webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Adolescente
Classificações insuficientes
521 Chs

Malam pertama

Tiara terlihat baru saja membersihkan wajahnya sementara Jay baru saja keluar dari kamar mandi. Dia tampak segar sekarang. Badannya yang lengket sudah bersih. Jay menatap Tiara sebentar dengan malu kemudian duduk di ranjangnya.

"Kamu cantik." Jay terus memuji lalu menunduk lagi tersipu. Kenapa dia jadi malu?.

"Makasih bang...." Tiara sambil berlalu ke kamar mandi. Dia mencuci wajahnya dengan pencuci muka khusus. Wajahnya kini dipenuhi busa-busa yang keluar akibat gerakan memutar dari tangannya. Setelah selesai dia membilas bersih dan mengeringkannya dengan handuk. Tiara lalu mencari bajunya di koper sementara Jay masih duduk manis disana. Dia hanya memandangi istrinya itu.

"Abang ga tidur?"

"Aku nunggu kamu.."

"Kenapa harus nunggu?"

"Aku pingin tidur bareng.."

"Ti..tidur bareng?" Tiara mengulangi ucapan Jay. Dia tak mengerti maksudnya bagaimana. Apakah tidur bareng yang dimaksud Jay sama-sama terpejam di kasur yang sama? atau ada hal lain?.

"Kamu tidur, aku tidur atau..."

"Atau apa?" Tiara menutup resleting kopernya.

"Ga papa."

"Ya udah bentar.." Tiara masuk kedalam kamar mandi sementara Jay mundur untuk bersandar dan dengan nyaman menunggu Tiara. Dia menyalakan tv dan menonton tayangan kartun. Jay menunggu Tiara dengan setia sampai wanitanya itu keluar dengan piyama warna biru navy. Tiara meletakkan lagi baju kotornya. Dia melihat sejenak ke arah Jay yang kini menatapnya juga. Duh...pria itu kenapa harus begitu?. Tiara yang gugup sekarang mulai mendekati Jay. Dia menaiki ranjangnya.

"Katanya mau tidur..." Ucap Tiara sambil menarik selimut.

"Oke.." Jay berkomentar dan ikut membantu Tiara menarik selimutnya. Dalam hal kecil seperti ini pun Jay benar-benar terus memandangi Tiara. Dia seolah memberikan kode bahwa ada hal lain yang dia inginkan. Kini Jay menyalakan lampu tidurnya dan mulai berbaring lagi. Ada jarak diantara mereka. Jay Benar-benar belum berani mendekati Tiara. Jantungnya benar-benar berdetak tak karuan. Dilihatnya lagi ke arah samping yang menampakkan Tiara yang terpejam. Jay kini memiringkan badannya. Membuat pergerakan heboh agar Tiara bangun.

"Tiara.." Panggil Jay dengan lembut.

"Iya.." Tiara tak berani membuka matanya. Dia masih terpejam tapi mendengarkan ucapan Jay.

"Apa mau sekarang?"

"Apa yang sekarang?"

"Hem... bikin anak. Kita udah sepakat kan dulu..." Jay ragu. Sebenarnya Tiara sudah cukup lelah. Badannya seperti hancur, remuk tapi kalau Jay menginginkannya dia tak bisa menolak bukan?. Tiara kini membuka matanya. Dia memiringkan juga badannya. Dia ikut semua gaya Jay.

"Abang daritadi ga sabaran.."

"Aku pingin nyobain gimana rasanya bikin anak."

"Boleh aku istirahat bentar?"

"Oke. Aku tungguin.." Ucapan Jay disambut senyuman kecil oleh Tiara.

"Abang gemesin, emang Abang udah tahu harus gimana?"

"Aku tahu..Jeje harus bangun. Dia harus berdiri." Jay segera melihat kearah kebawah namun miliknya itu masih saja ciut dan tak menegang seperti waktu itu. Jay jadi heran padahal dia membutuhkannya.

"Bang...ayo kita bicara dulu. Aku ga mau ada hal yang bikin aku atau Abang ga nyaman saat kita gitu "

"Kamu pingin aku gimana?pingin gaya apa?ayo bilang." Ucapan Jay benar-benar membuat senyuman terus di bibir Tiara. Ini pasti ulah Kay, Jay jadi tahu gaya-gaya.

"Ini bukan masalah gayanya bang. Abang kenapa sih belajarnya yang begitu?"

