webnovel

Identitas Diketahui Leo

Sampailah mereka di atap gedung sekolahan. Di mana akses itu hanya Leo yang tahu. Violet terus saja celingukan karena baru tahu tempat itu semenjak masuk ke sekolah. 

"Leo, kenapa kau membawaku kemari?" tanya Violet. 

Masih menggenggam tangan Violet, Leo ingin sekali bertanya tentang identitas aslinya. Tapi Leo tidak mampu mengatakan itu karena dirinya masih belum sepenuhnya memiliki bukti bahwa Violet itu adalah seorang perempuan. 

"Aku hanya ingin membawamu ke sini saja supaya emosimu meredam," jawab Leo, mampu menguasai dirinya supaya tidak terlihat gugup atau penasarannya itu terlihat sekali di mata Violet. 

"Oh, Aku kira kamu ngajak aku ke sini untuk apa. Terima kasih karena kamu sudah mengajakku ke sini dan membuat emosiku sedikit mereda," ucap Violet dalam hati kecewa. 

"Astaga Vi, kamu mengharapkan apa Leo membawamu ke sini? Yang Leo kenal itu adalah Vito bukan Violet! Nanti yang ada Leo malah nganggep kamu ini adalah gay sesungguhnya," imbuhnya. 

Pemandangan di siang hari, sungguh cantik. Berbeda dengan atap yang sebelumnya mereka gunakan untuk melihat rasi bintang kemarin malam. Di atap yang Leo tunjukkan, udaranya lebih sejuk karena lebih tinggi gedungnya. 

"Tapi aku mohon kepadamu. Ketika kita turun dari sini, jangan pernah mengatakan kepada siapapun tentang tempat ini," kata Leo, menatap Violet. 

"Kenapa memangnya? Bukankah, setiap atap gedung sekolah itu bebas untuk dikunjungi?" tanya Violet. 

"Untuk atap lain itu tidak masalah. Tapi atap ini adalah tempatku, dan hanya aku yang bisa masuk ke sini, paham?" tegas Leo. 

Di sana, Violet merasa bahwa dirinya sangat spesial bagi Leo. Jika tidak, tidak mungkin Violet akan dibawa oleh Leo ke tempat yang hanya Leo tahu. Jantung Violet sudah berdebar kencang sekali. 

"Kita akan kembali setelah jam pelajaran terakhir.  Jadi, lebih baik tiduran saja dulu di sana. Bukankah kamu masih sakit?" lanjut Leo memecah keheningan. 

Seketika Violet menjadi terkejut. Leo mengajak yang bolos jam pelajaran terakhir. Violet semakin tidak menduga jika Leo bisa melakukan hal seperti itu. 

"Wah, Aku tidak menyangka jika Leo bisa melakukan hal seperti ini? Memang wajar murid itu bolos dalam pelajaran. Tapi untuk orang sekelas Leo, skipping school and sleeping on the roof?  Wah, banget! Dia memang keren!" batin Violet masih takjub dengan sosok Leo.

Setelah berlangsung begitu lama, dalam keheningan itu, Violet memberanikan diri mendekati Leo lagi dan menanyakan mengapa dirinya membenci olahraga tolak peluru yang membesarkan namanya. 

"Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Leo. 

"Um, sebenarnya aku memiliki saudari kembar. Namanya Violet, dia tinggal di luar negeri. Alasan aku masuk ke sekolah ini, ya karena menuruti keinginannya," ucap Violet mulai merancang kisah dramatis. 

"Langsung ke inti," ketus Leo. 

"Dia mengidolakanmu. Bagaimana jika kau berbagi kisah sedikit saja denganku, dan menginformasikan kepada saudariku. Pasti dia …" ucapan Violet terhenti kala Leo menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa maksudnya? Dia memiliki saudari kembar? Aku jadi semakin … oh, ini bisa aku gunakan sebagai petunjuk," batin Leo. 

Leo mendekati Violet. Langkahnya menjadi semakin dekat dengan tatapan yang tajam, membuat Violet gugup dan melangkah mundur perlahan.

"Kenapa mundur?" tanya Leo dengan tatapannya yang tajam itu. 

"Ka-kamu mau apa?" tanya Violet gugup. 

Jantungnya berdebar kencang kala Leo mendekatinya. Violet terus mundur dan tersudut lah dia ke dinding kecil yang merupakan sebagai pintu ke atap tersebut. 

"Akh!" 

