webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Adolescente
Classificações insuficientes
521 Chs

Tanda-tanda

Jesica langsung berlari sesaat setelah Jay datang membuat Ara dan Kenan yang ada disana bingung.

"Kak, liatin Kris dulu.." Kenan menyusul Jesica ke kamar mandi. Kini dia melihat istrinya sedang berjongkok dan muntah-muntah. Perlahan Kenan mengusap punggung Istrinya. Tidak lama Jesica menekan tombol flush lalu menutup closetnya dan duduk disana. Kenan meraih tisu untuk dia berikan pada istrinya.

"Kenapa sayang?"

"Aku mual banget Mas, Jay wanginya aneh banget.."

"Jay?aneh gimana?"

"Iya, suruh dia mandi dulu deh Mas.." Jesica dengan lemas.

"Ya udah kamu ambil minyak kayu putih, Mas suruh Jay mandi." Kenan kembali keruang keluarganya dan melihat Jay masih anteng bermain dengan Kris.

"Jay mandi dulu sana.."

"Bentar lagi dad.."

"Itu mommy sampe muntah gara-gara bau badan kamu." Komentar Kenan disambut tawa oleh Ara sementara Jay mulai menciumi badannya sendiri.

"Engga bau kok.."

"Kris tutup hidungnya, Abang bau.." Ara memeragakan sebuah gerakan yang diikuti Kris sekarang.

"Iya-iya aku mandi.." Jay segera berdiri dan pergi menuju kamarnya diikuti oleh Jesica yang kembali lalu duduk dengan lemas.

"Masih mual sayang?"

"Udah ga terlalu Mas.."

"Tiduran sana, biar Mas yang nungguin Kris.."

"Engga ah, pingin disini aja.." Jesica mulai menyadarkan kepalanya di dada Kenan sementara suaminya itu mulai memijat lembut kepala Jesica.

"Mas.."

"Iya sayang.."

"Gara-gara muntah mulut aku ga enak, bikinin aku sop buah dong.."

"Sop buah?Mas mana bisa."

"Tinggal buah aja diiris-iris kasih susu.."

"Biar kakak aja mom.." Ara tak tega melihat ibunya.

"Ga usah kak, mommy pinginnya Daddy yang bikin."

"Ya udah-ya udah, Mas ke dapur dulu.." Kenan berdiri sementara Ara mulai menyadari sesuatu yang aneh. Dia menatap ibunya dengan tajam.

"Kenapa mommy?" Kay yang baru datang menganggetkan Ara.

"Bilang assalamualaikum dulu kek, bikin kaget orang aja."

"Mom...mommy kenapa?"

"Jay bau badan jadi mommy mual.."

"Apaan sih kak, aku nanya bener juga."

"Emang bener itu alasannya."

"Masa sih?biasanya juga engga."

"Tanya mommy, tanya Daddy kalo ga percaya."

"Mom...ke dokter aja yuk muka mommy pucet sekarang, badan mommy juga anget.." Kay benar-benar perhatian sementara itu Kenan datang lagi dengan semangkuk sop buah ditangannya.

"Ga papa sayang, mommy ga papa."

"Nih sayang.."

"Suapin dong Mas, aku lemes nih.." Jesica benar-benar manja kali ini membuat Ara semakin heran. Ibunya ini sakit atau memang sedang ingin bermanja-manja ria dengan ayahnya.

"Dad..emang bener mommy muntah gara-gara bau badan Jay?"

"Iya Kay.."

"Tuh kan ga percaya sih.."

"Kakak kan suka ngasal kalo jawab pertanyaan aku.."

"Kamu juga mandi sana, habis pulang kan?bau.."

"Orang mommy ga muntah gara-gara aku." Perkataan Kay berbarengan dengan rasa mual Jesica yang kembali datang. Kini Jesica kembali berlari kearah kamar mandi membuat Ara tertawa sementara Kenan kembali menyusul Jesica.

"Tuh kan liat, mommy muntah lagi. Sana kamu mandi.." Ara membuat Kay bertingkah sama seperti Jay tadi dengan menciumi badannya sendiri.

"Udah ga usah dicium-cium gitu, udah tahu bau nanti kamu sendiri lagi yang muntah." Ledek Ara sambil tertawa.

"Kakak juga bau.." Kay mengambil bantal kursi lalu melemparnya kearah Ara dan segera berlari sebelum terkena amukan Ara.

"Udah sekarang nurut sama Mas, ke atas terus tidur." Ucap Kenan saat Jesica sudah selesai dengan muntahnya.

"Iya-iya, kayanya aku masuk angin deh Mas.."

"Ya udah minum obat dulu terus tidurin."

"Iya, makasih Mas.."

