itu, Ayden menyempatkan waktu mencium Kening Anne lagi

"Haduh, tahu yang ngga kepengen kepisah gitu, sweet mulu dari tadi" ejek Zero dan mendapatkan kelangan tawa dari semua orang di ruangan itu.

"ck ! iri lo !" ujar Ayden

" Biasa aja, gue juga bisa kok bermesraan sama Dini" Zero membawa Andini kepelukannya, yang membuat semburan merah muncul dipipi Andini

"huweeekk"

"Udah-udah kalian ini, cepat sana" kata mama Anne

" Iya ma... Aku segera kembali sayang" Kali ini Ayden benar-benar keluar dari ruangan putih itu bersama Zero dan Andini.

************

Pukul 14.30

Ayden kembali ke Rumah sakit, dia berjalan keruangan Anne, jantungnya berdegup kencang melihat pemandangan di depannya . Semua keluarganya disana sedang berada diluar ruangan dengan air mata yang membasahi wajah mereka, kenapa? Ada apa? Batin Ayden, matanya langsung mengarah ke ruangan Anne.

Ayden segera berlari ke keluarganya dengan raut wajah panik, dan juga jantung yang semakin berdengup kencang, Zero dan Andini yang juga bersama Ayden tak kala lari menuju keluarga dari sahabatnya itu.

"Pa....ma..a...a..ada a..pa?" Tanya Ayden terbata

"Anne, Anne Pa..." rajuk mama Anne

" AKU TANYA ANNE KENAPA !" bentak Ayden keras, pertanyaannya  tidak dijawab, tetapi mendapatkan mama Anne menyebut nama gadisnya dengan begitu Menyayat hatinya.

"Tenanglah Ayden" Ucap Zero menenagkan

"apa yang bisa ditenangin Zer dikeadaan seperti ini"

"Zero  benar nak, tenanglah sebentar lagi dokter keluar, kita akan menanyakan keadaan Anne"  ucap Ayah Ayden

"dia masih tertawa dan bercerita bersama kami, tapi tiba-tiba jantungnya terdengar lemah, Papa langsung memanggil Dokter, kita harus tunggu sampai dokternya keluar" kali ini jawaban itu datang dari mulut Papa Anne. Ayden terduduk lesu, mendengar jawaban Papa Anne, sebutir air mata keluar dari matanya, tidak lagi Tuhan, jangan uji aku lagi, Gumamnya.

Sudah 5 tahun  dia menunggu Anne, Cahaya hidupnya meredup semenjak Anne koma.. Dia ingat dia adalah bintangnya Anne, tapi Anne adalah bulan yang menyinarinya, tanpa bulan bintang tak tak bercahaya, sebaliknya tanpa bintang, bulan hanya menampakan kekosongan di dilangit..

Cukup lama mereka menanti dokter keluar dari ruang Anne

"Oh God ! sedang apa mereka didalam, mengapa lama sekali" ucap Ayden frustasi

" Sabarlah Eden" ucap bundanya.

Tidak lama dokter keluar, matanya menyiratkan duka yang mendalam

" bagaimana dok " tanya Ayden cepat

"Maaf, kami sudah berusaha, tapi Tuhan punya rencana sendiri"

Mendengar ucapan dokter, tubuh Ayden merosot  lemah ke belakang, untung Zero menahannya, dibukanya kasar pintu ruangan itu. Disana kekasihnya terlelap selamanya

Lalu terdengar suara tanggisan pilu menggema ruangan bernuasa putih itu. Jika saja, jika saja waktu diputar, Ayden berhadap terus disamping gadis itu, tidak meninggalkannya di saat di baru membuka matanya. Ia menyesali semuanya, jika saja dia tidak menuruti Anne, saat ini Anne masih bersamanya, dia bisa berbicara dengan gadisnya

"Katanya kamu sangat mencintaiku Anne, tapi kamu membohongiku, kamu pergi membawa cintaku, meninggalkanku sendiri " lirih Ayden menanggis di samping tempat tidur Anne. Suara tangisnya pecah kuat bersamaan dengan ditutupnya wajah pucat Anne

" jika "

Jika saja... kata itu bisa bisa mengabulkan permintaan

Jika saja.....kata itu memutarkan waktu dihidupku

Jika hanya....kata itu mampu merubah semuanya

Aku berharap kata" jika saja" itu mengembalikanmu padaku lagi, Anne.

Anne, Thank you for everything. I love you, always.

Ayden Andrean.