"Kenapa kamu terus mundur?" desis Leo, menahan tubuh Violet supaya tidak kabur menggunakan tangannya yang ia letakkan di dinding juga. 

"Leo, kita sama-sama laki-laki. Kenapa harus sedekat ini?" Violet gugup segugup-gugupnya. 

"Oh, begitu, kah?" bisik Leo, kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Violet. 

Dari situlah Leo bisa mencium aroma wangi khas perempuan dari tubuh Violet. Jadi memang Tidak diragukan lagi jika violet itu memang seorang perempuan. Leo tidak ingin keseruan itu berakhir sampai di situ saja. Dia akan mengikuti permainan yang dilakukan oleh Violet. 

Suara bel sekolah terdengar, melihat Violet yang sudah gugup, membuat Leo melepaskannya. Kemudian tersenyum sinis, seraya mengatakan jika dirinya akan segera tahu apa yang sebenarnya.

"Apa? Apakah aku ketahuan? Mengapa dia mengatakan hal itu? Apa yang akan segera ia ketahui? Apakah penyamaranku gagal?" batin Violet terus meraba-raba tubuhnya. 

"Hei, Vito! Apa kau mau tidur di atap malam ini? Ayo, segara turun!" ajak Leo. 

"Ah, baiklah! Aku akan segera turun." Violet masih saja gugup. 

Jam pelajaran sekolah selesai. Selurus siswa kembali ke asrama dan ke kamarnya masing-masing. Leo berjalan di depan Violet dengan senyum liciknya. Bagaimanapun juga, Violet sudah ketahuan sebagai seorang gadis, tapi tidak mau mengakui dan masih berlagak sok menjadi lelaki. 

"Vito!" 

Terdengar suara Bagas memanggil Violet. Leo pun ikut menoleh ke arahnya. "kalian berdua dari mana? Kenapa di jam pelajaran terakhir, kalian tidak masuk kelas?" Tanya Bagas. 

"Ya, jika Leo yang tidak mengikuti kelas, aku tidak heran. Tapi kau!" tunjuk Bagas kepada Violet. "Kau sebagai anak baru, kenapa malah ikut-ikutan Leo membolos? Apakah kau tidak tahu siapa guru pelajaran jam terakhir?" sambung Bagas. 

Violet menatap Leo, seolah bertanya bagaimana guru pelajaran jam terakhir itu. 

"Hei, kenapa kau menatapnya?" tanya Bagas. 

"Guru mata pelajaran antara hari itu adalah guru yang sangat galak. Jika ada yang berani membolos di jam pelajarannya kemudian hari akan mendapat hukuman yang setimpal. Banyak dari murid yang bolos pelajaran darinya esoknya tidak akan pernah kembali ke kelasnya," ungkap Leo dengan wajah datarnya. 

"Apa?" Violet panik. 

"Ka-kau mengajakku membolos, tapi kau tidak memberitahuku tentang hal seperti ini? Leo, apa kau sengaja?" kesal Violet. 

Wajah Violet begitu memerah karena benar-benar takut. Yang Violet takutkan adalah, ketika dirinya nanti ketahuan sedang melakukan penyamaran sebagai seorang siswa di sekolah tersebut. Jika hukuman itu memang begitu berat pastinya kan dengan mudah violet ketahuan dengan identitas palsunya. 

"Aku membencimu, Leo!" Violet langsung pergi begitu saja dan masuk ke kamarnya. 

"Astaga, kenapa dia merajuk seperti anak perempuan? Lagi pula, hukuman yang diberi kan hanya tidak boleh ikut pelajaran guru itu lagi. Apa mengerikannya?" celetuk Bagas. 

"Sudahlah, aku mau ke kamarku. Leo, aku pergi dulu, ya ... Sepertinya Vito memang salah paham tentang apa yang kau ucapkan tentang guru itu. Sebaiknya segera kamu jelaskan apa maksudnya, sebelum dia benar-benar membencimu," lanjut Bagas, pergi meninggalkan Leo. 

Masih teringat dalam ingatan Leo, bagaimana wajah Violet yang terlihat panik saat dirinya mengatakan jika guru mata pelajaran jam terakhir itu sangat galak. Leo pun menghela napas dan berpikir jika Violet memang seorang gadis yang merepotkan. Tapi, selagi Leo belum tahu motif Violet masuk ke sekolah khusus laki-laki, Leo hanya bisa bersabar saja menghadapi Violet.