"Mas anterin dulu deh takut kamu kenapa-kenapa, lemes gini soalnya." Kenan mulai khawatir lalu menuntun Jesica ke kamar mereka.

"Masa aku bau badan sih?" Jay kembali datang setelah setengah jam berlalu dengan wajah yang terlihat segar.

"Kris..Abang udah wangi..." Jay memutar-mutar kepalanya diperut Kris membawa adiknya tertawa.

"Basah Jay rambut kamu.."

"Namanya juga baru keramas."

"Nanti basah juga baju Kris.."

"Sini Kris aku pangku."

"Jangan ah takut muntah lagi."

"Ih kakak aku udah wangi.."

"Abang bau ya Kris.."

"Eh eh senyum, liat Abang..Kris, lucu banget sih kamu.."

"Iyalah, kaya kakak ya Kris lucu, kakak juga pingin punya anak kaya Kris.."

"Kak nanti loh kalo udah nikah. "

"Iyalah Jay, kakak juga tahu.."

"Kalo kak Dariel nikah sama kakak, nanti kak Dariel bisa tinggal disini dong."

"Engga, kakak yang ikut kak Dariel tinggal dirumahnya."

"Kok gitu?rumah kitakan gede, kak Dariel tinggal disini aja.."

"Ga bisa.."

"Kak...kakak jangan pergi.." Jay kali ini dengan suara sedihnya.

"Kakak ga pergi cuman beda rumah doang."

"Nanti siapa yang ngejekin aku lagi, nanti siapa yang manja-manja sama Daddy, nanti siapa yang belain aku lagi, Kakak disini aja.."

"Jay...kakak kan kapan-kapan bisa main kesini. "

"Tapi tetep aja kakak ga ada disini.."

"Jay nanti juga kalo kamu nikah pasti tinggal bareng sama istri kamu berdua."

"Aku bakalan suruh istri aku tinggal disini. Kakak juga suruh kak Dariel tinggal disini dong."

"Ga bisa Jay.."

"Kalo kak Dariel ga mau, aku yang bujuk dia kak.."

"Jay, ga mungkin kakak tinggal bareng terus sama Daddy sama mommy, kakak juga harus lebih dewasa. Kamu juga nanti gitu.."

"Jangan...kakak jangan pergi.." Jay mendekati Ara duduk tepat disampingnya.

"Kamu kenapa sih?mulai lagi deh rewelnya, Kris aja anteng nih."

"Pokoknya Kakak ga boleh pergi." Jay memeluk Ara sekarang dari samping.

"Jay ih udah gede juga, ngapain sih kaya gini segala."

"Kakak gitu ya, udah ga sayang sama aku. Kakak lebih sayang kak Dariel dibanding keluarganya." Jay terduduk lagi menatap tajam kearah mata kakaknya sementara Ara sekarang mulai menyentuh pipi adiknya dengan lembut.

"Jay....kakak pergi tuh bukan berarti lupa sama kamu, bukan berarti kakak ga sayang sama adik-adik kakak atau sama Daddy, sama mommy, Ini tuh langkah pertama kakak buat jadi tambah dewasa. Kamu juga nanti bakalan masuk ke fase itu Jay, tinggal tunggu waktu aja.."

"Tapi aku ga suka kakak pergi..."

"Kita tuh bakalan sama-sama Jay cuman beda caranya sekarang."

"Aku ga suka sama caranya, Kak... please...kakak disini aja." Jay menarik tangan Ara menggenggamnya dengan kedua tangan.

"Jay..kakak janji bakalan main atau nginep disini kalo kakak udah nikah. Jay juga boleh kok nginep dirumah kakak, kak Dariel pasti seneng." Ara menjelaskan dengan lembut membuat Jay terdiam sekarang.

"Udah ga usah ngambek, kakak pergi tuh bukan berarti kita pisah. Kamu mikirnya apa sih?ga usah yang aneh-aneh deh."

"Kakak jangan berubah ya.." Jay memeluk kakaknya saat ini dengan hati-hati, takut badannya mengenai Kris yang ada dipangkuan Ara.

"Iya, kakak berubah jadi apa coba?ngarang.."

"Harusnya mommy lahirin anak cewek.."

"Hus..ga boleh kamu ngomong gitu depan Kris. Ini juga adik kamu. Lupa apa mommy ngelahirinnya udah kaya gimana?"

"Aku seneng kok ada Kris kak, aku cuman pingin sodara cewek dirumah. Nanti kakak bikinin dong sama kak Dariel."

"Enak aja main bikin-bikin. Emang kamu pikir bikin anak kaya bikin kue apa.." Ara melepaskan pelukan Jay dan langsung mengomel.

***To be continue