Kenan duduk memandang lelaki itu. Matanya bulat, rambutnya yang panjang dia ikat sementara area mulutnya dikelilingi oleh kumis dan janggut yang lebat. Kenan menatap tajam.
"So...siapa nama kamu?"
"Na..nadi."
"Oke Nadi. Saya Kenan Seazon, ayah dari Jay Javier Seazon. Jadi kamu yang pertama kali nulis artikel tentang anak saya?"
"Saya cuman disuruh aja pak."
"Saya belum nanya aja. Jawab pertanyaan saya sebelumnya."
"Iya pak."
"Iya apa!!!" Kenan dengan suara kerasnya.
"Sa...saya yang nulis pak."
"Semua kata-katanya dari kamu?"
"I..iya pak, saya cuman dapet informasi aja tentang Jay dan saya disuruh buat nulis berita itu sesuai dengan keinginan dia pak."
"Apa keinginannya?"
"Di..dia pingin bikin Jay malu, di..dia pingin semua orang tau tentang penyakit mental Jay."
"Sebelumnya kamu tahu dia anak saya?"
"Tahu pak."
"Berani ya kamu main-main."
"Maaf pak..maaf..."
"Enak aja bilang maaf?kamu tahu apa yang kamu tulis itu, bohong!!!!Kamu bukan siapa-siapa!!kamu ga tahu anak saya gimana!kamu cuman orang tolol!!" Kenan memaki lalu memberi kode pada Erik untuk mendekati pria yang bernama Nadi. Erik segera berdiri disampingnya, menekan leher Nadi dengan keras lalu menyeret Nadi untuk berlutut dihadapan bosnya, Nadi hanya mencoba menahan dengan kedua tangannya dilantai. Riko hanya diam melihat adegan itu. Kenan kini berdiri dan tanpa ampun langsung menginjak jari jemari Nadi yang ada di lantai. Memutar-mutar kakinya seakan mematikan rokok yang sudah habis dia isap. Nadi berteriak kesakitan tapi Kenan benar-benar tak peduli dan terus bersikap kejam. Kini dia berjongkok dan menatap pria itu lagi. Menarik dagunya dengan kencang untuk bertatapan langsung dengan mata marahnya.
"Sakit?" Ucap Kenan tapi Nadi tak bisa berkata-kata dia hanya mulai meneteskan air matanya.
"Gimana perasaan anak saya waktu kamu tulis berita itu?!!!!"
"Ma..maf pak. Ampun pak."
"Ampun?saya bisa patahin tangan kamu kalo saya mau supaya kamu ga usah nulis lagi hal-hal bodoh yang ada di otak kamu itu?berapa duit sih yang dia kasih?hah?!!!!" Kenan terus berteriak.
"Besarnya duit yang dia kasih ga akan bisa balikin tangan kamu yang bakalan saya patahin.."
"Jangan pak. Jangan..ampun." Nadi terus meminta pengampunan dari kesalahannya namun bagi Kenan semua itu sudah terlambat. Kenan kembali berdiri dan sebelum duduk dia kembali menginjak tangan Nadi.
"Jadi siapa nama "dia" itu? Siapa yang nyuruh kamu?"
"Herman pak..."
"Herman?siapa Herman?" Kenan tampak asing dengan nama itu. Dia benar-benar tak mengenalnya bahkan kalau diingat-ingat dia tak pernah punya teman atas nama Herman begitupula anaknya Jay.
"Saya ga tahu dia siapa, yang jelas dia yang nyuruh dan bayar saya pak."
"Handphonenya udah kakak sita?"
"Udah, semua barang bukti udah termasuk kamera dan memorinya."
"Sebelum dikasihin ke polisi aku mau liat dulu."
"Oke."
"Heh...denger saya ga mau liat wajah kamu lagi,saya pastiin mulai hari ini kamu dan keluarga kamu ga akan pernah hidup tenang." Kenan beranjak berdiri untuk meninggalkan lelaki itu namun Nadi kini memohon memegangi kaki Kenan.
"Pak mohon ampuni saya, maafin saya pak."
"Apa?maaf?"
"Maaf pak, saya janji bakalan benerin berita itu."
"Ga perlu!!!kata maaf kamu ga bisa bikin anak saya lupa atas tulisan kamu. Penyesalan emang datang terakhir." Kenan menendang badan Nadi dan dalam hitungan detik badannya tersungkur begitu saja. Dia benar-benar sudah muak dengan lelaki itu.
