WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
"Nelpon siapa sih?."
"Jay Mas, kok belum pulang."
"Masih dikantor kali."
"Masa malem-malem gini."
"Ya udah biarin, dia nongkrong kali sama temennya."
"Dia kalo ada masalah bisa berbuat yang aneh-aneh Mas.."
"Dia udah jauh lebih tenang kok.."
"Kebiasaan nih Mas, kalo soal Jay tenang....aja nanti giliran ada masalah bingung." Jesica terus mengomel membuat Kris sempat melihat kearah ibunya. Dia memandang lagi ke arah Kenan seakan bertanya ada apa dengan Jesica namun Kenan hanya mengangkat bahunya.
"Assalamualaikum.." Suara Kiran dan yang lain terdengar. Otomatis Kenan pun menjawab.
"Halo...cantik, mainnya lama banget.." Kenan langsung memangku Keyla.
"Keyla temu Zidan apa.." Cerita cucu centilnya.
"Gimana Tiara Ran?."
"Dia udah ga papa kok mom, dia lagi nenangin diri aja."
"Udah..mommy tenang aja tadi juga dia ketemu Jay kok, mereka kalem-kalem aja."
"Jay ada disana?."
"Iya mom, tadi aku suruh ikutan."
"Terus kemana sekarang dia?."
"Dia nganterin Tiara."
"Tuh .. apa Mas bilang. Jay ga akan jauh-jauh lingkungannya. Kalo ga ke Tiara ya nongkrong sama muel..."
"Mas Kris lagi apa?." Tanya Ran.
"Gambar.."
"Gambar apa?."
"Gambar hantu.."
"Engga-engga Mas, mommy bilang apa? berhenti gambar-gambar kaya gitu. Mommy ga suka ya.." Jesica mengomel lagi sambil menelpon Dena. Kris tetap mewarnai gambarnya. Jesica menatap tajam ke arah Kenan. Duh..rasanya hari ini banyak keluhan dari Jesica. Kenan mengerti, dia langsung duduk diatas karpet tepat di samping Kris.
"Mas..udah gambarnya, jangan kaya gitu. Keyla takut nanti." Kenan menarik kertas yang sedikit demi sedikit menampakkan seseorang. Keyla hanya bersembunyi dibahu Kenan.
"Dikit..lagi dad.."
"Engga Mas.."
"Udah gambar yang lain aja. Apa kek, komik atau apa.."
"Engga, Kris ga suka." Kris melipat tangannya.
"Mas Kris kalo gambar-gambar gitu, Daddy ga beliin bukunya ya.."
"Penakut.." Ledek Kris membuat Kay tertawa.
"Siapa yang penakut dulu? tidur harus sama Daddy, sama mommy."
"Abang.."
"Enak aja, Abang nih berani tidur sendiri dari kecil." Kay sambil mengacak-acak rambut adiknya.
- Halo Na, anak aku ada disitu ga?.
Suara Jesica terdengar jelas.
- Ada ka, kenapa?.
- Ya ampun...aku telepon ga diangkat mulu sama anaknya, kirain kemana.
- Mereka udah baikan kok kayanya.
- Darimana tahunya.
- liat mereka cium-cium.
- Na, jangan bilang kamu ngintip.
- Enggalah gila, ga sengaja aku tuh ka masuk kamar Tiara. Aku kira Jay udah pulang ga tahunya masih ada, biasanya kan Tiara tidur ditemenin aku.
- Ya udah deh syukur, makasih na.
Jesica menutup teleponnya.
"Ada?." Tanya Kenan.
"Ada Mas, mereka katanya udah baikan."
"Tuh kan apa aku bilang mom.." Kay dengan yakin jika pertemuan tadi membuat hubungan mereka jadi lebih baik.
"Bikin khawatir....aja nih Abang satu, belum ini Mas yang dirumah, dua-duanya bikin kesel." Jesica ikut duduk disamping Kris. Kenan hanya tertawa kecil.
"Mas...udah ga usah kesel. Mommy bukannya ngelarang, mommy seneng Kris punya kelebihan lain tapi jangan digambar-gambar gitu. Sekarang mommy tanya tujuan Mas apa ngegambar gitu?."
"Pingin aja."
"Di kamarnya Mas, Mommy temuin tuh banyak gambar-gambar gitu. Gambarnya bagus-bagus tapi...lebih bagus lagi kalo gambar yang lain. Apa kek." Ocehan Jesica disambut diam oleh Kris.
"Nurut ga sama mommy?." Jesica masih membuat Kris diam.
"Oke kalo Mas ga nurut udah ya ga usah minta-minta bantuan mommy lagi. Terserah Mas Kris deh mau gambar apa."
"Jangan mommy, Kris nurut." Anak itu kini menarik pinggang Jesica saat ibunya akan kembali duduk di sofa.