"Kata Kay kita harus bisa memuaskan istri supaya di sayang. Aku pingin puasin kamu." Ucapan Jay tedengar begitu lucu padahal mendengar kata 'puas' saja Tiara sudah geli.

"Bang...Aku pingin kita pelan-pelan oke?. Ini pertama buat aku begitupun Abang."

"Kamu kaya mama mertua. Bilang pelan-pelan."

"Abang cerita?"

"Aku tanya sama mama, Aku harus gimana di malam pertama aku."

"Ya ampun...." Tiara tak percaya.

"Apa aku salah?"

"Abang gemesin." Tiara mencubit pipi Jay.

"Sayang...kita bicara soal seks dan hal kaya gini sebaiknya kita aja yang tahu oke?" Ucap lagi Tiara sambil memandang suaminya.

"Maaf aku ga tahu."

"Iya ga papa." Tiara terdiam lagi.

"Aku ga akan malu-maluin kamu Tiara.." Jay kini mendekat. Mengusap pelan pipinya.

"Bang...karena baru pertama nanti pasti akan sedikit bingung. Aku pingin kita pemanasan. Abang ga harus langsung. Aku sedikit takut sebenernya..."

"Jangan takut Tiara. Aku ga akan nyakitin kamu."

"Aku belum bisa nebak rasanya gimana. Orang-orang bilang awalnya sedikit sakit."

"Apa iya?kenapa?kenapa sakit?"

"Karena punya aku harus menyesuaikan sesuatu yang masuk kedalam." Tiara bingung mencari kata yang tepat untuk dia gunakan di depan Jay.

"Apa itu Jeje?"

"Iya..Jeje yang masuk."

"Aku ga mau kalo itu bikin kamu sakit."

"Itu wajar di malam pertama bang.." Ucap Tiara namun Jay kini takut. Dia takut jika keinginannya membuat Tiara kesakitan. Dia menghela nafas sebentar.

"Aku bener-bener ga tahu harus gimana Tiara. Selama menjelang pernikahan kita aku tanya sama Kay, kak Dariel bahkan Daddy. Malam pertama itu aku harus gimana?aku tanya juga gimana caranya bikin anak?dia bilang aku tinggal maju mundur goyang. Aku pikir sesimpel itu. Aku bahkan udah latihan tapi kalo denger kamu kaya gitu aku harus mikir lagi gimana caranya supaya kamu ga sakit." Jay bingung. Dia akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu pada Tiara.

"Kenapa sih harus maju mundur goyang segala?" Tiara tertawa kecil saat mendengar istilah itu.

"Aku ga tahu. Kay yang bilang."

"Kembaran Abang bener-bener deh.."

"Kamu cape ya?" Jay mengusap pelan mata Tiara yang terlihat begitu lelah.

"Sedikit. Ternyata ga ngundang banyak aja capenya bisa begini."

"Ya udah hari ini kamu tidur aja. Aku ga maksa buat kita ngelakuin itu cepet."

"Kalo Abang pingin aku ga papa."

"Jeje ga mau bangun. Dia juga tidur. Aku ga papa. Kamu harus istirahat. "

"Apa Abang masih sabar?"

"Aku sabar. Aku masih harus belajar dulu pokoknya besok kita cari waktu berdua." Jay menahan nafsunya walaupun sejujurnya dia ingin berkonsultasi dulu dengan Kay agar Tiara tak kesakitan.

"Makasih bang. Aku pasti kok wujudin yang Abang mau."

"Aku punya hadiah dan besok kamu harus pake itu besok."

"Hadiah?"

"Iya, hadiah."

"Apa?"

"Besok aja, sekarang kamu tidur." Jay dengan baik hati membiarkan istrinya beristirahat. Tiara senang dengan pengertian Jay. Kini Tiara lebih mendekat lalu memeluk Jay dan membiarkan kepalanya berada tepat di dada bidangnya.

"Iya suamiku..." Ucapan Tiara membuat Jay tersenyum girang. Suami?apa Jay tak salah dengar?hanya mendengarkan kata itu saja dia senang. Jay dengan semakin mendekap Tiara agar tidurnya lebih nyenyak. Benar saja tak perlu waktu lama Tiara sudah tertidur pulas. Dia benar-benar kelelahan. Deru nafasnya begitu terdengar.

"Jeje...besok kamu harus bangun. Kamu harus keras, panjang, besar..." Jay berbicara kecil pada dirinya sendiri.

***To Be Continue