"Persulit semua keluarganya sampe waktu yang ga ditentukan."
"Siap bos." Ucap Erik. Kini Kenan dan Riko berjalan menuju tempat dimana kakaknya menyimpan semua perlengkapan Nadi.
"Ini memori kameranya."
"Rik, coba periksa." Kenan menyuruh bodyguardnya memeriksa semua perlengkapan Nadi.
"Ken, kamu yakin mau ngelakuin itu sama keluarganya?"
"Aku yakin. Supaya dia ngerasain akibat dari tulisannya."
"Apa ga kamu maafin aja?kamu kasih kesempatan?"
"Kesempatan?Aku kasih kesempatan pun ga akan merubah Jay. Kakak tahu?anak sama istri aku nangis-nangis gara-gara berita itu, mereka bahkan ga bisa tidur dengan nyenyak. Mana bisa aku tega kak. Butuh waktu semalaman buat bikin Jay berani ngadepin ini. Perlahan dia udah mulai berubah kak. Dia bilang, dia pingin dewasa tapi begitu berita ini keluar, fokus Jay jadi hilang lagi. Dia panik, ketakutan, gelisah. si Nadi itu mau bikin anak aku beneran gila. Kalo Jay bisa lupa itu semua baru aku kasih Nadi ampun."
"Bos ini gambar-gambar yang ada dikameranya, apa mungkin nadi ngincer keluarga bos dari lama?" Erik memiringkan Layar laptopnya agar terlihat oleh Kenan dan Riko. Ternyata banyak sekali foto keluarganya disana. Bukan hanya Jay tapi semua anggota keluarga Kenan. Dari Ara dan Dariel yang berada dirumahnya, Kay yang bekerja di cafenya, Jesica dan Kris yang baru keluar dan mobil Kenan, Jay yang ada di kampusnya. Nadi adalah penguntit selama ini.
"Ini kan foto-foto lama Rik.." Kenan terkejut.
"Kemungkinan mereka tidak hanya mengincar Bos tapi bisa meluas jadi keluarga bos. Mereka hanya memanfaatkan kondisi Jay untuk menyiksa atau membuat bos menderita."
"Siapin orang buat jaga Ara." Perintah Kenan.
"Siap bos." Erik bertepatan dengan suara dering ponsel Kenan. Terlihat nama orang yang baru dibicarakan.
- Dad..Dad...Daddy...
Suara teriak Ara dibalik teleponnya.
- Kak...kakak?kakak dimana?
- Dad....
Suara Ara kini hilang.
- Halo... halo!!!
Kenan berteriak membuat Riko dan Erik panik.
"Rik suruh orang cari Ara dikantor sekarang!"
"Kenapa?"
"Ara telepon aku dan suaranya hilang gitu aja, dia panggil-panggil nama aku." Kenan panik. Rasanya baru tadi dia bilang penjahat mengincar keluarganya kini Ara sudah hilang begitu saja. Riko segera menugaskan semua orang untuk mencari Ara seisi gedung sementara Erik dan Kenan langsung melihat rekaman CCTV sebelumnya di dalam gedung dan dia semua area.
"Itu Ara.." Tunjuk Kenan pada layar.
"Kita akan cari mobilnya bos." Erik segera menghubungi Reno untuk mencari pemilik dan dimana mobil itu berada. Suara dering ponsel terdengar lagi dan itu milik Erik. Wajahnya kini tampak tegang. Dia terus mengatakan "iya" dalam percakapannya.
"Bos..."
"Kenapa Rik?udah ada kabar?"
"Keluarga bos hilang diperjalanan pulang."
"Hah?!!!kok bisa?" Kenan semakin terkejut. Dia segera meraih ponselnya. Mencoba menghubungi Jesica namun tak ada jawaban disana. Dia menghubungi lagi nomer anak-anaknya namun tak ada jawaban juga disana.
"Kemana Mario?!kemana Rizal?!!Lina?!!!kenapa Keluarga saya bisa hilang?"
"Rizal ternyata satu komplotan dengan penjahatnya bos, dia ngebantu penculikan keluarganya bos."
"Panggil Reno kehadapan saya!!" Marah Kenan sambil menggebrak mejanya. Erik segera menghubungi bosnya dan tanpa perlu waktu lama ternyata Reno sudah curiga ada yang tak beres. Dia kini sudah berada di gedung Seazon Company saat Erik menelponnya.
"Bos..." Reno masuk dengan beberapa pengawalnya. Kenan menatapnya dengan api kemarahan.
***To be continue