"Keyla keatas yuk bobo, matanya udah ngantuk gitu.." Kay merentangkan tangannya siap untuk menggendong Keyla.
"Ga mau, Keyla sama apa.."
"Cuci muka dulu yuk, gosok gigi."
"Udah-udah bang, biar nanti daddy anterin ke atas."
"Ya udah Kay sama Ran ke atas dulu, bersih-bersih dulu." Kay pasrah dengan sikap anaknya. Sepertinya Kenan memang jadi favorit cucu perempuannya. Karindra pun begitu jika bertemu Kenan.
****
Jay membasuh pundak Tiara perlahan dengan air. Dia kini sudah ada di belakang istrinya ikut berendam air hangat disana. Tiara tertawa kecil karena sedaritadi jelas dia merasakan sesuatu yang menabrak punggung bawahnya.
"Besok aku kerja..."
"Jam berapa?."
"Jam 9."
"Nanti aku anterin."
"Sini.." Tiara menarik kedua tangan Jay dan melingkarkannya diperut. Tiara sendiri kini bersandar di dadanya.
"Dr. Mike ngasih aku amplop kemarin-kemarin isinya tiket liburan. Bukan apa-apa, ucapan terima kasih aja karena istrinya udah membaik."
"Kamu mau pergi?."
"Engga, tiketnya udah kadaluarsa. Kemarin karena keadaan kita, aku jadi ga pake."
"Maaf..."
"Ga papa, ga usah minta maaf."
"Mau aku beliin tiket baru?."
"Ga usah, nanti kita rencanain lagi."
"Kita harus cepet mandinya, keburu tambah malem nanti kamu sakit."
"Abang mau disini atau di tempat tidur?." Tawar Tiara.
"Hah?."
"Kasian Jeje udah bangun."
"Aku...aku...ga mau disini." Jay sedikit ragu. Pipinya kini memerah.
"Oke, berarti kita harus udahin mandinya." Tiara dengan santai berdiri. Dia membasuh badannya dibawah kucuran shower. Jay yang semula hanya memandangi Tiara kini ikut berdiri dibawah shower. Dia membersihkan dirinya juga bahkan Jeje pun ikut dia gosok.
"Rambut kamu masih ada sabun..." Jay segera mengusap pelan rambut Tiara yang panjang. Agar lebih mudah Tiara menghadapkan badannya. Kedua tangannya dia letakkan di pinggang Jay. Dia juga menutup matanya agar tak terkena bilasan shampo. Jay senang dengan acara mandi ini. Dia suka bagian dimana dirinya membersihkan badan istrinya sendiri. Tangan Jay kini semakin turun. Dari rambut, pundak, hingga menuju payudara Tiara. Baru menyentuhnya saja Jeje sudah semakin menegang. Dalam pejamnya Tiara tersenyum. Jelas dia juga merasakan sesuatu dibawahnya.
"Kenapa senyum?."
"Ga papa."
"Kamu udah bersih." Jay mengakhiri gerilya tangannya sendiri.
"Sini, giliran Abang.." Tiara menarik tangan Jay agar lebih maju sementara dirinya mundur selangkah. Dibasuhnya rambut Jay. Pria itu menunduk. Dia tahu mungkin karena tinggi badannya Tiara sedikit kesulitan menggapai rambutnya. Sesuatu terasa berbeda saat tangan Tiara turun. Menelurusi bahunya, badannya, sampai perutnya. Jemari lentiknya seperti bermain-main disana. Merasakan kulit basah suaminya yang begitu terlihat berkilau. Kalau dipikir-pikir benar juga perkataan Kiran. Dirinya dan Jay tak pernah punya sesuatu yang menarik dalam berhubungan. Mereka cenderung membiarkannya mengalir saja bahkan terkesan monoton seolah hubungan itu tak penting. Kini Tiara mengerti kenapa itu penting. Ini bukan soal kelainan Jay. Bagaimanapun Jay juga lelaki normal. Dia tak mungkin berdiam diri saja jika melihat seseorang menggoda. Tangan kiri Tiara sekarang meraih bahu Jay sementara tangan kanannya sudah menggenggam Jeje. Dia menggosok-gosok tangannya.
"Tiara..." Panggil Jay dengan mata memandang miliknya.
"Ini juga harus bersihin bang." Goda Tiara sambil terus bermain. Jay yang tak mungkin menolak hanya mengangguk kecil. Tangannya kini meraba-raba keran shower agar berhenti. Bisa-bisa Jeje menciut jika kedinginan. Dia lalu meraih pinggang Tiara agar lebih dekat dan dalam sekejap menarik wajah kecilnya untuk berciuman. Dia mencium bibir yang juga sama basah akibat air yang terus mengucur. Membuka dan menutup bibirnya dengan cepat seperti ciuman yang memburu.
"Kita pindah." Bisik Jay. Dia tak suka disini. Dia ingin permainannya dimulai ditempat lain yang lebih nyaman.
***To Be Continue